NovelToon NovelToon
Engkau Milikku

Engkau Milikku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Mafia / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Balas dendam pengganti
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.

Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.

Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.

Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membalas Perbuatan Nila dan Gladis

Nila dan Gladis saat ini di kelilingi oleh beberapa anak buah Kenzo dan Sean, Nila tampak begitu ketakutan karena dia tau kalau Sean pasti akan menyiksanya lagi.

Nila tak bisa berkata-kata, dia tidak bisa mengontrol ketakutannya, berbeda dengan Gladis yang masih bingung dengan semua ini, dia tidak tahu apa yang akan Kenzo dan Sean lakukan padanya.

Sean mendekati Nila. "Wah mamaku sayang, kenapa wajahmu pucat begitu? Padahal aku hanya ingin mengajakmu dan Gladis untuk bersenang-senang hari ini." Suara Sean terdengar santai namun membuat Nila merinding, dia mengerti kemana arah pembicaraan Sean.

"Tolong nak, jika mama ada salah, maafin mama, jangan siksa mama lagi, mama ini sudah tua." Mohon Nila pada Sean yang membuat Sean tertawa.

"Tapi kelakuanmu bukan seperti orang yang sudah tua." Balas Kenzo.

"Ken, kamu harusnya kasih pengertian sama teman kamu ini, bukan malah mendukung perbuatannya." Bentak Nila pada Kenzo, ingin sekali Kenzo menampar Nila tapi dia tidak ingin Sonia melihatnya melakukan kekerasan.

"Sean, kamu mau ngapain? Jangan lukai Bu Nila Sean, aku mohon." Pinta Sonia memohon pada Sean.

"Kamu tenang aja ya, mereka jangan dipikirin." Balas Sean.

"Oke saya akan coba untuk memberi pengertian pada Sean," Kenzo mendekati Sean, "langsung saja, jangan bertele-tele." Kata Kenzo pada Sean yang membuat Nila semakin takut, Sean mengeluarkan senyum jahatnya pada Nila.

"Sebenarnya kalian ini mau apa sih? Kenapa bawa-bawa aku segala?" Protes Gladis yang tidak terima kalau dia juga ikut dibawa ke sana.

Kenzo berjalan santai menuju Gladis dan mengayunkan tangannya menampar pipi Gladis hingga gadis itu tersungkur.

"Kenzo, apa-apaan ini, jangan kurang ajar ya kamu." Bentak Gladis.

"Bacot, harusnya kau itu mikir, dosa apa yang sudah kau lakukan pada Sonia."

"Dosa? Aku nggak ada urusan sama Sonia Ken, aku nggak ada masalah sama dia." Kenzo kembali menampar pipi Gladis, Gladis memegang kedua pipinya yang terasa begitu panas, Sonia yang menyaksikan hal itu ingin melarang mereka namun Sean menahannya.

"Udah ingat belum dosamu? Kalau belum sini biar aku tampar lagi." Kata Kenzo santai.

"Gila kamu, tau nggak, sakit pipiku Kenzo."

"Baru juga pipi, untung bukan leher mu yang aku gorok."

"Kenzo, udah jangan kayak gini, mereka perempuan, kalian kok tega sih nyiksa perempuan kayak gini." Sonia akhirnya angkat suara, dia begitu kasihan melihat Gladis dan juga Nila yang ketakutan.

"Sonia, kamu harus kasih pengertian sama mereka, kamu tega sama ibu?" Kini Nila berusaha untuk meminta pengertian Sonia.

"Gimana nih?" Tanya Kenzo pada Sean, Sean mengamit tangan Sonia dan menyuruhnya untuk duduk di kursi yang nyaman, Sean menutup mata Sonia dengan sapu tangan, "kamu ngapain sih?" Tanya Sonia ketika matanya ditutup oleh Sean, tangannya juga diikat.

"Jika kamu nggak sanggup untuk liat, duduk tenang aja di sini dan berdoa saja supaya mereka berdua baik-baik saja." Bisik Sean pada Sonia.

"Jangan sakitin mereka Sean, kalau kamu begini, aku nggak mau cerita apapun lagi sama kamu." Ancam Sonia dengan mata yang sudah tertutup.

