NovelToon NovelToon
My Stepbrother

My Stepbrother

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Bad Boy
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heyydee

Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Revandra memasukkan Naura ke dalam mobil.

"Benar-benar menyebalkan," gumamku.

"Jalan pak," pintahnya.

Mobil pun melaju meninggalkan hotel dan menuju perusahaan.

"Kita mau kemana lagi?" tanyaku.

"Kembali ke perusahaan,"

"Oh,"

Naura sedikit memijat-mijat kakinya yang terasa pegal. Revandra yang melihatnya pun langsung menarik kedua kakiku ke pangkuannya.

"E-eh, kamu mau apa?" tanyaku panik.

"Diamlah. Seharusnya tadi kau jangan pakai heels seperti itu," Revandra memijat kakiku yang terasa pegal.

"Jadi aku pakai sendal jepit gitu? Emang boleh?" tanyaku.

"Bukan, kamu bisa pakai sepatu jika kamu mau,"

"Kenapa kamu baru bilang sekarang?"

"Kamu tidak bertanya padaku,"

"Astaga, menyebalkan sekali," gumamku kesal.

"Lihatlah, kakimu sampai terluka begini," ucap Revandra.

Awwww

"Jangan di pegang, sakit tau!" ketusku.

Revandra mengambil plaster dari kotak P3K yang ada di dalam mobil. Dia menempelkan plasternya di bagian jempol kaki Naura.

"Luka kamu udah gak sakit?" tanyaku kala melihat luka di wajahnya yang belum sembuh.

"Hmm," dia hanya berdehem.

"Benarkah?" Naura berencana untuk menyentuh lebam yang masih terlihat di wajahnya tapi tangannya di cekal oleh Revandra.

"Jangan coba-coba untuk menyentuhnya lagi," ucap Revandra.

Aku langsung menarik tanganku darinya dan juga menurunkan kakiku dari pangkuannya.

"Kamu jadi nakal ya," ucap Revandra.

"Siapa yang nakal? Aku cuma tadi cuma mau meriksa aja apa luka kamu masih sakit atau gak,"

Revandra malah memajukan wajahnya mendekat ke arahku.

"Kalau gitu periksa sekarang," ucapnya dengan senyuman nakal.

"Ihhh, apaan sih!" aku langsung buang muka.

"Hah, kenapa jadi gini sih?" batinku kesal.

Sebelum ke perusahaan utama, Mereka mampir ke restoran dekat perusahaan.

"Udah sampai? Kok tempatnya beda sama yang tadi pagi?" tanyaku heran saat melihatnya dari dalam mobil.

Revandra keluar duluan lalu membukakan pintu untukku. Naura turun dari mobil dan ternyata saat ini bukan berada di perusahaan melainkan restoran.

"Loh, katanya mau ke perusahaan? Kok malah ke restoran?" tanyaku.

"Diamlah, tidak usah banyak bicara! Aku lapar, apakah kau tidak lapar?" tanya Revandra.

"Kalau kau tidak mau ikut ya sudah, kau bisa menungguku di sini," Revandra jalan duluan ke dalam restoran.

"Aku juga laper sih," gumamku.

Melihat Revandra sudah berjalan cukup jauh, Naura langsung buru-buru mengejarnya. Saat masuk ke sana sama seperti sebelumnya, para pekerja dan bodyguard disana tunduk hormat pada Revandra.

Pelayan menunjukkan meja kosong untuk kami berdua. Restoran itu terlihat sangat ramai oleh pelanggan. Kebanyakan dari mereka adalah yang bekerja di perusahaan besar ataupun orang kaya.

Naura melihat kesana-kemari dan melihat semua pelanggan yang berpakaian rapi.

"Pasti mereka orang eksekutif semua," batinku.

"Silahkan tuan, nona,"

Revandra duduk duluan di kursi yang sudah di sediakan.

"Apa yang kau lihat?"

"Hah, enggak ada," jawabku.

"Duduklah," pintahnya.

"Baiklah," Naura duduk di depan Revandra.

Lalu para pelayan di sana mengantarkan makanan mewah dan berkelas. Tidak hanya itu, mereka juga membawakan minuman wine dan minuman mahal lainnya. Naura yang melihatnya tampak tercengang pasalnya dia baru pertama kali ke tempat makan yang mewah dan berkelas.

"Selamat menikmati tuan, nona," mereka pun segera pergi.

"Apakah tidak papa makan-makanan mahal begini?" batinku sayang untuk memakannya karena makanannya sangat elit.

"Kenapa tidak memakannya? Kau tidak suka?" tanya Revandra.

"Bukan gak suka, tapi.....sayang banget kalau di makan,"

"Kenapa sih ke tempat kayak gini? Mending kita ke rumah makan biasa aja, di sana makanannya porsinya lebih banyak, murah udah gitu enak juga," ucapku.

"Apa yang kau khawatirkan? Aku tidak akan menyuruhmu untuk membayarnya! Makan saja apa yang ada sekarang, jangan banyak protes!" tegasnya.

Naura melihat semua makanan di atas meja yang penuh dengan masakan luar negeri atau makanan western. Naura melirik ke arah Revandra yang tengah makan steak. Ia dibuat salah fokus dengan steik yang tengah dimakannya.

"Tunggu, kayaknya aku pernah lihat itu di tv? Itukan steik yang di atasnya di kasih remahan emas kan?" batinku.

"Wah, kalau dihitung-hitung harga makanan di sini sepertinya bisa untuk makan seumur hidup," batinku.

"Kenapa sih mereka buang-buang uang buat makanan kayak gini? Menunya sih mewah, tapi belum tentu enak atau cocok di mulut. Apalagi porsinya sedikit gak ngenyangin," julidku dalam hati.

"Huh, aku juga gak selera buat makan makanan kayak gini, mending nasi padang atau nasi uduk aja," batinku.

Secara tiba-tiba Revandra menyodorkan sendok garpu yang di ujungnya ada steik ke mulutku.

"Buka mulutmu," pintahnya.

"Aku tidak ma-

Revandra langsung menjejalkan steik ke mulutku.

Lantas Naura mengunyahnya dan merasakan kenikmatan makanan mewah untuk pertama kalinya.

"Bagaimana enak tidak?" tanyanya.

"Ini enak tapi bukan seleraku! Aku mau nasi Padang aja," ucap Naura.

"Semua orang ingin makan makanan mahal seperti ini, tapi mereka tidak mampu untuk membelinya. Nikmati saja apa yang ada di sini jangan banyak mengeluh,"

"Gak mau, aku mau makan nasi padang aja," ucapku.

"Aku mau keluar buat cari makan, kamu duluan aja ke perusahaan, nanti aku nyusul," Naura pergi sembari membawa tas mungilnya.

Ia berjalan kuat dari restoran untuk mencari makanan yang dia bisa makan.

"Kira-kira disini ada yang jual nasi padang gak ya?" tanyaku sambil melihat kesana kemari.

"Nona, kenapa anda di luar? Apakah sudah selesai makan siangnya?" tanya sang supir.

"Pak, disini yang jual nasi padang ada gak ya?" tanyaku.

"Hmm, kayaknya ada nona,"

"Dimana pak?" tanyaku.

"Kayaknya di seberang jalan sana," sang supir menunjuk ke sebuah rumah makan kecil di seberang jalan.

"Makasih ya pak! Oh iya bapak udah makan belum?" tanyaku.

"Udah non,"

"Gak mau makan lagi?" tanyaku.

"Enggak non, saya sudah kekenyangan,"

"Ya udah deh, kalau gitu Naura pergi dulu," Naura berjalan menuju rumah makan di seberang jalan tersebut.

Naura melewati jalanan yang sedikit ramai oleh kendaraan.

"Hah, akhirnya sampai juga!"

Rumah makan itu tampak ramai oleh pelanggan.

"Mbak, ada nadi padang gak?" tanyaku.

"Oh ada kak,"

"Saya pesen satu porsi ya,"

"Oke, mohon di tunggu dulu ya kak,"

Naura duduk di kursi yang masih tersisa.

"Akhirnya setelah sekian lama aku bisa makan nasi padang lagi," batinku senang.

Lalu seorang pelayan yang lain menghampiriku.

"Minumannya mau pesan apa mbak?"

"Saya mau jus jeruk sama es teh ya mbak,"

Tak lama kemudian, nasi padang beserta minuman yang ia pesan pun sampai di mejanya.

Makanannya saat ini sangat menyelerakan ketimbang makanan mewah di restoran tadi. Aroma rempah yang kuat dan rasanya yang enak, membuat nafsu makannya bertambah.

"Hmmm, ini enak banget," ucapku saat memakannya.

Naura memakannya dengan lahap dan habis. Ia juga menghabiskan jus jeruk dan es tehnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!