NovelToon NovelToon
REMBULAN DI BALIK AWAN

REMBULAN DI BALIK AWAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Balas Dendam / Sistem / Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dongoran Umridá

Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemui tahanan

Setibanya di ruangan rahasia itu tuan Alex kembali menunggu. Sementara Andan mendekati sebuah lukisan besar yang tertempel di dinding. Siapapun yang masuk ke dalam ruang rahasia ini ia tidak akan menyangka bahwa di balik lukisan besar ini terdapat sebuah pintu rahasia menuju ruangan bawah tanah.

Andan menggeser lukisan itu. Lagi-lagi menempelkan telapak tangannya ke lingkaran biru yang tertempel di pintu. Pintu pun terbuka lebar. Anak tangga berwarna merah darah terpampang di ambang pintu. Andan masuk terlebih dahulu, lalu membungkuk hormat mempersilahkan tuan Alex masuk. Tuan Alex pun langsung masuk. Kemudian menuruni satu persatu anak tangga berwarna merah darah itu. Ada semacam belati yang menusuk-nusuk hati dan jiwa lelaki itu saat menuruni anak tangga. Mungkinkah ini berkaitan dengan anak tangga berwarna merah darah atau masa lalu?

Ke empat pengawal itu masih berjalan mengikuti tuan Alex menuruni anak tangga. Dari tadi tidak ada satu pun di antara mereka yang bicara. Suasana hening bahkan terkesan tegang. Hanya langkah kaki mereka yang terdengar di telinga mereka sendiri karna semua ruangan yang mereka lalui semua kedap suara.

Tangga merah darah itu menuntun mereka ke sebuah ruangan lagi. Pasti ruangan ini sudah berada di bawah tanah. Kalau bukan karna pencahayaan yang cukup bagus pasti ruangan ini akan gelap. Gelap tidak terjangkau oleh sinar matahari. Oleh karenanya ruangan ini sedikit pengap. Andan kembali mendekati pintu dalam ruangan itu.

Pintu terbuka setelah Andan menempelkan telapak tangannya pada lingkaran biru di pintu. Setelah pintu terbuka terpang-pang lah lorong panjang yang di hiasi kerlap-kerlipnya lampu. Saking panjangnya lorong itu lebih mirip dengan sebuah jalan memanjang. Kemudian membelok ke kiri lalu membelok lagi ke kanan selanjutnya melingkar.

Setelah menyusuri sepanjang lorong ini terdapat beberapa ruangan mirip penjara. Ya penjara bawah tanah lebih cocok sebutan untuk ruangan-ruangan ini. Penjara bawah tanah ini di setting seperti labirin. Tidak ada yang bisa keluar dari sana kecuali mempunyai pendeteksi jalan. Siapapun tahanan yang mencoba kabur ia tidak akan berhasil kecuali ia hanya memutar-mutar di lorong penjara itu.

Tuan Alex melangkah menyusuri lorong itu. Dinding beton yang di lapisi keramik menjadi dinding setiap ruangan. Ada puluhan orang terpenjara dalam penjara bawah tanah itu. Saat langkah tua Alex berada di ujung lorong ia menoleh pada para tahanan. Para tahanan terlihat ada yang tertidur di balik jeruji besi. Tuan Alex menoleh pada para penjaga. Sementara kedua tangannya di masukkan dalam saku.

"Apa menurut kalian aku memenjarakan para bajingan ini untuk ku berikan makan gratis lalu tidur? Semudah itukah hidup mereka di sini? Aku penjarakan para bajingan ini agar mereka hidup dalam penyesalan dan penderitaan."

Suara tuan Alex terdengar geram menahan amarah menatap tajam pada para penjaga. Wajahnya terlihat dingin. Dingin sedingin es. Membuat yang di tatapnya membeku seketika.

"Ma maaf tuan," Kedua penjaga yang sedang di tatap tuan Alex segera berlutut.

"Buat mereka menderita dan membayar tempat dan makan gratis mereka."

"Siap tuan!" Pengurus lorong itu menjawab dengan tegas.

Tuan Alex kembali melangkah masih menyusuri lorong itu. Lalu berhenti lagi di depan jeruji besi lainnya. Penjara yang satu ini berisi tiga orang lelaki.

"Buka pintunya," Perintah tuan Alex. Si penjaga langsung membungkuk lalu segera membukakan pintu dan mempersilahkan tuan Alex masuk ke dalam. Andan berjalan di samping tuan Alex. Ke empat pengawalnya mengekori dari belakang.

Tangan ketiga tahanan ini terborgol ke belakang membuat gerak mereka terbatasi. Tuan Alex berjongkok, mata tajamnya tidak lepas dari tiga orang bajingan yang membuatnya kehilangan banyak hal. Tuan Alex memegang dagu lelaki paling tinggi tegap di antara tiga tahanan ini. Memaksa orang itu menatap wajah tampannya yang kini terlihat mengerikan.