"Aku nggak takut dengan ancaman kamu, siapapun yang udah nyakitin kamu harus terima akibatnya." Sean kemudian menutup mulut Sonia agar tidak protes lagi dan memakaikan Sonia headphone milik Kenzo lalu memutar musik dengan cukup keras agar istrinya itu tidak mendengar apapun.

Sekarang Sean dan Kenzo kembali pada Gladis dan Nila, Sean mendekati mereka berdua.

"Ingat kejadian beberapa tahun lalu? Saat kalian merebut cincin Sonia yang aku berikan?" Gladis dan Nila benar-benar pucat sekarang, bagaimana mereka bisa lupa akan hal itu.

"Itu kejadian kan udah lama Sean, lagian aku sama Sonia nggak ada masalah juga sekarang, kami baik-baik aja kan." Jawab Gladis.

"Kejadiannya memang sudah lama tapi itu membekas hingga sekarang, aku hanya ingin mengajarkanmu agar tidak lagi merebut hak orang lain."

Sean dengan sekuat tenaga memecutkan ikat pinggangnya yang sudah dia buka pada tubuh Gladis. Gladis memekik kesakitan sedangkan Nila dipaksa oleh Kenzo untuk melihat bagaimana Gladis disiksa oleh Sean agar dia ikut merasakan sakit.

"Makanya, kalo udah tua itu ya banyakin aja ibadah, bukan malah sibuk ngeracau urusan orang lain." Tutur Kenzo pada Nila yang saat ini sudah menangis memikirkan nasibnya.

"Sekarang giliranmu mama." Kata Sean.

"Tolong maafkan aku Sean, aku memang bersalah pada Sonia, aku akan bersujud meminta ampunan dari Sonia." Mohon Nila.

"Kau bukan hanya mengganggu istriku tapi kau juga sudah menghancurkan kehidupan adikku, sekarang katakan padaku, apa yang sudah kau lakukan pada Fian sewaktu dia SMA?"

Nila menatap Sean, lalu menceritakan semuanya pada Sean.

"Aku menculik Fian dan memberinya suntikan narkoba, aku melakukan hal itu rutin pada Fian agar dia tidak bisa lepas dari obat-obatan terlarang, Fian aku gunakan sebagai alat untuk menjualkan narkoba di Indonesia, aku juga memanfaatkan Fian untuk melakukan transaksi gelap dengan mafia yang bernama Miller. Itu saja." Tutur Nila.

"Kau selalu mengancamnya bukan?"

"Iya, aku selalu mengancamnya bukan hanya membuka kelakuannya pada kamu dan Endro, tapi juga mengancam akan melaporkan transaksi gelapnya pada polisi."

Mendengar penuturan Nila, Sean mencekik wanita itu dengan kuat hingga wanita paruh baya itu tak bisa lagi berkata-kata.

Dia kemudian melepaskan cekikannya dan kembali bertanya.

"Apa hubunganmu dengan istriku? Kenapa kau begitu antusias untuk memisahkan aku dengan Sonia?" Nila dengan hati yang tak karuan menjelaskan semuanya pada Sean.

"Aku membenci Sonia karena dia sudah berselingkuh dengan suamiku, kau pun tau itu bukan."

"Dia tidak pernah selingkuh dengan papaku, jawab yang jujur."

"Aku sudah jujur, kau tanya saja pada istrimu itu, dia ada hubungan atau tidak dengan Endro."

"Aku tidak percaya ucapanmu, sekarang katakan padaku, siapa yang memberikan obat mematikan pada Sonia? Hingga istriku sakit sekarang."

"Aku tidak tahu Sean, kalau hal itu aku tidak tahu, sungguh." Sean melihat tidak ada kebohongan di mata Nila saat ini.

"Kau jangan terlalu mempercayai istrimu Sean, kau itu sudah dibutakan olehnya, kau harus buka mata dan harus tahu kalau Sonia hanya memanfaatkanmu saat ini untuk menutupi kebusukannya, dia itu masih sering tidur dengan suamiku." Sean menampar kedua pipi Nila, dia tidak terima dengan perkataan Nila yang begitu merendahkan istrinya.

"Kau pikir aku bodoh, selama menikah denganku, dia selalu bersamaku, kalau kau mau berbohong, ya dipikir dulu." Geram Sean.

