NovelToon NovelToon
Dr.Amelia: The White Coat Hero

Dr.Amelia: The White Coat Hero

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Dokter Genius / Wanita Karir / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Fantasi Wanita / Careerlit
Popularitas:702
Nilai: 5
Nama Author: nurul natasya syafika

sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayang-Bayang dari Masa Lalu - Bahagian 4: Perlindungan dan Kebenaran.

Rafi menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Serangan paniknya mulai berkurang, dan ia kini lebih terbuka kepada Amelia, meski masih ada ketakutan yang terpendam.

Amelia tahu bahwa bayangan kelam dari masa lalu Rafi belum sepenuhnya sirna. Setiap langkah kecil yang diambil pasiennya ke arah pemulihan selalu disertai ancaman yang tampak semakin nyata.

Malam itu, di rumah sakit, sebuah peristiwa kecil mengusik kedamaian singkat mereka.

......................

Amelia duduk di ruang konsultasi bersama Rafi. Wajah pria muda itu tampak sedikit lebih tenang dibanding beberapa minggu lalu. Di meja di depan mereka ada secangkir teh hangat untuk Rafi, tetapi minuman itu tetap tak tersentuh.

"Rafi," Amelia memulai, menjaga nada suaranya tetap lembut dan penuh empati. "Apa yang kamu rasakan sekarang? Bagaimana dengan serangan panikmu?"

Rafi menggigit bibirnya, mencoba merangkai jawaban. Ia menunduk sesaat, jemarinya sibuk melingkari pegangan cangkir tanpa minat nyata. "Lebih baik… tapi kadang saya masih merasa seperti ada yang mengawasi saya. Bukan seperti sebelumnya, tapi cukup untuk membuat saya gelisah. Tapi… terima kasih karena terus ada di sini, Dr. Amelia."

Amelia tersenyum kecil. "Kamu yang membuat kemajuan ini, Rafi. Semua ini adalah hasil dari keberanianmu untuk menghadapi rasa takut itu. Saya hanya membantu."

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan pembicaraan, sebuah ketukan terdengar di pintu. Amelia berbalik, dan seorang perawat masuk dengan ekspresi cemas.

"Dr. Amelia, Anda diminta berbicara dengan keamanan. Ada seseorang yang mencoba memasuki rumah sakit tadi malam, bertanya tentang Rafi."

Seperti ada palu menghantam dadanya, Amelia merasakan napasnya tertahan sejenak. Ia segera menenangkan diri, lalu menoleh ke arah Rafi yang tampak langsung waspada.

"Apa yang terjadi, Dr. Amelia? Apakah itu tentang saya?" tanya Rafi dengan nada takut, matanya mulai mencari jawaban di wajah Amelia.

Amelia mencoba tersenyum, meskipun dalam hati, pikirannya sudah dipenuhi berbagai kekhawatiran. "Tidak apa-apa, Rafi. Saya akan memastikan semuanya baik-baik saja. Kamu tetap aman di sini, percayalah."

......................

Di ruang keamanan, Amelia bertemu dengan petugas rumah sakit. Ia ditunjukkan rekaman CCTV dari malam sebelumnya, yang memperlihatkan seorang pria asing berkeliaran di lorong rumah sakit. Pria itu tampak gugup dan gelisah saat bertanya kepada seorang perawat tentang keberadaan Rafi.

"Dia tidak berhasil masuk ke ruang perawatan," kata salah satu petugas keamanan. "Tetapi jelas ada sesuatu yang dia cari."

Amelia memandang layar dengan perasaan bercampur aduk. Ada ketakutan, tetapi juga tekad yang mulai menguat di dalam dirinya. Ia segera menghubungi detektif Armand, seseorang yang ia percaya bisa membantunya melindungi Rafi.

"Armand," Amelia berbicara dengan nada tegas di telepon. "Saya yakin pria ini dikirim oleh ayah Rafi. Dia punya cukup pengaruh untuk menyewa seseorang agar bisa menemukan anaknya."

Armand mendengarkan dengan seksama, kemudian menjawab dengan nada serius. "Kami sudah menyelidiki jaringan ayahnya. Ada indikasi kuat bahwa dia terlibat dalam kejahatan terorganisir, termasuk perdagangan manusia. Tetapi kami memerlukan sesuatu yang lebih kuat untuk bertindak, yaitu kesaksian dari Rafi sendiri."

Amelia terdiam sesaat. Ia tahu betapa beratnya meminta Rafi untuk membuka luka lamanya demi memberikan kesaksian. "Saya akan berbicara dengannya," kata Amelia akhirnya. "Tapi tolong pastikan dia mendapat perlindungan tambahan. Saya tidak mau ini membahayakan dirinya."

......................

Amelia kembali ke ruang konsultasi. Rafi sudah menunggunya, ekspresinya cemas, seolah tahu bahwa sesuatu yang serius sedang terjadi. Amelia duduk dengan tenang di depannya, mencoba memilih kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan.

"Rafi," Amelia memulai dengan hati-hati. "Kamu sudah sangat jauh melangkah untuk sampai di titik ini. Saya tahu kamu berjuang keras untuk melepaskan diri dari masa lalu. Tapi saya perlu jujur padamu, ada ancaman nyata yang mungkin hanya bisa kita tangani jika kamu siap untuk berbicara lebih banyak."

Rafi menatapnya, wajahnya tampak penuh kebingungan dan ketakutan. "Apa maksud Anda, Dr. Amelia? Apa yang terjadi?"

Amelia menarik napas panjang. "Ayahmu masih berusaha mencarimu. Kami yakin bahwa dia memiliki jaringan yang cukup kuat untuk membahayakanmu. Tetapi pihak berwenang membutuhkan kesaksianmu untuk bisa bertindak lebih jauh."

Tangan Rafi mulai gemetar. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata. "Bagaimana jika saya tidak bisa melakukannya? Bagaimana jika mereka menangkap saya lagi? Atau lebih buruk, mereka menyakiti Anda juga..."

Amelia mencondongkan tubuh sedikit, menatap langsung ke mata Rafi dengan penuh keyakinan. "Rafi, kamu tidak sendirian. Saya ada di sini untuk mendukungmu. Dan kamu punya hak untuk melindungi dirimu sendiri. Apa yang terjadi padamu dulu bukan salahmu. Ini adalah kesempatanmu untuk mengatakan kebenaran, untuk membebaskan dirimu dari rasa takut itu."

Hening sesaat menyelimuti ruangan. Rafi menunduk, kedua tangannya mencengkeram sisi kursi dengan erat. Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara pelan namun mantap, "Baiklah. Saya akan melakukannya. Tapi saya tidak bisa melakukannya sendirian."

Amelia merasa lega. Ia meraih tangan Rafi dan menggenggamnya dengan lembut. "Kita akan melewati ini bersama-sama. Saya berjanji tidak akan meninggalkanmu."

......................

Beberapa hari kemudian, Rafi memberikan kesaksian kepada pihak berwenang, didampingi Amelia dan seorang psikolog lainnya. Ia menceritakan dengan rinci tentang kekerasan yang dialaminya di masa kecil, termasuk aktivitas kriminal yang dilakukan oleh ayahnya. Kesaksian itu menjadi bukti kunci yang diperlukan oleh detektif Armand untuk menangkap ayah Rafi dan beberapa anggota jaringan kejahatannya.

Namun, meski ancaman terbesar telah berkurang, Amelia tahu bahwa perjalanan Rafi menuju penyembuhan masih panjang. Ia terus mendampingi pasiennya melalui sesi terapi yang lebih intensif, membantu Rafi memproses trauma dan membangun kembali kepercayaan dirinya.

......................

Sementara itu, di tengah perjuangannya untuk melindungi Rafi, Amelia menghadapi tekanan baru dari rumah sakit. Sebuah perusahaan farmasi besar mulai memaksakan penggunaan obat-obatan baru tanpa uji klinis yang memadai. Amelia merasa terjebak antara tanggung jawab moralnya sebagai dokter dan tekanan dari pihak manajemen.

Dalam sebuah rapat dewan, Amelia berbicara dengan tegas, meskipun ia tahu bahwa pandangannya tidak populer. "Tugas utama kita adalah melindungi pasien, bukan menjadi kelinci percobaan untuk produk yang belum terbukti aman. Saya tidak akan membahayakan kesehatan pasien saya hanya demi keuntungan perusahaan."

Meskipun banyak yang mendukung pendiriannya secara diam-diam, Amelia tahu bahwa konfliknya dengan manajemen rumah sakit belum selesai.

......................

Beberapa minggu setelah penangkapan ayahnya, Rafi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih signifikan. Ia tersenyum lebih sering, meskipun masih ada ketakutan yang sesekali muncul. Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rafi merasa bebas.

Saat Amelia mengantar Rafi ke pintu keluar rumah sakit untuk memulai hidup barunya, ia berkata, "Rafi, ini bukan akhir dari perjuanganmu, tapi ini adalah awal yang baru. Kamu telah menunjukkan keberanian luar biasa, dan saya sangat bangga padamu."

Rafi tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Dr. Amelia. Anda telah memberi saya harapan ketika saya merasa semuanya sudah hilang. Saya tidak akan pernah melupakan ini."

Amelia menatapnya pergi, merasa puas dengan pekerjaannya. Namun, saat ia kembali ke kantornya, ia melihat sebuah email masuk dari pihak manajemen rumah sakit. Pesan itu hanya berisi satu kalimat pendek yang membuat hatinya bergetar:

"Tekanan dari perusahaan farmasi akan meningkat. Kami harap Anda dapat menyesuaikan diri."

Amelia memandang layar komputernya dengan ekspresi tegas. Ia tahu bahwa perjuangannya belum selesai. Tidak untuk pasiennya, dan tidak untuk dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selesai kisah Dr.Amelia dan Rafi

Episode berikutnya adalah aksi Dr.Amelia yang baru…..

1
ahyuun.e
mohon maaf ya ini thor, ini Doktor apa dokter ya? penulisan gelar dokter itu dr. penulisan Dr. itu untuk gelar doktoral atau lulusan s3 jdi mana yg bner ini? tolong di perjelas klo gak tau istilah nama" gelar mending sebutin aja lengkapnya dokter gitu gak usah mke istilah ketimbang salah 🙏🏻
ahyuun.e: sama-sama thor, terus berkarya thor. untuk penulisan gelar depan emang se krusial itu ya thor, kalau salah penulisan jdinya juga salah penyebutan hehe mohon untuk di koreksi kembali apalgi masuk ke judul besar 🙏🏻
Syasmile: haloo makasih sarannya sebelumnya, saya juga ga terlalu merhatiin ini sebelumnya nanti bakal di perbaiki lgi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!