Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Jika tidak mau pilih biar biar saya yg pilihkan.."
Satria menunjuk ponsel yg sama dengan yang ia miliki ke pramuniaga itu ,dengan senang hati mereka membungkusnya .
"Gunakan ini dengan baik.." Ingat saya tidak ingin lagi tidak menjawab telepon dari saya, Paham .!"
"Paham ..Pak . Terimakasih sebelumnya.."
Tidak ada jawaban dari Satria ,pria itu memilih menghidupkan mesin mobil .Masih ada tujuan lain yg harus mereka kunjungi yaitu mengenyangkan perut .
"Sulit di mengerti tapi gue suka ,haruskah berterima kasih pada ponsel lama ,,? Ah... Padahal masih sayang.."
"Terimakasih Pak.."
Ucap Emily saat mobil berhenti di depan rumah nya ,tidak ada jawaban dari Bos nya itu sampai ia membuka pintu mobil tangannya di cegat .
"Apa kamu tidak keberatan untuk tinggidi apartemen"!
Kening Emily mengerut ." Maksudnya Pak..?"
"Saya tidak hanya ingin kamu jauh dari pandangan saya ,kapan pun dan sedang apapun kamu harus siap melayani saya."
Glekkk ,...
Mendengar kata melayani membuat Emily mati matian meneguk saliva nya sendiri ,apakah ini tidak terlalu bar bar..?
"Saya sudah siapkan apartemen untuk kamu , kalau kamu siap..!"
"Apartemen..!"
Jujur saja itu yg Emily inginkan saat ini menjauh dari kehidupan Ibu dan adiknya yg sungguh bisa membuat nya gila .Tapi jika untuk selalu siap melayani nya ia sangat takut.
"Kamu bisa pikirkan masih banyak waktu , empat minggu menurut saya bisa untuk berpikir kembali "
Emily menggeleng kan kepalanya cepat .
"Untuk langkah ini saya sudah yakin Pak ,hanya butuh waktu untuk membiasakan diri "
Ia sangat takut jika Bos nya itu memutuskan perjanjian mereka begitu saja , Karena untuk saat ini dirinya benar benar membutuhkan uang.
"Baiklah ...Silahkan sudah di tunggu."
Emily tersadar keberadaan nya sekarang ,di depan rumahnya terdapat Ibu dan sang adik sedang menatap ke arah mereka.
"Baik Pak ..Sekali lagi terimakasih Pak..."
"Saya muak mendengar ucapan itu sepanjang hari.."
Tidak ada suara lagi dari Emily ,ia memilih turun karena takut membuat Bos nya semakin kesal ,Sulit di tebak dan tempramental .
"Emily..astaga apa itu..?"
Sang Ibu langsung menyerbu melihat totebag yg Emily jinjing .Belum juga Satria pergi dari pelataran rumah mereka Emily sudah di bombardir banyak pertanyaan dari sang ibu . Jujur saja ia merasa tidak enak hati dengan Satria ,untung saja pria itu sudah menancap gas .
"Apa sih Bu ... Emily mau mandi dulu ,cape..!"
"Eh ..eh .... Emily liat dulu ibu ,ibu mau liat."
Emily tidak menghiraukan ,ia melangkah memasuki rumah nya lalu mengunci pintu kamar rapat rapat menandakan ia tidak ingin di ganggu.
Ia tau pasti ibunya ingin merebut barang yg ia bawa .Seperti hal hal yg sudah terjadi sebelumnya, maka dari itu akan ia pertahankan pemberian dari Bos nya ini tak perduli jika harus ada cek cok lagi dengan ibu dan adiknya.
*****
"Eh.. Eh...Lu tau gak ".
Emily ikut oenajamkan pendengarannya ,saat ini dirinya berada di kamar mandi setelah buang air kecil bagi wanita wajib menata kembali riasan nya.
"Yg istri nya Pak Satria bukan..!"
Yang awalnya hanya iseng kini Emily semakin menajamkan pendengarannya sembari pura pura sibuk memoles lipstik .
"Ia betul banget ih ,tadi istri nya Pak Satria dateng .Uju buset namanya istri CEO ya glamournya minta ampun.."
"Eh... Bukannya udah cerai ya..?"