"Oke, sekarang aku hanya ingin kalian mengingat bagaimana kalian memperlakukan istriku saat dia ingin merebut cincinnya kembali." Gladis dan Nila saling tatap-tatapan, mereka mengakui kalau mereka sudah keterlaluan pada Sonia saat itu.

"Udah ingat belum?" Tanya Kenzo.

"Maafkan kami Sean, aku akan meminta maaf pada Sonia." Pinta Gladis.

"Urusan kalian bukan lagi dengan istriku, tapi denganku karena cincin yang kalian ambil darinya adalah pemberianku." Ujar Sean.

"Oke kita mulai dari mana nih?" Tanya Kenzo dengan semangat.

"Saat Sonia meminta pada wanita tua ini, dia malah dapat pukulan, bagian mana yang kau pukul waktu itu?" Nila hanya menggeleng dan tubuhnya bergetar.

"Tolong maafkan aku Sean." Sean memukul lengan dan kaki Nila secara bergantian menggunakan tongkat kayu yang kecil, dia masih memiliki hati untuk tidak terlalu menyiksa wanita yang berstatus ibu tirinya itu, lalu menggunting rambut Nila secara asal, sama seperti Nila memperlakukan Sonia.

"Lalu apa lagi?" Tanya Kenzo setelah Sean selesai dengan Nila dan menatap Gladis.

"Wanita jalang ini sudah menginjak tangan istriku." Jawab Sean, Kenzo dengan sepatu kerasnya menginjak tangan Gladis hingga berdarah, kedua wanita itu tak hentinya teriak kesakitan saat disiksa oleh Kenzo dan Sean.

Setelah dirasa cukup puas, Sean membuka penutup mata dan ikatan tangan Sonia, dia juga membuka penutup mulut istrinya dan mengambil headphone dari Sonia. Sonia mengerjapkan mata, kepalanya berdenyut karena musik yang diputar oleh Sean sangat keras hingga telinganya sedikit berdengung.

"Mana Bu Nila dan Gladis?" Tanya Sonia karena tidak melihat keberadaan dua wanita itu lagi.

"Udah pulang, aku suruh anak buahku untuk mengantarkan mereka."

"Kamu apain mereka?"

"Cuma pemanasan sedikit kok, nggak sampai mati juga."

"Serius Sean."

"Aku serius sayang." Sonia kali ini tidak yakin jika suaminya tidak melakukan sesuatu yang menyakitkan pada kedua wanita itu.

"Mending sekarang kita cari makan yuk, kata Sean tadi kamu mau bakso ya." Kenzo mengalihkan pembicaraan.

"Iya, padahal ada loh tadi di rumah baksonya, entah gimana itu nasib sang bakso." Perkataan Sonia mengundang gelak tawa bagi Sean dan Kenzo.

"Udah menggelinding kali Son." Balas Kenzo.

"Iya kali ya, udah dingin pula." Sahut Sonia lagi, Sean hanya tersenyum menanggapi ucapan sahabat dan istrinya itu.

Mereka bertiga naik mobil Sean, "bakso mana nih?" Tanya Kenzo.

"Bakso Mang Jaja aja, enak di sana, kesukaan istriku." Saran Sean.

"Oke boleh tu, pilihan baksonya juga banyak kan." Sahut Kenzo.

"Kamu kok mau aja sih Ken, bantuin Sean buat nyiksa orang begitu?" Tanya Sonia yang kembali teringat dengan Gladis dan Nila.

"Aku lagi nggak ada kerjaan, makanya mau bantuin Sean." Jawab Kenzo asal.

"Nggak pernah serius kalo ngomong sama kamu." Kenzo hanya tertawa melihat Sonia yang memajukan bibirnya kesal.

...🕊🕊🕊...

Mereka bertiga sudah sampai di warung bakso dan memesan bakso pilihan masing-masing, saat pesanan datang dan mereka siap untuk menyantapnya, Sonia dihampiri oleh wanita tua yang dia temui saat bersama Vanno dulu.

"Suami kamu mana?" Tanya wanita tua itu, Sonia kaget dan takut jika nanti dia salah jawab.

"Saya suaminya." Jawab Sean, wanita itu menatap Sean dengan seksama.

"Kamu nikah lagi?" Tanya wanita itu pada Sonia dengan nada tidak menyangka.

"Enggak bu, yang kemarin itu teman saya, dia hanya becanda waktu itu, ini suami saya, suami saya cuma satu, saya nggak nikah lagi." Jawab Sonia.

