Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Kemarahan Niko
Eca menghela nafasnya ketika turun dari motor. Sepulang dari kampus langsung dibawa Niko mengisi perut di restoran terkenal.
Awal nya keadaan baik-baik saja saat masuk ke dalam restoran, seketika berubah ketika Hanif mengejar nya dari belakang.
Rasa sakit setelah diputusin oleh Eca itu masih terasa, apa lagi cara putus nya itu secara menyakitkan. Bahkan mendengar suara Eca berbicara saja membuat dadanya sesak. Ditambah dia melihat Eca bersama dengan tunangan nya sekarang.
Hanif sengaja mengikuti mereka, bukan karena ingin merebut kembali Eca dari pelukan Niko, tapi untuk dendam nya kepada Niko yang sudah menghantam wajahnya saat di pasar.
"Hanif ngapain kamu disini?" Tanya Eca penuh kepanikan.
Hanif tidak menjawab — fokus menatap wajah Niko penuh ancaman.
"Sorry, ada keperluan apa bro liatin saya seperti itu?" Tanya Niko mulai tersinggung.
"Berani juga ya kamu nunjukin wajah di depan kampus saya" Tajam Hanif.
Niko tersenyum jahat, lalu tertawa tertahan tidak niat "Balita dasar"
Situasi semakin memanas, ketika Hanif tidak terima — Langsung tantrum menggebrak meja makan.
Orang-orang termasuk karyawan disana kompak kaget, mengalihkan pandangan ke arah mereka, fokus dengan keributan yang terjadi. Bahkan ada juga yang sedang merekam kejadian.
"Hanif apaan sih kamu! Jangan bikin onar disini!" Sewot Eca.
"Diam kamu Ca!" Bentak Hanif dan Eca menciut karena takut.
"Kenapa kamu sampai merelakan hubungan yang kita bangun selama bertahun-tahun kandas begitu saja demi menerima perjodohan dengan orang ini" Kata Hanif menunjuk Niko.
"Berisik!!" Tukas Niko.
"Lihat tuh Eca sedang ketakutan sama bentakan kamu, kamu cowok bawel banget kaya emak-emak komplek asu" Bentak Niko mulai terpancing emosi.
"Mau kamu apa?" Kata Hanif menatap Niko.
Niko menghela nafas, berdiri lalu mengajak nya keluar restoran — Eca panik bukan main meminta orang sekitar untuk melerai mereka.
Baku hantam terjadi di luar restoran. Tidak sedikit juga orang yang ingin memisahkan mereka, hanya saja Niko sudah naik darah, menghajar Hanif secara membabi buta.
Bugh!!
Bugh!!
Kedua wajah pemuda itu penuh memar seketika, awalnya perkelahian mereka tidak bisa dipisahkan, setelah kedatangan petugas kepolisian yang kebetulan sedang berpatroli, menyudahi perkelahian maut mereka.
"Ada apa kalian ribut!" Tanya polisi itu.
Niko menyeka darah di sudut bibir nya, lalu menjawab pertanyaan polisi itu "Dia bentak-bentak calon istri saya pak, saya gak terima" Kata Niko.
Hanif tidak bisa menjawab, setelahnya dia mengaku kalau keributan itu awal nya dari dia, Hanif fokus memegang kepala nya yang pusing nya bukan main. Hantaman dari Niko begitu sadis jika sudah masuk ke dalam mode mengamuk.
Niko sendiri terlihat baik-baik saja dengan tubuh tegak dan wajah yang sedang memerah. Menatap perawakan Hanif yang sedang babak belur dan melemah.
"Kalian semua cepat pulang, Jangan buat keributan lagi di jalan" Titah polisi itu.
Eca kini sibuk menangis tersedu-sedu karena ketakutan, seakan mental nya di buat down, dia juga merasakan takut jika bersama Niko.
Niko mencoba menenangkan, tapi Eca terus menghindar, bahkan dia berniat untuk pulang ke mansion nya sendirian.
Sedangkan Hanif telah digiring polisi untuk menjauh dari tempat kejadian — mengawal nya sampai pulang ke rumah.
"Ca ayo pulang" Ajak Niko
"Gak mau pulang sama kamu, saya takut, saya bisa pulang naik gojek" Jawab Eca.
"Ca, saya bela kamu tadi, kamu rasain lah gimana perasaan saya lihat kamu di bentak-bentak kaya gitu" Kata Niko mencoba menenangkan kembali.