"Bagaimana rasanya hidup di lorong penjara milikku? Apakah kamu menyukainya?"

Pertanyaan tuan Alex terdengar membakar jiwa yang mendengarnya. Ada luka, dendam dan sedih dalam nada dan getaran suaranya. Membuat tahanan tinggi tegap itu tanpa sadar membasahi celananya sendiri. Tahanan tinggi tegap ini tidak mengenali tuan Alex. Yang ia kenal hanya dua penjaga yang berdiri di belakang tuan Alex. Meski tidak mengenali tuan Alex tahanan itu cukup takut dan gemetaran melihat tuan Alex.

"A.... a... a... ap... apa....

"PLAK..."

Sebuah tamparan dari tangan kekar tuan Alex membuat kalimat tahanan tinggi tegap itu tergantung tidak selesai. Pukulan di mulut itu membuatnya berdarah dan gusinya terasa sakit. Bahkan giginya hampir rontok.

"Apa kini kamu sangat takut?" Tuan Alex membuat kalimatnya terdengar mengancam menakutkan.

"Ah aku lupa,tangan ku tidak boleh ku kotori dengan menyakiti orang," Gumam tuan Alex memalingkan wajahnya ke kanan. Hanya dengan kalimat itu ke empat pengawal yang berdiri di belakangnya sudah faham maksud dari tuan Alex. Salah satu dari mereka maju lalu memukul si tahanan bertubuh tinggi tegap itu. Pukulan itu membuat mulutnya mengeluarkan darah semakin banyak. Tahanan tinggi tegap itu mengerang kesakitan. Ketika si pengawal hendak melakukan pukulan kedua tuan Alex mencegahnya.

"Cukup! Aku tak mau dia cepat mati, aku masih ingin menyaksikannya menderita sebelum mengirimnya ke neraka."

Gumam tuan Alex. Pengawal itu membungkuk hormat lalu mengambil posisi ke tempat semula. Tuan Alex kembali menyentuh dagu tahanan itu. Sekaras apapun tahanan itu mencoba mengenali wajah tuan Alex namun ia tetap tidak kenal. Tuan Alex mengerti tatapan tahanan itu. Tuan Alex tersenyum, senyum penuh misteri, tersirat dendam, luka, puas dan putus asa dalam senyuman itu. Sulit sekali menjelaskan perasaan tuan Alex saat ini.

"Kamu pasti akan terkejut jika aku memperkenalkan diriku, bukan, maksudku kalian para bedebah ini akan terkejut jika ku kenalkan diriku pada kalian."

Tuan Alex menghela nafas setelah mengucapkan kalimat itu. Sepertinya tuan Alex sedang memikirkan cara yang pas untuk mewujudkan balas dendamnya. Tuan Alex terlihat sedang berfikir. Kedua tahanan lainnya merinding menyaksikannya. Wajah tampan itu harusnya membuat mereka terpesona dan terpana. Tetapi tidak kali ini, wajah tampan itu membuat mereka merinding ketakutan. Tuan Alex senang menyaksikannya.

"Ah, kaki ku pegal berjongkok begini, tuan Alex mengeluh lagi. Segera salah satu dari empat pengawal itu keluar dari balik jeruji besi. Tidak lama kemudian ia datang membawa sebuah kursi lalu Andan mendekatkan kursi itu pada tuan Alex. Segera tuan Alex meletakkan pantatnya di atas kursi, mengangkat kaki kanannya, meletakkannya di atas kaki kiri dengan keadaan terlipat. Kemudian melipat kedua tangannya di atas dadanya.

"Sungguh kalian tidak mengenalnya?"

Kini Andan maju dengan wajah serius penuh tekanan pada nada suaranya. Ketiga tahanan itu terlihat berfikir mencoba mengenali tuan Alex. Namun, bagaimana pun mereka mencoba tetap saja mereka merasa baru ini pertama kali bertemu dengan tua Alex.

Tuan Alex menurunkan kaki kanannya dari atas kaki kirinya lalu kaki tegap bersepatu mahal itu memijak jemari tahanan gendut berkepala botak di samping tahanan berbadan tinggi tegap tadi.

"Aaaaaaa.......

1
Enink Tjadas
kynya mulai ada rasa
Fahyana Dea
keren, kak. dukung karyaku juga, ya~~
Umrida Dongoran
Bagus
Marii Buratei
Kereeeen!
Umrida Dongoran: Trima kasih ya kaka udah mampir. Semoga suka ya
total 1 replies
Frederick
Duh, hati rasanya meleleh.
Umrida Dongoran: He he semoga suka ya kq
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!