Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke rumah
Bram memasukkan hp nya kedalam saku jasnya, dia buru-buru bangkit dari duduknya mengajak Yandi pergi dari acara penghargaan yang diadakan oleh Arbeto.
"Yan, gue harus pulang tadi bik Marni ngasih tahu kalau Bilqis dateng ke rumah." ucap Bram cemas.
"Apa? Yaudah kita pulang tapi pamit dulu sama tuan Arbeto.
Bram menghampiri Arbeto yang masih berbincang dengan para kolega bisnisnya, dia berpamitan pulang karena cemas dengan keadaan anaknya.
"Tuan Arbeto, bisa kita bicara sebentar," ucap Bram.
"Bicaralah tuan Bram." ucap Arbeto.
"Maafkan aku karena tidak bisa mengikuti acara ini sampai akhir, ada masalah di rumah dan aku harus segera pulang." ucap Bram merasa tidak enak pada Arbeto.
"Silahkan tuan Bram, keluargamu lebih penting." ucap Arbeto.
"Terimakasih tuan Arbeto, kalau begitu saya permisi." ucap Bram.
Arbeto menganggukkan kepalanya mempersilahkan Bram pergi, Bram berjalan tergesa keluar dari acara tersebut diikuti oleh Yandi.
"Yan, ayo cepat." desak Bram.
"Baik kak." ucap Yandi.
Yandi langsung duduk di kursi kemudi sesangkan Bram duduk disampingnya, ia menyalakan mesin mobilnya dan melesat pergi jauh meninggalkan acara. Di sepanjang perjalanan Bram gelisah takut terjadi sesuatu pada anaknya, pasalnya trauma pada Violetta cukup berat karena ia masih kecil jika ia bertemu dengan Bilqis di takutkan traumanya semakin parah.
"Emangnya tuh nenek sihir tahu alamat rumah loe darimana kak?" tanya Yandi.
"Namanya juga dunia bisnis pasti ada wartawan yang ngeliput, mungkin dia tahu dari media sosial Yan." jawab Bram.
"Kayaknya dia juga sengaja dateng ke rumah loe biar dia bisa balik sama loe kak, loe lihat aja media sosial sekarang lagi trending muka loe yang dapet penghargaan tadi." tebak Yandi.
"Kalau begitu kita mulai permainannya Yan." ucap Bram menyeringai.
"Dengan senang hati." ucap Yandi.
Yandi dan Bram sudah memikirkan rencana dari jauh-jauh hari, mereka akan membalaskan semua perlakuan Bilqis dan juga Regan.
Beberapa menit kemudian mobil Bram sudah sampai di pekarangan rumah, ia segera keluar dari mobilnya dengan langkah tergesa masuk kedalam rumah.
"Bik Vio dimana?" tanya Bram pada bik Marni.
"Diatas den lagi tidur siang sama mbak Rena," jawab bik Marni.
"Oke, makasih bik." ucap Bram.
"Sama-sama den." ucap bik Marni.
Bram langsung melangkahkan kakinya menyusuri tangga naik keatas menuju kamar Violetta, dia membuka pintu kamar anaknya dengan pelan.
Ceklek.
Dilihatnya Violetta sedang tertidur memeluk tubuh Renata, keduanya tengah tertidur pulas. Bram berjalan dengan perlahan menghampiri keduanya, dia bisa melihat wajah Violetta yang sembab.
"Vio, sampai kapan kamu begini sayang? Daddy gak tega lihat kamu terus-terusan tertekan seperti ini." ucap Bram dengan pelan.
Bram mengusap rambut Violetta dengan lembut, hatinya selalu saja terasa nyeri melihat anaknya yang sering ketakutan bahkan berniat mencelakai dirinya sendiri.
"Renata terimakasih, kau sudah melindungi anakku dari ibunya." ucap Bram tulus.
Tak ingin mengganggu tidur keduanya Bram memutuskan untuk keluar dari kamar Violetta, Bram masuk kedalam kamarnya dengan langkah gontai setiap kali melihat Violetta kambuh ataupun meracau tubuh Bram seakan tak bertenaga.
Dilantai bawah Yandi menghampiri bik Marni, dia penasaran dengan kejadian tadi dimana Bilqis tiba-tiba datang ke rumah Bram.
"Bik gimana ceritanya si Bilqis datang kesini?" tanya Yandi.
