Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merelakan untuk mempertahankan
Tok!
Tok!
Cklek!
Terlihat, Kendrick datang dengan sebuah koper di tangannya. Dia mendekat pada tuannya yang menggendong seorang bayi. Kendrick yakin, jika itu adalah bayi sang bos yang baru saja di lahirkan.
"Tuan, ini barang pesanan anda." Unjuk Kendrick.
"Berikan padanya." Titah Alan, sembari melirik ke adah Azalea yang enggan menatap ke arah nya.
Kendrick mengangguk kaku, dia memberikan koper itu pada Azalea dengan perasaan tak enak.
"Ini ...,"
Azalea menerim koper itu, dia segera mengambil pena yang berada di atas nakas dan bergegas menandatangani suratnya.
Srek!
"Berikan pada bosmu!" Ketus Azalea.
Kendrick meneguk lud4hnya kasar, mengapa ia jadi tersudutkan disini? Apakah dirinya salah?
"Mereka yang punya masalah, aku juga yang kena." Batin Kendrick.
Kendrick menunjukkan kertas itu pada Alan, dan saat Alan melihatnya. Bos nya itu mengangguk.
"Oke, kerja sama kita berakhir sampai disini. Terima kasih, biaya rumah sakit sudah aku lunaskan. Kau bisa berada disini hingga pulih, setelah sembuh kau jangan lupa. Pergi dari kota ini sejauh mungkin." ujar Alan.
Alan pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang ia mau, Kendrick pun menatap Azalea dengan pandangan bersalah. Selama ini, dirinya mengenal baik Azalea. Wanita seperti apa dia, Kendrick tahu. Cinta Azalea tulus untuk tuannya, tetapi hati Alan sudah di tutup oleh kebencian.
"Nona, maafkan saya." Lirih Kendrick.
Azalea menghapus air matanya yang menggenang di sudut matanya. Lalu, dia menatap Kendrick dengan senyum yang di paksakan.
"Bukan salahmu, tolong jaga putraku Kendrick. AKu percayakan putraku padamu, tolong ... jangan biarkan Alan membuat putraku membenciku."
Hati Kendrick tersentuh, dia mengangguk mengerti. "Jangan khawatir nona, aku akan menjaga putramu. Dan mengenalkan padanya jika ibunya adalah wanita yang hebat." Yakin Kendrick.
Sedangkan di luar, Alan menyerahkan bayinya pada Bi Sari. Wanita paruh baya itu, menatap bingung ke arah bayi mungil yang baru Alan berikan.
"Bawa dia, kita akan pulang." Ajak Alan.
"Ha? Pulang tuan? Nyonya Azalea bagaimana? Dia masih ada disini, apa Tuan tidak menunggu nya? Dia masih belum pulih," ujar Bi Sari dengan prihatin.
Alan menatap tajam Bi Sari, "Tugasmu, hanya bawa anakku. Karena sejak hari ini, Azalea bukan lagi Nyonya mu. Paham!"
Degh!!
Bi Sari menatap tak percaya ke arah Alan, pria itu bahkan tega meninggalkan Azalea yang sudah melahirkan keturunannya.
Tak lama, Kendrick keluar. Dia menatap Alan sembari mengangguk, jika tugasnya sudah selesai.
Ketiganya akhirnya pergi, walau Bi Sari sempat melirik ke arah kamar Azalea. Dia ragu meninggalkan wanita itu dalam keadaan seperti ini. Namun, dirinya adalah bawahan Alan. Dia tak punya kuasa untuk melanggar titah sang bos.
Sementara di ruang bersalin, Azalea hanya menatap kosong ke depan. Air matanya tak berhenti turun, setelah Kendrick keluar dari ruangannya.
"Anda tidak papa bu?" Tanya Suster yang begitu kasihan melihat Azalea.
Azalea menggeleng, dengan cepat dia menghapus air matanya. Lalu, dia membuka koper kecil yang Kendrick berikan tadi.
Isi koper itu berupa uang, sejumlah satu Miliar. Alan memang kaya, bahkan sangat kaya. Tak heran jika Alan memberikan uang segitu banyaknya untuk Azalea.
Azalea mengambil beberapa gepok uang dan menyodorkannya pada Dokter tersebut.
