Tiga tahun lalu, Agnia dan Langit nyaris menikah. Namun karena kecelakaan lalu lintas, selain Agnia berakhir amnesia, Langit juga divonis lumpuh dan mengalami kerusakan fatal di wajah kanannya. Itu kenapa, Agnia tak sudi bersanding dengan Langit. Meski tanpa diketahui siapa pun, penolakan yang terus Agnia lakukan justru membuat Langit mengalami gangguan mental parah. Langit kesulitan mengontrol emosi sekaligus kecemburuannya.
Demi menghindari pernikahan dengan Langit, Agnia sengaja menyuruh Dita—anak dari pembantunya yang tengah terlilit biaya pengobatan sang ibu, menggantikannya. Padahal sebenarnya Langit hanya pura-pura lumpuh dan buruk rupa karena desakan keluarga yang meragukan ketulusan Agnia.
Ketika Langit mengetahui penyamaran Dita, KDRT dan talak menjadi hal yang kerap Langit lakukan. Sejak itu juga, cinta sekaligus benci mengungkung Dita dan Langit dalam hubungan toxic. Namun apa pun yang terjadi, Dita terus berusaha bertahan menyembuhkan luka mental suaminya dengan tulus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Lima
Dunia seorang Dita seolah mendadak berputar lebih lambat, hanya karena ia melihat, dua orang di meja depan. Dua orang yang sangat ia kenal, tetapi dengan kesan bertolak belakang. Yang wanita ia kenal dengan sifatnya yang kurang baik, tetapi justru mantan terindah Langit. Sedangkan laki-laki yaitu Haris, ia kenal pribadi yang sangat baik. Terakhir setelah lamarannya sempat ditolak, Haris juga sempat kembali mengajaknya menikah.
Di lain sisi, adanya pertemuan kini, sementara sang suami masih sangat manis sekaligus manja kepadanya. Dirasa Dita, kenyataan tersebut telah sepenuhnya menjadi angin segar untuknya. Karena dengan kata lain, Langit sudah berdamai dengan masa lalu, bahkan kenyataan.
“Assalamualaikum?” sapa Dita santun kepada dua orang yang suaminya sebut sebagai teman.
Ketika Agnia langsung melongos membuang wajah judesnya, Haris yang kesulitan napas karena tangis yang ditahan, berangsur mengangguk.
“Ya Allah ... rasanya sesakit ini. Sakitnya sampai ke tulang-tulang!” batin Haris yang kemudian berdiri sambil tetap menahan tangis. “Aku enggak berhak marah. Kecewa boleh dan itu saja karena aku yang terlalu berharap. Namun, aku enggak boleh meru sak hubungan kami, termasuk kebahagiaan mereka. Apalagi, ... Langit dan Dita semanis itu. Keduanya terlihat jelas saling cinta,” batin Haris yang kemudian berkata, “Berarti kamu sehat, yah, Dit?”
“Alhamdullilah, Mas. Seperti yang Mas lihat. Namun, maaf jika saya terkesan menghilang. Keadaan membuat saya harus begini. Alhamdullilah, Allah kasih kemudahan,” ucap Dita masih sangat santun, dan bertahan membiarkan tangan kanan Langit merangkul mesra pinggangnya.
“Sementara untuk urusanku dan Non Agnia,” ucap Dita.
“Cukup panggil dia Agnia karena sekarang, kasta kamu jauh lebih tinggi darinya,” sergah Langit sengaja memotong sekaligus mengoreksi ucapan sang istri.
Detik itu juga Dita berdeham dan bermaksud melanjutkan ucapannya. Namun dengan cepat Langit kembali mengambil alih.
“Urusan kamu dengan Agnia sudah selesai. Jika dia menagih uang operasi ibu, geprek saja kepalanya karena semua uang, termasuk pinjaman ibu ke orang tua Agnia, sudah dilunasi mama papa. Kami sengaja melakukan ini demi menghindari hubungan ruwet. Walau pada akhirnya, Agnia tetap berusaha membuat keadaan ruwet!” ucap Langit masih menyikapi keadaan dengan tegas.
Dita yang takut sang suami kembali kambuh, sengaja mengelus-elus dada Langit.
“Sampai sini, masih ada yang ingin kalian tanyakan?” sergah Langit lagi. Namun, kedua orang yang ia tanya, tetap diam. Meski tak lama kemudian, Haris dengan sangat tegar mengucapkan selamat kepadanya.
“Selamat ya. Ternyata dari semua pengobatan yang Langit jalani, justru kamu dokter sekaligus obat mujarabnya!" ucap Haris yang kemudian memastikan kebenaran kehamilan Dita. “Katanya kamu lagi hamil?”
“Kamu mau daftar jadi menantu kami?” sergah Langit serius.
Haris langsung syok ditodong begitu. “Kira-kira kamu, Lang! Yang ada aku sudah bau tanah pas ... astaga. Sadar diri, aku tuh!” ucap Haris yang mendadak jadi gugup.
Lain dengan Haris, Dita malah sibuk menahan tawa. Ulahnya itu jadi membuatnya menitikkan air mata. Iya, akhirnya momen layaknya kini yaitu tertawa sampai keluar air mata, ada juga. Spesialnya, sang suami yang menyebabkannya.
“Yang namanya jodoh, enggak ada yang tahu. Banyak kok, kakek-kakek istrinya ABG!” ucap Langit sambil menyiapkan kursi untuk Dita duduk di sebelah kursi ia duduk.
“Kira-kira, ih. Yang ada nanti aku dibui karena nikahin anak di bawah umur!” omel Haris.
“Ya sudah, kalian mau makan apa? Aku yang tlaktir. Bulan depan, kami mau bikin acara syukuran empat bulanan. Kalau ada waktu, kalian datang ya!” sergah Langit bersemangat.
“Apa lagi, suruh datang ke acara empat bulanan. Kesannya aku ini ibu-ibu apa mama-mama hamil,” ucap Haris merasa geli dengan cara pikir Langit.
Sambil menahan tawanya, Langit berkata, “Ini kamu dari tadi, kebanyakan protes ih!” Ia melempar beberapa helai tisu kering yang ia tarik dari kotak di tengah meja mereka, kepada Haris.
Kemudian, yang menjadi tujuan Langit itu Agnia. “Oh iya, ... kamu apa kabar, Ni? Sudah dapat sultan Arab, kamu, berani dan teganya buang aku?”
Meski nada bicara Langit terdengar tegas, Langit jelas sedang mengeje k Agnia. Haris dan Dita yang mendengarnya, tidak bisa untuk tidak tertawa.
“Ternyata Mas Langit bisa jail juga. Ya memang gitu sih harusnya, balas dendam dengan elegan!” batin Dita.
“Apaan sih Langit. Rusuh bener,” batin Agnia, yang kemudian jadi berpikir. “Iya, ya ... selama ini aku ngapain saja. Terus menghindari Langit, melalang buana ke mana-mana, tetapi aku tetap belum bisa dapat yang seperti Langit, apalagi yang lebih baik. Serius ini, kok aku baru kepikiran begini? Ternyata, aku sudah menyia-nyiakan berlian seperti Langit untuk hal yang tidak jelas. Jangankan menghasilkan, faedahnya saja enggak ada!” batin Agnia.
“Alhamdullilah ya ... semuanya bisa menerima. Apalagi perubahan Mas Langit. Mas Langit kelihatan banget bahagia. Dia sibuk nge jek Agnia, Mas Haris pun tetap dapat getahnya. Selain itu, Mas Haris juga kelihatan legowo. Dan, meski hanya diam, Agnia juga kelihatan bisa menerima,” batin Dita sembari memilih menu di buku menu yang ia pegang.
Agnia yang sudah hilang arah, memutuskan untuk pergi. Agnia pamit dengan kekalahan mutlak. Bisa-bisanya wanita itu baru menyadari bahwa lepas dari Langit membuatnya hanya menyia-nyiakan waktu. Ia tak dapat apa pun, dan malah kehilangan tambang emas seperti Langit.
(Bayangin kalau Haris beneran jadi mantu Langit 😭. Enggak dapat mamanya, anaknya pun jadi 😭)