"Tadi tiba-tiba ada yang pencet bel, ya bibik bukain eh taunya dia udah berdiri aja. Udah bibik suruh pergi eh dia malah nyelonong masuk ke dalam, dia nyamperin non Vio sampai non Vio ketakutan tahu sendiri kan gimana dia dulu. Untungnya ada non Rena yang lawan tuh si Bilqis, dia berhasil ngusir Bilqis daei rumah ini. Pas tadi bibik ngobrol sama satpam rumah katanya Bilqis datang ngaku-ngaku jadi kerabat den Bram makanya dibolehin masuk, bibik juga gak tahu kenapa dia tahu alamat rumah ini padahal kan alamat rumah yang dulu beda jauh sama yang sekarang." jelas bik Marni.
"Dasar muka belang, braninya dia datang setelah apa yang diperbuatnya." kesal Yandi.
"Bibik juga gak habis pikir den, mana dia dateng gak ada rasa bersalahnya lagi." ucap bik Marni.
"Hatinya udah ketutup bik, mau bagaimanapun dia berbuat jahat kalo hatinya udah gelap mah susah." ucap Yandi.
Didalam kamarnya Bram mengambil sebuah bingkai foto dimana orangtuanya tersenyum kearahnya, dia mengusap foto dihadapannya kemudian airmatanya menetes tanpa bisa dicegah.
Maafkan aku yang tidak mau mendengarkan kalian berdua, aku keras kepala menentang semua ucapan kalian dan bersikeras menikahi Bilqis, sekarang aku sadar apa yang kalian ucapkan memang benar adanya Bilqis bukanlah wanita baik-baik." ucap Bram sambil menangis.
Dulu kedua orangtuanya menentang hubungan Bram dan juga Bilqis, mereka tahu bagaimana pergaulan Bilqis dan juga sikapnya tetapi karena dibutakan oleh cinta Bram lebih memilih tetap berhubungan dengan Bilqis. Setelah kepergian orangtuanya Bram dan Bilqis memutuskan untuk menikah sampai di karuniai seorang anak perempuan yaitu Violetta, di belakangnya Bilqis ternyata bermain api dia tak pernah menganggap kehadiran Violetta ada. Kepintaran Violetta yang berbeda dari anak pada umumnya ia manfaatkan menjadi seorang pembangu di rumahnya, padahal Bram sudah mempekerjakan bik Marni untuk mengurus semua keperluan rumah.
"Maafkan Bram ayah, ibu, andai waktu bisa diputar kembali aku akan mendengarkan semua ucapan kalian, sekarang apa yang harus aku lakukan? Anakku sampai mengalami trauma berat akibat ulahnya ayah, ibu, dia menyiksa cucu kalian." ucap Bram menangis pilu.
Tok..Tok..Tok..
"Kak, loe didalem kan?" panggil Yandi dari luar.
Bram mengusap airmatanya kemudian sedikit berlari mencuci wajahnya agar tidak terlihat seperti habis menangis, dia kemudian mengelap wajahnyalalu membuka pintunya.
Ceklek.
"Ada apa Yan?" sahut Bram dari dalam.
"Loe mau ngantor lagi gak?" tanya Yandi.
"Kayaknya enggak Yan, aku gak mungkin tinggalin Vio kalau belum mastiin dia baik-baik aja." ucap Bram.
"Loe baik-baik aja kan?" tanya Yandi.
"Gue baik-baik aja kok," jawab Bram.
"Yaudah gue balik ke kantor dulu ya." ucap Yandi.
"Iya, hati-hati di jalannya Yan." ucap Bram.
Yandi pun turun dari kamar Bram, dia keluar dari rumah Bram lalu masuk ke dalam mobilnya. Yandi mengemudikan mobilnya kembali ke perusahaan Bram, di sepanjang perjalanan dia memikirkan bagaimana memulai rencanya yang sudah di susun bersama Bram agar ia tidak bertindak gegabah.
Sampai di perusahaan Yandi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan masuk sambil bersiul sesekali menggoda wanita yang berlalu lalang dikantornya.
Yandi menaiki lift menuju ruang kerjanya, sampai di depan ruang kerjanya yang berada disamping ruangan Bram wajah Yandi langsung berubah. Yandi melihat Bilqis yang sedang berdiri di depan pintu ruangan Bram, dilihatnya ia memakai baju seksi yang menurutnya menjijikan.
'Marukana alus papakean teu anggeus kitu trh, meni rujit katinggalina ge ihhh hayang utah lain hayang ngadeketan' batin Yandi.