Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Assalamualaikum...
Untuk Mas Haris.
Maaf... Aku pergi.
Mungkin ini memang sudah suratan di Langit.
Usia rumah tangga kita mungkin memang hanya sampai di sini, ternyata Allah tidak menggariskan kita bisa berjalan sampai di janah-Nya.
Maaf aku tidak bisa terus berada di sisimu.
Kami pergi, semoga Engkau Bahagia.
Mutia berjalan amat pelan saat meletakan surat di atas meja kamarnya, sambil melihat suaminya Haris yang masih nyenyak tergulung selimut. Mutia pergi ke luar kamar dengan amat pelan sekali agar tidak membangunkan Mutia.
Mutia ke garasi untuk mengambil mobilnya kemudian keluar dari rumah bersama anak-anaknya. Di belakang Intan menyusulnya dengan mobilnya sendiri.
Dua mobil beriringan menuju Rumah baru yang sudah Asisten Mutia belikan, setelah sampai di lampu merah mereka berpisah, Mutia menuju sekolah, sementara Intan menuju Rumah barunya.
Setelah sampai di sekolah si kembar mereka pun turun dan berpamitan kepada Bundanya. " Zea berangkat Bun..."Kata Zea sambil Salim.
Zia juga Bun, Bunda fokus aja sama kepindahan nanti pulangnya kita naik taksi aja ke rumah baru." Jelas Zia sambil bersalaman ke Bundanya.
Mutia tersenyum dengan kaca-kaca di matanya sambil mengangguk kepalanya, "Hati-hati sayang... Assalamualaikum..."Kata Mutia sambil mengecup kening keduanya.
"Wa'alaikumusalam Bun..."Jawab si kembar Kompak lalu mereka pun masuk kedalam gerbang sekolah.
Mutia melanjutkan kembali mobilnya menuju sekolah Kean. Setelah sampai Kean bukanya turun justru menghambur kedalam pelukan Bundanya dengan isakan yang tertahan, terlihat dari guncangan tubuh si bungsu.
"Bun... Kean ini pindah sekolah yang dekat rumah baru saja."Katanya di sela-sela tangisannya.
"Hari ini Kean tidak usah masuk dulu, Kean mau bantuin Bunda..." Lanjutnya lagi masih terisak.
"Jagoan Bunda anak hebat, terimakasih sayang... tapi Bunda lebih senang dan bangga kalau Kean sekolah, masalah pindah sebentar lagi ya nunggu lulus sekolah tinggal beberapa bulan kan... Sabar ya sayang..."Ucap Mutia sambil mengusap air mata putranya.
Kean mengangguk tanda setuju, lalu Dia mengurai pelukannya pada Bundanya kemudian pamit untuk masuk kedalam sekolahan. "Kean masuk Bun... Assalamualaikum..." Kata Kean sambil Salim pada Bundanya kemudian turun dari mobil.
"Wa'alaikumusalam Sayang... Hati-hati..."Jawab Mutia melihat punggung si bungsu yang sudah masuk kedalam gerbang Sekolahnya.
Mutia kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah barunya, sesekali tangannya mengusap air mata yang masih saja mengalir. Lalu Mutia menarik nafas dalam dan membuangnya. sudah cukup Air mata ini mengalir, sudah tidak perlu lagi menangisi semua keadaan, sekarang fokus pada anak-anak masalah pernikahan biar di urus pengacara. Kalaupun Haris tidak mau ya sudah yang penting tidak tinggal bersamanya pikir Mutia menghapus jejak air matanya.
Tak lama kemudian sampailah Mutia di rumah yang cukup nyaman di dekatnya ada halaman luas dan di sisi kanan kebun bunga kesukaannya serta di sisi kiri kebun bunga ada kebun sayur dan di ujung kirinya lagi ada kebun buahnya.
"Mbak Tya memang paling mengerti seleraku kata Mutia turun dan menghampiri asistennya yang membukakan gerbang untuknya.
Mbak Tya yang sudah di anggap seperti kakak dari Intan itupun menghampirinya dan mengambil kunci mobil untuk di parkir di dalam Garasi, sementara Mutia berjalan menghampiri kebun bungannya.
Mutia duduk di saung di tepi kebun bunga menghirup udara segar di kebun-kebunnya,." Harusnya Aku tidak takut, Aku bisa menghidupi Anak-anak semua, Ada restoran ada butik dan ada kebun ini, aku ingin membuat kebun buah, kebun bunga dan sayur." Ujarnya sendiri
Mutia ingin memulai lembaran baru di dalam hidupnya tanpa bayang-bayang Haris, Mutia yakin Dia bisa hidup tanpa Haris di sisinya.
"Selamat tinggal kepedihan selamat datang kebahagian...." Ujar Mutia sambil memandang jauh ke depan.
****
Mohon selalu dukung karya aku ya...
like...
komen...
Vote...
Dan favorit ya...
please...
Dukung Mutia lebih baik lagi...🥺🥺🙏🙏🙏
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat