Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Raya Sepi
Takbiran bersahut-sahutan, dari mushola, langgar, surau, sampai masjid-masjid besar. Hari ini adalah hari kemenangan bagi Umat Islam sedunia. Hari Raya Idul Fitri. Semua orang berbahagia, bersuka cita. Diwarnai dengan makan bersama, silaturahmi, dan solat Berjama'ah.
"Telah usai puasa tiga puluh hari lamanya, kini waktunya berbahagia.... Namun rasanya lain... Tak seperti tahun sebelumnya ya Mak." ucap Bintang pada Mamaknya.
"Semua orang yang hadir solat berjamaah dimasjid untuk solat id tadi memakai masker semua. Mereka katanya takut terjangkit penyakit 'ain yang katanya masih belum habis." ucap Bintang lagi.
"Bukan cuma itu. Kita yang biasanya pulang kampung mudik ke kampung Madras, malah cuma diam aja disini kampung Idiom." keluh mamaknya juga.
"Iya betul Mak... semoga aja cepat berlalu semua cobaan ini untuk seluruh manusia. Aamiin ... " ucap Bintang kemudian.
Dia sepulang dari masjid, bersalam-salaman dengan keluarga di dalam rumahnya saja. Karena telah keluar edaran dari kepala RT setempat dilarang bersalaman dengan tetangga untuk sementara waktu mengingat penyakit 'ain yang kini beredar masih belum musnah. Jadi Bintang tadi hanya salaman sama Mamaknya, mbak nya dan mas iparnya. Dan keponakannya juga salaman padanya. Kemudian tadi juga Bintang telah selesai makan bersama keluarga. Hanya itu saja hari raya tahun itu.
Bintang pun setelah selesai semua acara di keluarga nya, dia masuk ke dalam kamarnya, hp nya yang dari bangun tidur belum dijamah nya sama sekali pun agak dia rindukan.
langsung lah dia buka grup obrolan wa. Wajar saja, yang dia buka hanya selalu grup. Karena jarang ada chat pribadi masuk ke dalam wa nya. Dia belum memiliki kekasih. Dia masih jomblo hingga saat ini. Walaupun dia sudah terhitung kating di kampusnya. Dia sudah semester empat.
Permata: Happy Ied Mubarok teman-teman
Seperti biasanya, sekretaris alumni SDIMT itu selalu mengawali wa di obrolan grup. Dan kemudian disusul balasan oleh teman-temannya yang lain. Yang kini hanya berjumlah empat belas orang saja.
Bara : Iya sama-sama... Minal aidzin wal Faizin semuanya
Hasbi : Apakah kita bisa silahturahmi guys?
Zulfa : pengen sih... tapi gak apa ta?
Nur : takut gak sih?
Roro : kalau aku sih gas aja ketemu!
Riz : jangan gitu. sebagai warga negara yang baik kita harus mematuhi aturan yang ada...
Bintang : ah yaudah sih teman-teman gak usah ketemu dulu demi kebaikan kita semua. Aku juga udah gak mau kehilangan salah satu dari kalian lagi....
Bintang akhirnya mengeluarkan suaranya dalam obrolan grup. Seketika obrolan pun menyetujui pendapat Bintang. Pagi pun berlalu dengan cepat, hari raya kali ini sudah bagaikan bukan hari raya. Sudah kebiasaan warga kampung Idiom kalau hari raya pasti harus kumpul-kumpul. Tapi kini untuk pertama kalinya mereka tidak berkumpul.
...****************...
Seseorang berbondong-bondong mendatangi rumah Bintang, para tetangganya. Mendatangi, hanya tetangga dekat dan kerabat dekat saja. Mereka semua berkumpul ke rumah Bintang. Dari kejauhan pandangan mata tak henti memperhatikan ke arah rumah Bintang.
Setiap orang yang datang maupun keluar dari rumah Bintang, dengan tangisan kedua mata yang basah dan tak henti menangis.
Kedua mata yang kini memperhatikan pun semakin terheran, "Apa yang mendadak terjadi pada Bintang?!" dia kini bertanya-tanya sendiri.
Terhalang karena aturan dari pemerintah, jika ada orang meninggal hanya boleh didatangi kerabat dekat dan tetangga terdekat nya saja. Tidak diperbolehkan berkumpul lebih dari dua puluh empat jam nonstop. Harus kembali ke rumah masing-masing saat malam jam delapan.
Aturan itu masih diingatnya, sehingga dia tak beranikan diri untuk mendekati rumah Bintang yang kini membuatnya bertanya sendiri pada hatinya yang tak ada jawabannya.
Sedangkan semakin lama dia memperhatikan, tak lama kemudian mamaknya Bintang tampak keluar dari dalam rumah yang saat itu tiba-tiba ada tubuh Bintang yang digotong oleh beberapa orang laki-laki dengan di tutupi oleh kain jarik. Kainnya orang yang sedang.
"Bintang meninggal dunia?!" pekiknya sendiri kini.
Tiba-tiba satu tepukan di pundaknya, mengagetkan dirinya, "Bara?!" ucap suara yang telah mengagetkan nya itu. Yang ternyata dia adalah Riz.
"Ngapain kamu Bara? Kok disini. Gak masuk aja ke rumah Bintang!" ucap Riz yang kini berdiri tepat dihadapannya.
"Kan aturan pemerintah melarang." ucap Bara.
"Kita kan sudah seperti kerabat dekatnya. Ayo masuk." ucap Riz. Sedangkan Riz telah berpakaian serba hitam.
"Kamu tahu kalau Bintang meninggal dunia?" tanya Bara.
"Ah kamu gimana sih. Kok tiba-tiba amnesia! Kan kamu sendiri yang nyuruh Permata buat pengumuman di grup atas kematian Bintang?!" ucap Riz.
"Apah?!!! Aku kok gak inget sama sekali." ucap Bara dalam hatinya.
Dia pun tak pikir lama, dia mengikuti Riz dari belakang. Menuju ke rumah Bintang. Bintang kini yang tengah di masukkan ke dalam tempat pemandian jenazah.
Bara semakin bingung, saat mamaknya Bintang tiba-tiba datang menghampiri dirinya dan memeluk dirinya sembari berkata, "Bara! Bara Bagaskara!... Akhirnya kau datang juga...." ucap Mamaknya Bintang.
Bara yang masih dipenuhi kebingungan dengan apa yang terjadi pun semakin bingung atas sikap mamaknya Bara.
.
.
.
Lanjutannya secepatnya guys 😘