Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Satu
Naura terbangun setelah mendengar suara ketukan yang cukup keras dari pintu kamarnya. Kepalanya terasa pusing. Sejak kehamilan, tubuhnya memang kurang fit. Sebenarnya dokter meminta untuk banyak beristirahat, tapi mertuanya seolah tak mengizinkan.
Naura bangun dari tempat tidurnya. Dia berjalan menuju pintu dan membuka kuncinya. Biasanya dia tak pernah mengunci pintu kamar, tapi tadi dia melakukan karena tak ingin di ganggu.
Saat pintu kamar terbuka, Naura melihat mertuanya berdiri sambil berkacak pinggang. Wajahnya terlihat sangat marah.
"Kenapa kamu hanya mengurung diri di kamar? Apa kamu ingin melihatku mati kelaparan? Sudah jam satu tapi kamu belum masak juga!" seru ibu mertuanya dengan suara yang melengking.
Naura menarik napas dalam. Padahal tadi dia sudah mengatakan pada ibu mertuanya jika dirinya merasa kurang sehat dan ingin beristirahat. Kepalanya terasa sangat pusing dan merasa sangat mual.
"Aku sudah katakan pada Ibu jika kepalaku pusing, Bu!" seru Naura dengan suara penuh penekanan.
"Alasan saja. Bilang saja kamu malas masak. Kamu mau aku kelaparan? Mau buat aku cepat mati?" tanya Ibu Rini dengan nada yang sangat tinggi.
Lagi-lagi Naura hanya bisa menarik napas. Sejak menikah dengan Alex, mertuanya memang tak pernah menyukai kehadirannya. Padahal wanita itu pasti tahu bagaimana kondisi wanita hamil, tidak semua kondisinya baik-baik saja. Ada kehamilan yang biasa saja, dan ada juga yang bermasalah.
Semua orang pasti tak menginginkan seperti yang dia alami. Kondisi kesehatannya tidak baik sejak dinyatakan hamil.
"Ibu bisa pesan makanan kalau lapar. Aku rasa Ibu bisa melakukan itu, bukankah ponsel Ibu sangat canggih!" seru Naura.
Gawai milik ibu mertuanya memang keluaran terbaru dan dari merek ternama, berbeda dengan miliknya. Walau dulu harganya juga mahal, tapi ini di beli sejak dia gadis dua tahun lalu. Setiap dia minta ganti, suaminya mengatakan pemborosan.
"Buat apa ganti ponselmu, bukankah masih bisa digunakan? Jangan pemborosan!"
Naura ingat betul ucapan suaminya itu. Namun, saat ibunya meminta, dia langsung membelinya.
"Kenapa kamu menyinggung ponselku? Kamu masih tak terima Alex membelikan ini untukku! Alex itu anakku, jadi dia berhak membeli apa pun untukku!" seru Ibu Rini dengan nada sangat tinggi.
"Aku tak marah, Bu. Selama ini apa pun yang Mas Alex belikan untuk Ibu, tak pernah aku larang walaupun itu dari uang perusahaan milikku!" ucap Naura dengan penuh penekanan.
Naura ingin mertuanya sadar jika semua fasilitas yang tersedia saat ini adalah milikku. Memang perusahaan peninggalan orang tuaku semakin maju sejak di pimpin Mas Alex, tapi itu tetap milikku.
Saat aku dan Ibu masih berdebat, terdengar suara langkah kaki dari depan dan semakin mendekati ruang tempat Naura dan mertuanya berdiri. Ternyata suaminya dan seorang wanita yang usianya mungkin lebih kurang denganku. Penampilannya seksi dengan dandanan menor. Dia mendekati ibu mertua dan memeluknya serta mengecup kedua pipi Ibu Rini. Sepertinya mereka sudah sangat dekat.
"Weny, apa kabar, Nak? Kamu semakin cantik aja," ucap Ibu mertua ku dengan sangat ramah. Berbeda sekali jika bicara denganku.
"Ibu dan Naura sedang apa?" tanya Alex.
Dia menatap tajam ke arah istrinya yang tampak sedikit kusut dengan baju dasternya. Pandangannya seperti jijik saja. Lalu pandangan nya beralih ke Weny. Pria itu langsung tersenyum seperti bangga.
"Penampilanmu seperti gembel saja. Tak bisakah kau sedikit berdandan agar bisa menyenangi suamimu? Melihatmu begini membuat seleraku untuk menyentuhmu jadi hilang!" ucap Mas Alex.
Ucapan Mas Alex yang begitu tajam dan menusuk itu membuat dada Naura sesak. Dia sepertinya malu melihat penampilan sang istri. Sedangkan wanita yang bernama Weny itu tampak tersenyum mengejek.
"Lihat Weny ini! Dia wangi dan dandannya begitu menarik. Setiap pria yang melihatnya pasti ingin selalu mendekati dan bangga berada di sampingnya!" seru Mas Alex lagi.
