Rindu Yang Terlarang
Sebuah mobil mewah berhenti di halaman sebuah Mansion. Seorang pria berkacamata turun dari pintu depan, langsung membukakan pintu untuk Tuannya.
"Silahkan Tuan"
Sepasang kaki keluar dari mobil dengan sepatu mengkilap yang digunakannya. Memijak tanah dengan sepatunya itu, seorang pria tampan yang gagah keluar dari mobilnya. Sang Asisten menutup kembali pintu mobil. Berjalan mengikuti Tuannya masuk ke dalam Mansion mewah ini.
Sebuah bangunan klasik bergaya eropa ini begitu luas dan terawat. Kedatangannya langsung disambut oleh pelayan dan pekerja lainnya di Mansion ini. Semuanya mengangguk hormat padanya.
"Wah, Galen Austin telah sampai"
Sambutan dari seorang pria paruh baya yang memiliki wajah identik dengan pria tampan bernama Galen itu. Galen hanya menghela nafas pelan. Pria yang tak pernah gagal mendidiknya, hingga dia bisa seperti sekarang. Galen memeluknya setelah hampir 10 tahun dia berada di Luar Negara untuk menyelesaikan pendidikannya.
"Duduklah, Kakek sudah menunggumu sejak tadi"
Galen mengangguk, dia duduk di sofa yang berada disana. Menunggu Kakek datang. Tak lama kemudian, seorang pria tua yang masih terlihat gagah berjalan ke arahnya, menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.
"Wah, cucuku sudah pulang akhirnya. Bagaimana disan? Apa kau betah sampai lupa pada pria tua ini"
Galen tertawa kecil, dia berdiri dan membantu Kakek untuk duduk. "Aku harus menyelesaikan pendidikan dan juga proyek disana. Jadi, bukan aku yang tidak ingat pada Kakek. Tapi karena tugas dari Kakek juga yang membuat aku semakin lama disana"
Kakek terkekeh pelan, cucu pertama yang selalu menjadi andalan keluarga Austin saat ini. "Galen, kamu sudah siap dengan Perusahaan kita? Sepertinya sudah saatnya kamu terjun ke Perusahaan kita"
Galen terdiam, sudah jelas kenapa dia diminta pulang. Pasti adalah tentang ini. Karena dia menjadi Pewaris utama di keluarga Austin ini. Yang jelas akan memimpin Perusahaan utama.
"Ini sebuah pertanyaan atau perintah?"
"Tentu saja perintah, Papa sudah lelah memimpin Perusahaan. Sekarang tinggal kamu yang harus melakukannya"
Galen hanya menghela nafas pelan, tidak mungkin bisa menolaknya sekarang. "Baiklah, sekarang aku mau istirahat dulu"
Galen berdiri dan berlalu ke kamarnya yang sudah 10 tahun ini tidak dia tempati. Menjatuhkan tubuhnya terlentang di atas tempat tidur. Menatap langit-langit kamar dengan menghembuskan nafas pelan.
"Sepertinya sudah saatnya untuk aku melamarnya dan mengajak dia menikah. Lagian usiaku sudah hampir 30 tahun sekarang, sudah seharusnya menikah"
Galen tersenyum saat mengingat wajah gadis yang menjadi kekasihnya selama 4 tahun terakhir. Dia adalah gadis masa kecilnya yang selalu bersama-sama dengan Galen. Bahkan mereka pun menjalani pendidikan yang sama di Luar Negara. Hingga 2 tahun terakhir, dia pulang lebih dulu karena urusan dan pendidikannya juga sudah selesai disana. Bahkan sekarang saja dia tidak tahu jika Galen sudah pulang.
"Aku akan pergi menemuinya nanti malam"
*
Seorang gadis yang sedang memotong rumput di taman samping Rumah. Keringat sudah membanjiri keningnya, dia mengusapnya dengan punggung tangan.
"Nirma, makan siang dulu ayo. Tinggalkan saja itu" Seorang gadis datang menghampirinya dengan memakai payung karena hari yang sedang terik.
Nirmala mendongak dan tersenyum pada gadis yang menjadi Nona Muda di Rumah ini. "Sebentar lagi Nona, aku belum selesai. Tinggal sedikit lagi"
Gadis cantik itu duduk di bangku taman dekat Nirmala yang sedan memotong rumput. Payungnya masih belum lepas, dia tidak ingin kulitnya terbakar sinar matahari yang terik.
"Kenapa kamu melakukan ini? Padahal kamu hanya tinggal menyuruh pelayan saja"
Nirmala hanya tersenyum saja. Dia hanya seorang gadis tak punya yang mempunyai keberuntungan bisa masuk ke Keluarga besar ini. Nona Muda yang tidak mempunyai teman perempuan, tidak sengaja bertemu dengannya saat sekolah dasar dulu. Mereka menjalin pertemanan tanpa melihat status sosial. Sampai akhirnya, orang tua Laura Jovanka ini mengadopsi Nirmala yang sebenarnya adalah anak panti asuhan menjadi anak angkatnya. Namun, selama menjadi anak angkat di Rumah ini, Nirmala tetap sadar diri hingga dia sering melakukan pekerjaan pelayan seperti ini. Bukan apa-apa, dia hanya sadar diri saja siapa dirinya.
"Nona Muda masuk saja, disini panas. Makan siang duluan"
"Ck, aku tidak mau. Aku mau makan bareng sama kamu"
Nirmala tersenyum, dia menyudahi kegiatannya. Membuka topi yang sejak tadi dia pakai. "Yaudah, sekarang ayo kita masuk dan makan siang, Nona Laura"
"Oke"
Laura terlihat sangat senang, dia langsung beranjak dari duduknya. Merangkul tangan Nirmala dan berjalan masuk ke dalam Rumah.
"Aku mandi dulu ya, kamu tunggu di Ruang Makan saja" ucap Nirmala.
"Oke, jangan lama-lama ya"
"Baik Nona Muda"
Laura tersenyum ketika melihat Nirmala yang mengacungkan ibu jari padanya. Laura segera kembali ke Ruang Makan. Sehari-hari memang lebih banyak dia habiskan bersama dengan Nirmala, karena kedua orang tuanya hanya sibuk dengan segala pekerjaan. Jadi dia merasa jika Nirmala adalah penyelamatnya dalam kesepian ini.
Beberapa saat kemudian, Nirmala sudah selesai dengan mandi dan berganti pakaian. Dia segera menghampiri Nona Muda yang menunggu di Ruang Makan.
"Kenapa tidak makan duluan saja?"
"Tidak seru kalau hanya sendiri" jawab Laura sambil tersenyum.
Nirmala hanya menggeleng pelan, dia mengambilkan beberapa makanan untuk Laura. "Aku ambilkan bawang daun dan seledrinya dulu ya"
Laura hanya mengangguk saja, bahkan Nirmala sudah tahu semua tentang makanan yang disukai Laura dan tidak. Dan Nirmala selalu membantunya seperti ini. Laura benar-benar merasa dirawat dengan baik oleh Nirmala, dia itu sudah seperti menggantikan Ibunya yang selalu sibuk dengan Butiknya.
"Kayaknya pelayan lupa deh, malah pakai seledri sama daun bawang di makanan kamu. Nanti aku kasih tahu lagi ya"
"Terima kasih"
Nirmala hanya tersenyum dan mengangguk. Dengan telaten dia memisahkan daun bawang dan seledri di makanan Laura.
"Oh ya Nirma, nanti malam aku akan pergi ke Dinner bersama Benji"
Nrimala mendongak, menatap Laura dengan mata menyipit. "Kamu tidak sedang menduakan Tuan Galen 'kan?"
Laura menghela nafas pelan, dia menggigit bibir bawahnya pelan sebelum berbicara. "Tentu saja tidak. Aku hanya berteman dengan Benji. Lagian Galen juga belum pulang. Sebenarnya aku sangat merindukannya, tapi entah kapan dia akan pulang. Jadi, kamu tenang saja. Cintaku untuk Galen masih sebesar itu"
Nirmala mengangguk saja, dia hanya khawatir Laura akan mulai berpaling pada pria yang dia kenal selama beberapa bulan itu. Dan sepertinya Laura selalu terlihat senang ketika menceritakan tentang Benji.
"Pokoknya aku peringatkan kamu ya, jangan sampai mengkhianati cinta yang kalian bangun selama ini"
"Iya Nirma, aku tidak akan"
Bersambung
Aku hadir dengan kisah yang baru.. Semoga suka, dan jangan lupa dukungannya ya.. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments