Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Jadi kamu benar-benar ingin pulang ke kampung?"
Tanya Sandy sambil mengambil handphonenya di atas meja.
"Iya Mas, gini deh aku minjem uang kamu. Nanti aku pasti ganti, aku bakal mencari pekerjaan di kampung."
"Hm, kamu memang mau pulangnya kapan?"
"Kayanya seminggu lagi deh, agar gajiku bulan ini bisa di ambil di tempat kerja."
"Yaudah soal ongkos nanti Mas pasti akan bantu, kamu nggak usah pinjem. Tapi sebelum kamu pulang apa mas masih bisa menemui mu?"
"Untuk apa?"
"Bukannya kamu tadi bilang kalau kamu masih mau memberi Mas kesempatan?"
Andini langsung menghela nafas sepertinya Sandy sungguh masih menaruh harapan kepadanya.
"Yaudah gampang, nanti kita bicarakan lagi."
"Mas harap kita bisa seperti dulu lagi, Mas ingin mengulanginya dari awal bersamamu. Mas ingin menebus seluruh dosa Mas terhadapmu."
Sandy memegang tangan Andini kembali, tapi kali ini Andini tidak melepaskannya.
"Udah ya Mas, semua pasti ada waktunya ko, sekarang kamu selesaikan saja masalahmu di sini. Aku yakin kamu juga pasti sedang sibuk sekarang."
Jawab Andini sambil mengusap tangan Sandy.
"Makasih ya Din! Sekarang Mas mulai menemukan semangat Mas lagi."
"Iya sama-sama. Yaudah kalau gitu aku pamit ya, aku takut kemalaman sepertinya di luar sudah gelap."
"Hm. Mas antar kamu pulang ya!"
"Nggak, nggak usah Mas, kamu di sini saja. Kamu lagi sibuk kan pasti. Aku bisa pulang sendiri ko."
Ucap Andini sambil berdiri untuk berpamitan.
"Tapi kan ini sudah malam."
Sandy pun ikut berdiri.
"Nggak papa nggak usah, aku bisa sendiri beneran."
"Yaudah Mas antar ke bawah ya!"
"Nggak usah Mas, udah kamu di sini saja! Lihat tuh rumahmu berantakan gini. Lagian banyak taksi ko di depan sana aku bisa langsung pulang."
"Hmm kamu ini ya."
Padahal Andini sengaja agar Sandy tidak tahu kalau Andini membawa mobil ke apartemen ini.
"Yaudah Mas, aku pulang ya!"
Ucap Andini sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Tunggu Din!"
Sandy bukannya membalas jabat tangan Andini, tapi dia malah memeluk Andini secara tiba-tiba.
Andini pun sontak bengong dengan apa yang sedang di lakukan Sandy.
"Kamu baik-baik ya Din, Mas janji mulai hari ini akan kembali seperti Mas yang dulu pertama mengenalmu."
"Hm. Iya Mas."
Andini hanya terdiam karena bingung kenapa Sandy jadi lembut secepat ini.
Setelah berpelukan, Sandy kembali berbicara sebelum Andini melangkahkan kakinya.
"Kamu hati-hati ya! Selalu kabari Mas mulai sekarang kalau ada apa-apa ataupun tidak ada apa-apa."
"Iya aku pasti kabarin kamu ko Mas, yaudah aku pulang ya, makasih buat semuanya."
Jawab Andini sambil menjabat tangan Sandy.
"Iya sama-sama."
"Dah mas!"
Andini melambaikan tangannya sambil keluar melewati pintu.
"Dah Din!"
Di dalam Lift Andini berbicara dalam hatinya.
"Dasar buaya, Aku bukanlah Andini yang dulu Mas yang lugu dan polos yang langsung tersentuh hatinya ketika kamu rayu. Aku tahu maksud mu ingin kembali kepadaku. Kamu hanya cari aman dan mencari teman untuk sementara. Mana ada ketulusan di dalam hatimu yang sudah busuk itu. Yang jelas aku harus membalaskan dendam ku kepadamu. Manusia sepertimu nggak pantas tinggal di dunia ini lagi."
Dengan wajah yang sangat geram Andini ingin sesegera mungkin membalaskan dendamnya. Karena dia juga takut bila terlalu lama Sandy akan terus merayunya dan Andini takut terjebak kembali dalam rencananya.
Andini pun bergegas pulang menggunakan mobilnya. Di perjalanan, handphonenya terus menyala. Banyak chat juga telfon dari Indra dan juga Lita.
Andini sengaja menghiraukan semuanya. Karena saat ini pikirannya tertuju kepada Sandy. Dia memikirkan bagaimana caranya agar cepat membalaskan semua dendamnya itu.
Pada akhirnya, Andini pun sampai di tempat rental mobil.
Sialnya, di tempat itu sudah ada pria tua yang selalu menggodanya. Sepertinya Bos rental tersebut sengaja menunggu Andini pulang. Karena waktu juga sudah malam saat ini.
Tapi Andini tidak takut, dia langsung menghampirinya dengan wajah jutek.
"Hallo sayang, kemana saja? Sudah lama loh kita nggak ketemu."
Pria itu berbicara dengan senyuman yang menakutkan.
"Apaan sih? Nih kuncinya, saya mau langsung pulang ya. Makasih!"
"Eh eh sebentar-sebentar."
Pria itu menahan sambil memegang tangan Andini.
"Mau apa sih ah?"
Andini dengan nada tegas menegur pria tersebut.
"Kamu lupa ya, waktu itu kamu janji loh sama saya."
"Janji apaan? Kan saya sudah kasih nomor handphone. Itu saja kan?"
"Haha buat apa nomor handphone kalau orangnya sekarang sudah ada di sini."
"Hmm. Terus maunya apa sekarang hah?"
Tanya Andini sambil melepaskan pegangan tangannya.
"Kita jalan yuk! Saya tambahin deh, mau berapapun saya akan kasih."
Pria itu sedikit kurang ajar mengajak Andini sambil mencolek payudaranya.
Andini sangat ingin marah, tapi dia coba menahannya kemudian berbicara dalam hatinya.
"Ini orang mau musnah juga sepertinya. Kenapa banyak sekali sih di kota ini mahluk seperti dia ah!"
Jantung Andini berdetak kencang sambil menahan amarah dan juga nafas yang mulai cepat.
"Yuk! Sudah nggak usah banyak mikir, saya tahu ko kamu pemain juga."
Ajak pria tersebut sambil menggandeng Andini masuk ke dalam mobil.
Andini hanya bisa mengikutinya dan masuk ke dalam mobil. Dia berpikir bagaimana caranya memusnahkan pria tersebut.
Mobil pun berjalan, Andini tidak tahu pria ini mau membawanya ke mana.
"Kita mau ke mana ini?"
Tanya Andini yang sedikit cemas.
"Tenang, kita main santai saja. Kita ke hotel temani aku karaoke, kita pesta berdua kemudian tahu sendiri lah kita mau apa."
"Anjing!. Nggak aku nggak mau ke hotel."
Andini menolaknya dengan nada yang semakin cemas.
"Lah terus maunya di mana?"
"Oke gini saja, sekarang kita cari tempat yang sepi. Kita melakukannya di dalam mobil. Saya sedang buru-buru saya nggak bisa lama-lama."
Andini mencoba sedikit tenang dan tiba-tiba ada rencana baru di otaknya.
"Dasar kamu ini, kalau tahu gitu tadi kita di showroom saja, yaudah kita balik lagi ya, ada kamar kok di sana."
"Jangan, jangan sudah terlanjur. Sekarang cari tempat sepi saja nggak usah banyak gaya. Paling juga sebentar anda melakukannya."
"Haha saya suka sekali sama perempuan yang meremehkan seperti kamu. Ok baiklah, tapi bayarannya nggak besar ya kan cuma sebentar."
"Haha jangan perhitungan om kalau jadi laki-laki."
"Hmm baiklah kalau begitu."
Pria itu langsung membawa kencang mobilnya. Andini tak tahu akan di bawanya ke tempat seperti apa. Tapi setelah beberapa saat, akhirnya pria itu membawa Andini ke sebuah lahan kosong yang sangat gelap. Mobil di parkiran di tengah lahan yang lumayan luas dan agak jauh dari pemukiman.
"Kita di mana ini?"
Andini bertanya karena dia tak tahu ini daerah apa.
"Serba salah ya, katanya nyari tempat yang sepi. Ini kurang sepi apa coba tuh lihat!"
Pria itu ambil menunjuk ke arah sekitar yang di depannya tidak ada cahaya sedikitpun hanya cahaya rembulan yang menyinari mereka.
"Hmm. Baiklah."
Ucap Andini yang sudah siap dengan ajakan pria tersebut.
Karena birahinya yang sudah memuncak, pria itu mencoba melangkah dan mendekat ke arah tempat duduk Andini.
"Mau apa? tunggu tunggu sebentar. Nafsu amat sih."
Andini menahan pria tersebut sehingga pria itu kembali duduk di tempat semula.
"Ah lama, katanya kamu buru-buru."
"Sebentar lah, walaupun cepat tapi aku juga ingin menikmatinya. Aku nggak suka permainan kasar."
"Waw, aku suka perkataanmu itu."
"Sudah sekarang kita pindah ke belakang, biar sedikit leluasa. Ayo cepat pindah!"
Andini menyuruh pria itu untuk duduk dan menunggunya di belakang.
Setelah pindah, Andini juga menghampiri lewat pintu samping, tapi dia tidak lupa membawa tasnya.
Andini langsung naik ke atas pangkuan pria tersebut. Hingga pria itu langsung memeluknya.
"Tunggu sebentar!"
Ucap Andini sambil menaruh tasnya di samping.
"Ayo sayang, nunggu apa lagi."
Pria itu menatap tubuh Andini yang semakin menaikan nafsunya.
Di sini Andini langsung membuka bajunya hingga payudaranya terlihat jelas di hadapan pria tersebut.
"Bantar ya Om, aku punya satu permainan."
"Apalagi sih? Hmm indah sekali tubuhmu."
Pria itu yang sudah sangat tegang tapi mencoba untuk sabar.
Andini menutup mata pria tersebut dengan kemeja yang dia buka.
"Gimana aku bisa menikmatinya kalau di tutup seperti ini."
Pria itu mencoba menolak.
"Sebentar ko aku kan punya satu permainan, Om pegang saja payudaraku sambil menunggu yah!"
Sambil mengikat wajah pria itu, payudara Andini pun di mainkan oleh kedua tangan pria tersebut.
"Em sabar ya Om sebentar lagi!"
Tanpa pria itu tahu, Andini kemudian memakai sarung tangan di kedua tangannya. Lalu mengambil alat bius yang ada di dalam tasnya, karena pria itu hanya fokus terhadap payudara Andini dan tidak curiga apa yang sedang Andini lakukan, Akhirnya dengan cepat Andini langsung menutup mulut dan hidung pria tersebut dengan sapu tangan yang sudah di lumuri obat bius.
Pria itu sempat berontak menggerakkan seluruh tubuhnya, tapi karena usia dan tenaganya sudah tidak kuat lagi, akhirnya pria itu kalah dan lemas kemudian menyenderkan kepalanya ke belakang lalu pingsan.
"Haha dasar goblok! Cuih."
Andini tertawa sambil meludahi wajah pria tersebut.
Andini langsung turun dari pangkuan pria tersebut.
kemudian dia memakai pakainya kembali.
Setelah itu Andini mengeluarkan pisau yang ada di tasnya.
"Kasihan sekali bapak tua ini, tapi maaf ya bapak tua kamu harus musnah dari dunia ini, agar orang-orang kurang ajar sepertimu berkurang."
Andini tanpa ragu langsung menusuk-nusuk bagian dada pria tersebut, hingga mulutnya mengeluarkan darah. Pria itu akhirnya tewas seketika di dalam mobil.
Setelah yakin bahwa pria itu tewas, Andini langsung meninggalkannya. Dia merapikan dan membawa semua barang bukti kemudian memasukannya ke dalam tas agar tidak ada yang bisa melacaknya.
Andini pun berjalan berlari mencari jalan raya, ternyata lumayan jauh tempat itu dari jalan raya.
Tapi pada akhirnya tanpa ada satupun orang yang melihat, Andini pun sampai di depan jalan raya lalu menghentikan sebuah taksi untuk pulang.
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.
tapi kecepetan alurnya, moga aja bisa sampe ratusan Bab./CoolGuy/