Dada Naura semakin sesak mendengar suaminya dengan terang-terangan memuji wanita lain dihadapannya. Dia seperti dipermalukan. Weny dan ibu mertuanya tampak tersenyum mengejek mendengar ucapan Mas Alex.
"Istrimu ini memang sangat memalukan. Entah apa saja kerjanya. Padahal masak pun tidak. Hanya tidur saja. Dasar pemalas! Ibu saja kelaparan saat ini karena tak ada makanan," ucap Ibu Rini mengadu pada putranya.
Weny yang mendengar ucapan Ibu Rini langsung memeluk wanita itu. Dia seperti sedang membujuk.
"Alex, istri kamu keterlaluan sekali. Masa Ibu di biarkan kelaparan begini. Bisa-bisa Ibu sakit nanti," ucap Weny seperti sengaja memancing amarah Mas Alex.
"Apa benar yang Ibu katakan, Naura? Kamu tak menyiapkan makanan untuk Ibu?" tanya Mas Alex dengan suara lantang.
Sebelum menjawab pertanyaan sang suami, Naura menarik napas dalam-dalam. Semua agar dia tak ikut terpancing dengan ucapan mertua dan suaminya. Dia masih punya sedikit rasa hormat dengan mereka.
"Mas, kepalaku pusing dari pagi. Aku harus beristirahat. Kamu tau'kan sejak awal kehamilan, tubuhku sering sakit. Dokter juga memintaku banyak beristirahat," ucap Naura mencoba membela diri.
Mendengar ucapan Naura, wanita yang dipanggil Weny itu tampak mencibir. Seperti tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Aku waktu hamil tetap bekerja kantor. Bawa kendaraan roda dua sendiri, dan tak ada kata manja. Kehamilan jangan jadi alasan buat kita bermalas-malasan," ujar Weny dengan nada menggurui.
Dada Naura semakin sesak mendengar ucapan wanita itu. Dia sepertinya sengaja menyiram bahan bakar ke api yang sedang menyala, agar terbakar. Terbukti dengan perubahan wajah Mas Alex yang tampak marah.
"Benar apa yang Weny katakan! Kamu hanya menjadikan kehamilan sebagai alasan untuk bermalas-malasan! Bilang saja kalau kamu tak mau memasak untuk ibuku!" ucap Mas Alex dengan membentak.
Weny dan ibu mertuanya Naura, tampak tersenyum mendengar Mas Alex memarahi sang istri. Kedua wanita itu saling pandang dan kembali menyunggingkan senyuman, sepertinya puas mendengar pria itu memarahi istrinya.
"Jadi kamu sudah pernah hamil? Berarti sudah punya suami, apakah suamimu tak marah bila mengetahui sang istri pulang kerja bukannya pulang ke rumah, justru pergi dengan suami orang?" tanya Naura.
Wajah Weny tampak merah padam menahan malu. Dia lalu melepaskan pegangan tangannya dengan ibu mertua Naura.
"Aku janda. Lagi pula aku kesini untuk menemui Ibu Rini. Aku sudah mengenalnya lama. Kamu jangan salah sangka, aku bukan pergi dengan suamimu. Hanya kebetulan kami bertemu, dan ketika tau aku ingin menjenguk ibunya, Alex mengajak pulang bareng," ucap Weny dengan panjang lebar menjelaskan semuanya.
"Oh, jadi kamu janda? Pantas dandannya seperti ini, untuk menggoda para pria ya?" tanya Naura dengan nada mengejek.
Kembali wajah Weny memerah karena malu. Dia sepertinya tak terima dengan ucapan Naura.
"Aku tak pernah ada niat menggoda pria manapun. Jaga ucapanmu. Apa kamu tak bisa mengajar istrimu agar berkata sopan, Lex? Bukankah kamu yang mengajakku kesini? Kalau memang istrimu tak terima kehadiranku, sebaiknya aku pulang!" seru Weny.
Weny lalu berjalan, ingin meninggalkan rumah. Tapi, baru beberapa langkah tangannya di cekal, dan ditahan.
"Kamu jangan pergi. Aku yang mengundangmu. Ini rumahku. Aku berhak menentukan siapa tamu yang boleh berkunjung," bujuk Mas Alex.
Weny membalikan tubuhnya. Wajahnya yang tadi tampak cemberut akhirnya sedikit tersenyum.
"Dan kamu, Naura ... jaga ucapanmu! Jika kamu tak suka dengan kehadiran Weny, kamu bisa pergi atau mengurung diri di kamar. Jangan membuatku melakukan hal yang tak diinginkan!" seru Mas Alex dengan penuh penekanan.
Weny berjalan mendekati ibu mertua Naura. Keduanya tampak tersenyum puas mendengar Alex memarahi istrinya itu.