"Sesuai kesepakatan, uang ini untukmu. Aku hanya minta, rahasiakan hal ini. Jangan sampai, siapapun tahu tentang bayiku yang lain. Mengerti?"
Dokter itu mengangguk, dia menatap segepok uang yang Azalea berikan. Lalu, matanya kembali menatap Azalea yang terlihat sedih.
"Aku turut prihatin denganmu, pasti sangat berat di jauhkan dari anak. Apalagi baru di lahirkan, tetap semangat untuk bayimu yang lain."
Azalea mengangguk dan memaksa senyumnya, sangat berat di jauhkan oleh anaknya. Bahkan, dirinya serasa tak sanggup untuk terus bertahan. Jika bayinya hanya satu, dan di bawa oleh Alan. Azalea tidak tahu, bagaimana dia hidup kedepannya.
"Bayi anda berada di inkubator karena beratnya yang ringan dan terlihat seperti bayi prematur saat ini. Untuk itu, kedepannya akan kami kabarkan lagi tentang kondisi bayi anda."
"Apa putraku akan baik-baik saja?" Tanya Azalea dengan khawatir.
"Yah, dia anak yang hebat. Kau harus yakin itu." Jawab Dokter itu sembari mengelus bahu Azalea.
.
.
.
5 Tahun kemudian.
Azalea tengah menatap sosok bocah imut yang sedang menatapnya dengan tatapan lembut. Raut wajah anak itu terlihat pucat, alat bantu pernafasan terpasang apik di hidungnya.
"Mama, El nda papa. Kan dah biaca, Mama janan nanis yah." Bujuk Anak itu dengan lembut.
Elouise Avram, putra yang dulu Azalea bawa pergi tanpa sepengetahuan Alan. Kini, bocah itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sangat menggemaskan. Di umurnya yang sudah lima tahun, kecadelan belum kunjung pergi. Membuat setiap perkataan yang anak itu keluarkan terkesan sangat menggemaskan.
"El anak yang kuat kan kata na mama." Seru Elouise.
Bagaimana Azalea tak menangis? Hatinya teriris pilu setiap kali melihat putranya dalam kondisi lemah seperti ini. Azalea tak bisa berbuat apapun, dunianya seakan hancur di saat putranya di vonis mengidap gagal ginjal kronis.
Lima tahun lalu, setelah dia mendapatkan uang dari Alan. Dia keluar kota dan membeli rumah kecil di sana untuk menjauh dari Alan dan putranya sesuai perintah laki-laki itu. Namun, di kota barunya dia tak bisa mendapatkan pekerjaan. Bisnis yang ia bangun selalu sepi dan berakhir bangkrut.
Hingga akhirnya, dia tak bekerja dan hanya mengandalkan uang dari Alan. Di saat uangnya menipis, mau tak mau Azalea harus mencari kerja. Namun, sayangnya di kotanya itu tak ada lowongan kerja untuknya.
Di saat Azalea bingung mencari kerja dimana, putranya jatuh sakit dan di haruskan di rawat inap. Di saat itulah, Azalea tahu bahwa putranya mengidap Gagal Ginjal kronis di umurnya yang baru menginjak empat tahun.
Azalea menjual rumahnya dan barang yang ia punya, demi pengobatan putranya. Dia menghabiskan seluruh hartanya, agar putranya bisa mendapatkan perawatan yang baik. Berharap, putranya bisa kembali pulih.
Namun sayangnya, putranya tak kunjung sembuh. Cuci darah yang tadinya hanya di lakukan dua minggu sekali, menjadi lebih sering. Sehingga, Azalea memutuskan untuk kembali ke kota besar. Akhirnya, Azalea mendapat pekerjaan. Walaupun, hanya sebagai karyawan toko kue yang gajinya di bawah empat juta saja.
"El, maafkan mama. Mama belum bisa memberikan pengobatan terbaik untuk El hiks ... mama ...,"
Elouise menempelkan jarinya di mulut sang mama, keningnya mengerut dalam. Tatapan sayunya menatap sang mama dengan penuh kelembutan.
"Ndaa ... mama nda calah. Mama ibu yang keleenn kaliii!! El cayang mama." Seru Elouise.
"Mama juga sayang El, sayang sekali dengan Elouise." Ujar Azalea yang terharu dengan perkataan putranya.
Azalea melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia harus berangkat kerja, maka dari itu dia memutuskan untuk segera bersiap.