"Nggak cocok kamu sama yang ini, cocokan sama yang kemarin." Wanita itu berlalu pergi meninggalkan meja Sonia, dia tidak merasa bersalah sama sekali setelah mengucapkan hal itu di hadapan suami Sonia, Kenzo tertawa terpingkal mendengar jawaban wanita tua itu.

"Siapa yang dia bicarakan?" Tanya Sean pada Sonia, dia tidak mempedulikan Kenzo yang sedang menertawakannya.

"Kamu ingat waktu aku diantar sama Vanno? Kami singgah buat beli martabak, ketemu sama ibu itu, Vanno dengan asal aja bilang kalau dia suamiku." Jelas Sonia yang membuat Sean cemburu.

"Terus kamu mau aja gitu dia bilang kalau dia suamimu?"

"Bukan gitu, maaf ya Sean."

"Maaf lagi." Sean sambil memutar bola  matanya dengan malas.

"Kalo diliat-liat ya Son, emang si Vanno itu cocok sama kamu, dia berwibawa, ganteng, kaya, baik, sopan, lembut lagi." Sean melemparkan garpu pada Kenzo, dengan cepat Kenzo menghindar.

"Kenapa marah, biasanya orang tua begitu nggak salah dalam menilai."

"Diam atau aku akan mencongkel matamu."

"Okee." Kenzo kembali memakan baksonya sambil terus menahan tawa.

"Kamu marah ya?" Tanya Sonia.

"Nggak kok, ayo makan, lupain aja itu nenek-nenek, bikin mood hancur aja." Sonia kemudian tersenyum dan melanjutkan memakan baksonya.

...🕊🕊🕊...

Sean sangat berniat untuk menghabisi Nila tapi Sonia selalu bilang padanya kalau dia tidak boleh menyakiti Nila, karena gimana pun juga, Nila adalah ibu tirinya dan istri dari ayahnya, jika Nila tidak ada, Endro akan semakin gencar mendekati Sonia.

"Kamu kenapa sih, dari tadi bengong mulu? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Sonia pada suaminya.

"Nggak kok, aku hanya terpikir untuk membunuh Nila." Jawab Sean jujur.

"Astaghfirullah Sean, kamu jangan begitu, gimanapun juga Bu Nila itu..."

"Ibu aku?"

"Iya"

"Aku nggak pernah mengakui dia ibuku, mamaku sudah lama meninggal dan nggak ada yang bisa gantikan beliau." Sonia mengerti dengan amarah suaminya, dia memeluk Sean dan mengecup pipi Sean yang sedang menyetir.

"Makasih ya." Ucap Sean dengan membalas kecupan Sonia.

1
Lina ciello
gustii kembarr 3 gaess 😁
GuGuGaGa_90
first time aku baca novel, awal cerita aku dh naik angin.. /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Lina ciello
oalahh
GuGuGaGa_90
Luar biasa
Vebi Gusriyeni: Terima kasih atas dukungannya 😊
total 1 replies
GuGuGaGa_90
jgn berubah Sean... teruskan dgn demam gilamu itu.
GuGuGaGa_90
aku harap, bila baca part last cerita ni Sonia meninggal...
GuGuGaGa_90
benar2 pasangan gila... mafia saja x seksa isteri mcm tu walaupun benci...
GuGuGaGa_90
mati je la sonia
GuGuGaGa_90
cinta itu gila
GuGuGaGa_90
Nikmati saja lah Sonia...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.
GuGuGaGa_90
ya nikmati saja lah
GuGuGaGa_90
padan muka
GuGuGaGa_90
pilihan yg "BODOH" ko dh disakiti knp nk bertahan.. smpi Sean dh angkat tangan kat muka ko.. pergi mampus la dgn cinta pertama... tolol
Lina ciello
yawes harus legowo krn kamu pernah nyiksa Sonia tanpa ampun 😒
Lina ciello
edannn 🤬😡
Lina ciello
iki Endro pedofil yakno
Lina ciello
sokorrr
Lina ciello
teneh porak poranda gek pertama x lgsg di trus2ke 🤣
Lina ciello
endroo demittt.. pantesann Sean koyo demittt wong turunane 😡
Lina ciello
walahhh kok jebul ibune😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!