Araa frendzone Berlin mau tak mau harus menukar posisi mengantikan kakak tirinya Catlin frendzone Berlin untuk menikah dengan CEO sekaligus mafia berdarah dingin🥶.
Aston zesnard Phoenix lelaki berusia 30 tahun yang kini duduk di bangku kebesarannya menawarkan pernikahan kepada Lelaki tua yang perusahaannya di ambang kebangkrutan.
Bima frendzone Berlin tidak memiliki cara lain menyelamatkan perusahaannya kecuali dengan menerima penawaran lelaki di hadapannya ini.
Haruskah dia menyerahkan satu putrinya??
Lalu siapa putri yang akan menjadi istri aston??
Bagaimana ceritanya? Yuk ikuti novel mom lin sekarang dan nikmati alurnya jangan lupa like komen dan vote💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Situasi Canggung Part1.
Di ruang kerja, Aston duduk menatap barisan buku yang berjejer rapih di hadapannya. pikirannya kembali pada kejadian saat Ia mencium bibir Araa.
Bibir Ranum itu terasa amat manis dan lembut. Semuanya yang ada pada wanita itu beraroma strawberry, bibirnya juga demikian.
Aroma itu kian pekat di indra penciuman Aston, hingga membuatnya terasa candu oleh Aroma khas Araa.
Semakin berpikiran kesana, malah membuat otaknya berpikiran liar pada Araa. Aston, saat ini sedang mengenali dirinya sendiri. berperan dengan nalurinya saat dirinya juga melakukan ciuman itu untuk pertama kalinya.
Aston memang sama sekali belum pernah menyentuh wanita manapun, sekedar berciuman saja dia enggan untuk melakukannya. sejatinya Aston, jauh dari sifatnya yang lain. dalam prinsipnya, dia menomor satukan harga diri seorang wanita.
Hal itu membuat kekasihnya dimasa lalu, Crala Damian. seorang wanita berusia Dua Puluh Enam Tahun, memilih menikah dengan lelaki pilihan Ayahnya. karena menurutnya kalau Aston bukanlah lelaki normal pada umumnya. sering kali Clara menggoda mengunakan berbagai cara, namun, Aston tetap menolaknya. bahkan disaat Aston merasa tersiksa dengan gejolaknya sendiri, dia memilih meninggalkan Clara begitu saja.
Perlakuan Clara membuat Aston merasa dicampakan dan membenci semua wanita, dianggapnya. wanita itu adalah sampah, yang rela memberikan dirinya begitu saja pada bajingan diluaran sana. Bahkan tubuh mereka yang seharusnya dijaga dengan baik, malah menebar keseksiannya dengan cara hina sekalipun, dihadapan seorang pria.
Aston sudah sangat muak dengan semua itu, beberapa wanita kerap sekali menggodanya. dengan maksud apapun itu Aston tidak memperdulikannya, Akan tetapi, siapapun yang berani menyentuhnya, sudah dipastikan mereka akan bernasib buruk. bahkan sudah beberapa wanita mengalami hal demikian.
"Ini ciuman pertamaku, Apakah itu ciuman pertamanya juga...., Ngak mungkin!!!, Kakaknya bahkan wanita murahan, pasti dia juga sama sepertinya. semua wanita memang sama saja." Gumam Aston, tidak mungkin Araa sesuci itu, wanita kan memang penggoda.
Tok Tok!
Jack masuk membawa Laptopnya untuk melaporkan sesuatu pada Aston.
"Tuan, apakah Anda sibuk." Tanya Jack memastikan, sebelum dia menyampaikan informasi yang didapatnya.
"Tidak, ada apa Jack." Tanya Aston menatap Asisten sekaligus sekertarisnya itu.
"Tuan, ini dikirimkan Max barusan." Lapor Jack, menyerahkan Laptopnya dan menunjukkan sesuatu disana, dia juga menjelaskan beberapa hal pada Aston.
"kurang ajar!!, berani sekali mereka mencoba bermain-main denganku, kerahkan seluruh anak buah kita yang ada disana Jack, peringati Max agar berhati-hati. sepertinya mereka cukup pandai." Suruh Aston,
amarahnya seketika memuncak, mendengar salah satu anak buahnya dibunuh dengan tragis. oleh musuhnya di dunia bawah, hal ini tidak bisa Ia biarkan. bagi Aston, siapapun yang berani menyentuh Anak buahnya serta mengganggu bisnisnya itu. dia tidak akan segan memberantas habis, musuh-musuhnya.
Anak buah Aston sangat terampil dan ngak bisa dianggap enteng musuh, mendengar salah satu dari mereka tumbang. berarti musuhnya ini cukup berbahaya.
"Baik Tuan." Balas Jack kemudian, melakukan apa yang diperintahkan oleh Aston.
"Jack, suruh Bi Dini nyiapin air hangat untukku, di kamar lain saja." Suruh Aston, sepertinya dia belum bisa kembali ke kamarnya saat ini. Ia tidak ingin bertemu dengan Araa sekarang, Aston ingin menetralkan isi pikirannya terlebih dulu.