"El, mama berangkat kerja dulu yah. El harus dengerin apa kata dokter dan suster. Tidak boleh merengek, mengerti sayang?"
"Mengelti mama." Jawab El dengan singkat.
"Pintar." Azalea meng3cup kepala putranya. Lalu, dia pun segera pergi meninggalkan ruang rawat Elouise.
Setelah pintu tertutup, Elouise menatap pintu itu dengan tatapan sayu. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, d4danya terasa sangat sesak.
"Maafin El yang cudah buat cucah mama."
Sementara itu, di sebuah ruangan kantor. Tampak seorang pria tengah memegang sebuah berkas dengan mata memerah. Urat lehernya tercetak jelas, yang menandakan bahwasanya saat ini dia sedang marah.
BRAK!!
Alan membanting berkas di atas mejanya, menatap seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk dalam.
"Semua bukti sudah jelas, bahwa kamu korupsi uang perusahaan." Sentak Alan dengan nada penuh penekanan.
"Tuan, maafkan saya. Saya menyesal, saya terpaksa melakukannya. Saya mohon, berikan saya kesempatan." Pria itu bahkan sampai memohon pada Alan, dia menangkupkan kedua tangannya dengan wajah menyesal.
Alan memanggil Kendrick, dia menadahkan tangannya pada Asisten nya itu. Mengerti maksud sang tuan, Kendrick mengambil amplop berisi uang di laci dan memberikannya pada Alan.
Brak!
"Itu uang pesangon kamu, kamu di pe-cat! Segera angkat kaki dari kantor saya, sekarang juga!" Tekan Alan.
Pria itu menatap Alan dengan tatapan tak percaya, dia bergegas mendekati Alan dan berlutut padanya.
"Tuan saya mohon, anak dan istri saya bagaimana nantinya? Di umur saya yang sekarang ini sudah sulit untuk cari kerja, kasihan keluarga saya. Anak saya ...,"
BRAK!
"Saya tidak peduli!! ENY4HLAH!"
Alan beranjak dari duduknya, dia menelpon security kantor untuk segera membawa mantan karyawannya itu.
Cklek!
"Kalian, bawa pria ini keluar. Dan pastikan, jangan biarkan dia balik lagi ke perusahaan ini!"
Kedua security bergegas menarik pria itu, walau ada pemberontakan dari orang tersebut.
"TUAN! TOLONG SAYA TUAN!! PUTRI SAYA SEDANG SAKIT!! SAYA PERLU PEKERJAAN!! TUAAN KAU AKAN MENYESAL TELAH MELAKUKAN INI PADAKUUU!"
Alan menulikan pendengarannya, dia kembali duduk sembari memijat pelipisnya. Begitu banyak kerugian perusahaan yang di buat oleh mantan pegawainya.
"Berapa uang perusahaan yang di korupsi oleh Pak Hadi?" Tanya Alan pada Kendrick.
Kendrick menatap Ipadnya, tangannya bergerak lancar di atas layar. "Sekitar, dua Miliar tuan. Dia sudah melakukan korupsi sejak enam bulan lalu dan juga ... dia memiliki hutang pada perusahaan sebesar seratus juta rupiah dalam empat kali pengambilan. Sepertinya, Hadi korupsi karena tidak bisa meminjam lagi. Karena batas maksimum adalah seratus juta rupiah." Terang Kendrick.
Alan menghembuskan nafas kasar, dia menyandarkan tubuhnya di kursi kebanggaannya. Dia memejamkan matanya sejenak, untuk mengusir rasa penatnya.
DERTT!!
DERTT!!
Alan menghela nafas kasar, baru saja dia tenang. Namun, seseorang menelponnya. Terpaksa, Alan mengambil ponselnya yang berada di atas meja dan mengangkatnya.
"Halo, kenapa Bi?" Tanya Alan.
"Itu den, Tuan Alexix gak mau belajar. Dia kabur dari rumah, sekarang lagi di kejar sama bodyguard."
"APA?! KENAPA BISA PUTRAKU SAMPAI HILANG PENGAWASAN HAH?!"
Alan mematikan sambungan telpon itu, dia menarik jas nya yang tersampir di bangku kebesarannya dan pulang ke rumahnya.
.
.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE DAN HADIAHNYA🥳🥳🥳😍😍😍
Terima kasih, semoga sehat selalu😊