Emily dan wanita yg memulai pembicaraan itu terlihat terkejut. Tetapi bedanya Emily pura pura memasang wajah datar sembari melanjutkan kini merapihkan rambutnya.
"Ah..masa .? Tapi emang ia juga sih setiap ke sini pasti kita denger dari orang orang atas Pak CEO marah marah."
Dua wanita itu melirik ke arah Emily ,merasa dirinya menjadi pusat perhatian ia berdehem buru buru memasukan kembali lipstik nya.
"Pasti sekretaris itu tau kan..?"
Sebelum benar benar keluar dari kamar mandi ia masih mendengar obrolan dua orang wanita itu.
"Bener gak sih. .. Pak Satria udah punya istri..?"Lalu gue gimana..?"
Emily duduk di kursi kebanggaan nya ,jarinya mengetuk ngetuk meja menandakan dirinya sedang berpikir keras.
"Apa mereka ribut karena gue ini...ah enggak ,lagian juga kalo udah punya istri kenapa butuh wanita peng Asi. Kan bisa istri nya saja..?"
Di kala banyak sekali yg ia pikirkan bunyi telepon membuat Emily tergelak. Segera mengangkat telepon tersebut karena jelas tau sekali siapa yg menelponnya saat ini .
"Selamat siang Pak...Ada yg bisa ...."
"Ke ruangan saya segera..!"
Suara Satria terdengar gemetar ada kesedihan di sana , Emily bisa merasakan nya .Tak ingin kena marah ia segera ke ruangan Bosnya.
Ruangan terlihat hening ,awalnya ia kira akan banyak bekas keributan di dalam sini ternyata tidak ada barang yg berantakan semuanya rapih pada tempat nya.
Di ujung sana terlihat Satria menunduk memegangi kepalanya seperti tak terusik dengan kedatangan Emily.
"Pak.."
Satria mendongak mendengar suara Emily.
"Kemari.... Saya butuh kamu..!"
Emily hanya diam ketika tangannya di tarik lalu di jatuhkan di atas pangkuan Satria. Matanya terpejam merasakan hembusan menerpa lehernya , Satria sedang mengendus di sana .
"Pak.."!
Jujur saja ini tidak nyaman baginya terlebih dadanya berdetak lebih kencang.
"Sebentar saja....Saya ingin mengecupmu ."
Glekk...
Emily mati matian menahan napas nya agar tak mengenai leher Satria karena ia tau jika hal itu terjadi semakin menambah gairah Bos nya.
"Pak... Aaahhhh.,"
Emily rasa ia sudah hilang akal bagaimana bisa desahan itu keluar, padahal ia sudah menahannya. Kini Satria semakin liar mengecupi leher hingga pundaknya Emily dan menciptakan getaran kenikmatan.
"Puaskan saja sayang.... I need you more..!"
*****
Saat ini dirinya sedang berada di apartemen milik Satria ,letaknya tidak jauh dari kantor . Pertama kali kakinya menginjak ke sana yg ia rasakan kesan mewah dan elegan. Semua perabotan kekinian tidak bisa ia tebak berapa nilainya itu.
"Kau bisa tinggal di sini selama yg kamu mau ,itu akan memudahkan ku untuk menemui mu ."
Emily menoleh ke belakang , Satria sudah duduk di sofa dengan satu kaki di angkat.
"Apa kamu keberatan..?"
Sebenarnya memang ini yg ia inginkan bisa terbebas dari ibu dan juga adiknya ,hanya saja Emily sedikit tidak nyaman dalam artian ia akan semakin sering bertemu dengan Satria .
"Tapi Pak.....Baju saya.."
"Tenang.." Semua yg kamu butuhkan sudah tersedia di kamar ,beritahu saya jika ada sesuatu yg kurang."
Mata Emily melotot ,benarkah semuanya sudah tersedia untuk nya . Melihat wajah tak meyakinkan dari Emily , Satria melangkah lebih dulu lalu di ikuti Emily dari belakang.
"Tunggu... Di sini cuman ada satu kamar ,, berarti.."
"Disini kamar kita , di lemari sudah terisi baju baju yg saya yakin muat dengan ukuran tubuh kamu.."
"Kamar kita ..?"
Emily membeo sedikit tidak yakin dengan pendengarannya..