Jack terlihat mengetik beberapa kata di ponselnya, kemudian memasukannya kembali ke dalam saku celananya.
'Sebenarnya apa yang terjadi di dalam kamar Tuan tadi, apakah mereka bertengkar.' Batin Jack menatap Aston.
"pikiranmu jangan ngaco.., Jack!," Tegur Aston, sepertinya dia mengetahui isi pikiran Jack, pasti Asistennya itu berpikiran yang tidak-tidak.
"Tidak Tuan," Balas Jack.
'sejak kapan, Tuan pakai kata Ngaco begitu.' Batin Jack merasa bingung sendiri, semakin hari, tutur kata Aston terdengar sudah seperti anak muda jaman sekarang saja.
"Tuan Air hangat Anda sudah disiapkan." Ucap Jack.
"hmmm."
Aston kemudian keluar dari ruang kerjanya, Ia melangkah menuju salah satu kamarnya. dan masuk kemudian merendam dirinya di dalam Bathup sambil menetralkan pikirannya.
Di kamar utama.
"Nona apa Anda baik-baik saja?" Tanya Bi Dini menatap punggung Araa yang sedang Memunggunginya, Araa tidur sambil memeluk bantal menutup wajahnya.
Bi Dini kemudian memberanikan diri duduk di tepi tempat tidur, walau ini hal terlarang yang akan dia lakukan karena berani duduk di kasur Aston.
merasa ada yang disembunyikan Nonanya, Bi Dini mencoba membujuknya. "Nona, jika Anda ingin saya menjadi teman Anda. bukankah teman itu harus berbagi?, ceritalah Nona, saya siap mendengarkan dan tidak mengadu ke siapapun." Ucap Bi Dini dengan lembut.
Punggung Araa semakin bergetar mendengar tutur kata wanita dibelakangnya itu, disaat seperti ini, ketika dia punya banyak masalah. pasti, Bi Ema yang selalu menemaninya dulu.
"Bagaimana Aku bisa memercayaimu Bi.... sedangkan kamu saja bawahan suamiku." Ucap Araa lirih, dengan suara seraknya.
"Saya berjanji, tidak akan mengatakan apapun pada Tuan. percayalah Nona, saya tulus peduli pada Anda." Jawab Bi Dini menatap Ibah.
"Kenapa Bi Dini harus peduli padaku.... bukannya Aku orang luar bagi Bi Dini?" tanya Araa bangun dari tidurnya dan menatap Bi Dini penuh tanya.
"Ketika saya melihat Anda untuk pertama kali, saya merasa... seperti melihat putri saya sendiri Nona, sering kali saya ingin memerlukan Anda seperti Anak saya sendiri, tapi saya sadar dimana posisi saya." Jawab Bi Dini sambil tersenyum.
"Lalu dimana putri Bibi berada?" Tanya Araa.
"Putri saya sudah lama meninggal, Nona." Balas Bi Dini memaksakan senyumannya.
Mendengar itu Araa semakin terisak dalam tangisannya, suaranya makin terdengar pilu.
Araa mendekati Bi Dini dan memeluknya Erat.
"Makasih Bi..... huhuhuhu, saya tahu bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup kita." Ucap Araa sesegukan sambil memeluk erat Bi Dini.
Diam-diam Bi Dini menumpahkan Air bening di kedua sudut matanya, dengan cepat dia menghapusnya agar Araa tidak.
"Bi.... Suamiku.. Tuan Aston itu... mengingkari janjinya sendiri... huhuhu." Araa semakin sesegukan.
"Memangnya Tuan mengingkari apa?, ceritakan saja Nona. jangan sungkan." Tanya Bi Dini, mengusap lembut bahu Araa.
"Bibi pasti tahu, kalau...... pernikahan ini hanyalah kontrak semata. aku bukan istri sungguhan. baginya aku hanyalah Budak, Dia mengingatkan aku, jangan sentuh.... jangan berani kamu menyentuhku."
"Tapi.... Dia yang menyentuhku, dia merebut kesucianku Bi, huhuhu..... " Ucap Araa sesegukan.
Bi Dini sempat syok mendengar fakta yang dikatakan Araa, apa benar. Tuannya sudah berhasil mengambil kesucian Nona Araa.
"Dia merebut ciuman pertamaku.... Bibi tahu, itu pertama kalinya, aku takut Bi.... kalau dia malah makin Macam-macam." ucap Araa mengeluarkan isi hatinya.
Bi Dini menyunggingkan senyumnya, baginya Araa terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Masa ada istri yang menangis karena ciuman pertamanya direbut suami sendiri. bukannya itu suatu kebanggaan yang patut diapresiasi, karena berhasil menjaga dirinya dengan baik. dan memberikannya pada yang berhak mengambilnya.
'bagaimanapun, Nona masih terlalu mudah dan labil. Tuan, Anda akan sedikit kerepotan nantinya.' Batin Bi Dini gemas.
bersambung.....