NovelToon NovelToon
SENJA TERAKHIR DI BUMI

SENJA TERAKHIR DI BUMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.

Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.

Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.

Apakah Elara dan Orion mampu m

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Ledakan Akhir, Awal yang Baru

Elara ngerasa kayak ditelan sama cahaya terang yang nggak ada ujungnya. Suara ledakan dari inti Nexus bikin gendang telinganya kayak mau meledak, sementara tubuhnya terpental entah ke mana. Detonator yang dia aktifin berhasil—Nexus runtuh perlahan, tapi perjuangannya belum kelar.

Saat dia sadar, Elara ngerasa kepalanya berat banget. Matanya ngejereng pelan-pelan, ngelihat reruntuhan berserakan di mana-mana. Semua serba kabur, tapi satu hal jelas: dia masih hidup. Kakinya? Masih sakit parah, tapi syukurnya nggak remuk total.

“Oke, Elara... lo masih nafas. Berarti belum game over,” gumamnya pelan sambil berusaha bangkit, walaupun setiap gerakan bikin badannya protes keras.

Di sekelilingnya, Nexus kayak kehilangan nyawanya. Cahaya merah yang tadinya nyala terang udah mulai padam. Struktur bangunan yang sebelumnya kokoh udah kayak kartu domino yang pelan-pelan jatuh satu per satu. Tapi ada satu hal yang bikin bulu kuduknya berdiri: suara langkah berat di belakangnya.

"Lo pikir udah selesai, Ra?"

Elara nahan napas. Dia kenal suara itu. Dan bener aja, dari balik asap dan puing-puing, muncul sosok Ardan. Tapi dia udah bukan Ardan yang dulu. Sekarang dia cuma bayangan dari dirinya yang asli—wajahnya penuh luka bakar, sebagian tubuhnya berubah jadi logam yang rusak, tapi matanya masih bersinar merah.

“Lo keras kepala banget, ya, Dan? Nexus udah mau tamat, tapi lo tetep aja nggak nyerah,” ejek Elara sambil mencoba berdiri tegak.

Ardan cuma senyum kecil, tapi senyumnya bikin ngeri. "Lo nggak ngerti, Ra. Nexus bukan cuma bangunan atau inti energi. Nexus ada di dalam gue sekarang. Dan selama gue masih berdiri, gue bakal pastiin mimpi ini nggak mati."

---

Adu Nyawa Terakhir

Elara ngerasa adrenalin mulai nge-push batas tubuhnya. Walaupun dia udah di ujung tenaga, dia tau nggak ada pilihan lain selain ngelawan. Tangannya meraba pinggangnya, nyari senjata cadangan. Tapi sialnya, senjata terakhirnya udah jatuh entah di mana waktu dia kelempar tadi.

“Great... sekarang gue beneran kosong,” pikirnya sambil coba ngatur strategi.

Tapi Ardan nggak kasih waktu buat mikir panjang. Dengan kecepatan yang nggak masuk akal, dia udah lompat ke arah Elara, ngeayunin tangan logamnya kayak palu raksasa. Untung Elara reflek berguling ke samping, walau gerakannya bikin kaki dan punggungnya teriak kesakitan.

Tangan Ardan menghantam tanah, ngehancurin lantai beton di bawah mereka kayak kaca. "Ayo, Ra! Kasih gue sesuatu yang seru! Jangan cuma lari-lari kayak anak kecil!"

"Gue cuma lagi warming up, Dan," balas Elara sambil narik napas dalam-dalam.

Dia mulai ngeanalisis gerakan Ardan. Setiap serangan memang brutal, tapi dia nggak secepat sebelumnya. Nexus yang hampir hancur kayaknya mulai ngerusak tubuhnya juga. Itu celahnya.

Sambil ngelompat ke atas reruntuhan, Elara coba memancing Ardan buat ngehajar dia lagi. “Ayo, Dan! Lo bisa lebih cepat dari itu, kan?” Dia sengaja ngejek, bikin Ardan makin emosi.

Dan bener aja, Ardan ngehajar lagi, kali ini dengan seluruh tenaganya. Tapi Elara udah siap. Dia ngehindar di detik terakhir, bikin Ardan malah nabrak pilar besar di belakangnya. Pilar itu runtuh, ngejatuhin potongan beton langsung ke punggung Ardan.

“Rasain tuh!” Elara teriak sambil coba lari ke posisi lebih aman.

---

Keajaiban Terakhir

Tapi Ardan nggak semudah itu kalah. Dia keluar dari reruntuhan pilar dengan napas berat tapi penuh amarah. "Lo pikir gue gampang dilumpuhin gitu aja? Gue masih di sini, Ra!"

Elara mulai panik. Semua rencananya nggak cukup buat ngalahin monster yang ada di depan matanya. Tapi tiba-tiba dia inget sesuatu: detonator cadangan di rompinya. Itu adalah perangkat kecil yang bisa nge-trigger sisa bahan peledak yang masih tertanam di inti Nexus.

"Ini bakal jadi taruhan terakhir," pikir Elara sambil ngambil detonator itu.

Dia tau risikonya. Kalau dia aktifin detonator ini, Nexus bakal runtuh sepenuhnya, dan kemungkinan besar dia juga bakal terkubur bareng. Tapi dia nggak peduli. Dunia di luar lebih penting daripada nyawanya sendiri.

“Ardan,” dia ngomong pelan tapi jelas. “Gue minta maaf, tapi lo udah nggak bisa diselamatin lagi. Dan kalau itu artinya kita berdua harus hilang buat ngancurin Nexus, gue rela.”

Sebelum Ardan sempat ngerespon, Elara ngeklik tombol detonatornya.

---

Runtuhnya Nexus

Ledakan besar mengguncang seluruh bangunan. Lantai di bawah mereka mulai retak, dan suara gemuruh makin keras. Nexus runtuh dari dalam, kayak monster yang akhirnya kehilangan nyawanya.

Elara jatuh ke tanah, seluruh tubuhnya bergetar. Dia ngerasa panas dari ledakan di sekitarnya, tapi dia tetep mencoba buat ngelindungin dirinya di balik puing-puing. Sementara itu, Ardan berdiri di tengah ruangan yang runtuh, matanya bersinar terang untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya padam.

“Selesai sudah...” Elara berbisik sebelum akhirnya segalanya jadi gelap.

---

Kebangkitan

Ketika Elara sadar, dia nggak ngerti dia ada di mana. Yang dia tau, dia nggak lagi di dalam Nexus. Dia ngeliat langit biru yang bersih, suara angin yang lembut, dan aroma tanah basah. Di sampingnya, ada tim penyelamat yang ternyata berhasil nemuin dia di reruntuhan Nexus.

“Lo bener-bener gila, Elara. Tapi lo berhasil,” kata salah satu dari mereka sambil ngebantu Elara duduk.

Elara cuma bisa senyum kecil. Dia berhasil ngelakuin sesuatu yang hampir mustahil. Dunia mungkin belum sepenuhnya aman, tapi setidaknya ancaman terbesar udah hilang.

Dan untuk pertama kalinya, dia ngerasa ada harapan baru buat semuanya.

“Let’s rebuild this world,” katanya pelan, tapi penuh keyakinan.

To be continued...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!