"Biarin, dia sudah biasa seperti itu, orangnya posesif" Rengek Eca.
"Kamu aman sama saya ca sekarang" Kata Niko.
Eca terdiam tiba-tiba, Niko melangkah maju dan merangkulnya pelan, mental Eca perlahan normal, dia tidak lagi menghindar saat di sentuh oleh Niko.
"Ayo pulang Ca" Kata Niko sambil tersenyum.
"Hem" Eca merespon dengan desahan kecil.
Niko mengembangkan senyuman, lalu merangkul Eca untuk mengajak nya ke sepeda motor. Eca pun duduk — Niko menjalankan mesin motornya, melaju dengan kecepatan sedang.
Suara rengekan kembali terdengar di dalam perjalanan pulangnya. Niko juga sering kali menghela nafas penyesalan nya.
Sampai membawanya ke sebuah toko boneka. Eca tersenyum dan paham apa isi pikiran Niko.
Eca sebenarnya tidak mau marahan berlarut-larut dengan Niko, mengingat barusan mereka juga sudah berbaikan.
"Pilih boneka sesuka hati kamu" Kata Niko.
Eca segera memilih boneka yang benar-benar dia inginkan, setelahnya menggiring Niko ke sebuah klinik untuk di beri perawatan medis.
Chemistry di keduanya seakan mulai menyatu di suatu kejadian, Eca bersikap dewasa menanggapi amukan dari mantan pacarnya.
Eca sangat menghargai usahanya, tapi tetap dengan pendirian Eca. Dia memilih memantapkan dirinya untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya.
"Terima kasih ya atas kepedulian nya" Kata Niko sehabis menerima obat setelah di periksa.
"Kalau saya bawa kamu dalam keadaan luka seperti ini, mau di taruh dimana wajah saya" Jawab Eca.
Niko mengangguk lemah, omongan tak bisa berkutik untuk mengucapkan sesuatu lagi. Memilih menurunkan ego untuk calon istri nya.
Niko melajukan sepeda motornya berbeda jalur menuju rumah, Eca mengerut kening langsung bertanya.
"Kita mau kemana?" Tanya Eca.
"Singgah beli bucket mawar putih dulu sebentar" Jawab Niko.
"Buat?" Tanya Eca.
"Nanti juga tahu" Jawab Niko dengan senyuman.
**
Niko tiba-tiba memarkiran motornya di halaman makam, dia turun bersama Eca — menggandeng nya penuh kelembutan.
Wajah memar masih terpampang pada diri Niko, berdiri tegak di depan makam kedua orang tua nya yang berdampingan, melihat sepasang nama batu nisan yang paling dia rindukan.
Amelia Winarti dan Suhendra
Lengkap dengan tanggal lahir dan hari kematiannya.
Eca ikut bersedih dalam duka nya, dia berjongkok dan menaruh bucket mawar — mengusap batu nisan Almarhumah Bu Amelia.
Niko maju satu langkah — ikut berjongkok menaruh sisa bucket mawar di depan nisan mendiang ayah kandung nya.
Mengirimkan doa untuk ketenangan nya, sekaligus minta restu ke orang tuanya.
"Mah, Pah — Niko sebentar lagi mau menikah, Niko kebetulan bawa calon pasangan Niko kesini, yang tenang ya di surga, Niko mau minta restu nya, Niko sudah menemukan — " Seketika Niko tak kuat berbicara lagi. Menutup kedua matanya dan membuang wajah.
Terkadang senakal apapun laki-laki, sejahat apapun laki-laki, kalau sudah bertekuk lutut di depan makam orang tua, dia dengan mudah mengeluarkan air mata.
Eca terhentak menoleh — dia melangkah menuju Niko, memeluknya penuh lembut.
"Kamu sudah tidak sendiri lagi Niko, Eca akan berusaha menggantikan kasih sayang kedua orang tua kamu" Gumam Eca.
Niko membalik badan — Mulai tersenyum kembali, setelahnya dia mencium kening Eca penuh kasih sayang.
Cupp
Eca mendekap ke dada Niko dan bergumam samar "Satu lagi niko, tolong gantikan kasih sayang Hanif untuk Eca ya" Sambungnya.
"Iya Ca" Jawab Niko mengelus kepala belakang Eca dengan kelembutan.
bukan om,