Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Diam diam
Rasanya Sinta ingin menarik kembali ucapannya . Tapi terlambat satu divisi sudah mendengarnya . Dan delapan pasang mata sedang menatap kearahnya bulat bulat .
"Mbak Anggita sudah menikah !?." seru mereka .
"Anggita , kamu sudah menikah ." Rosa beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri Anggita . Anggita terdiam sambil menatap Sinta tajam .
"Ah ha ha ha ." Sinta tertawa .
"Sepertinya aku sudah gila ,Aku mulai bicara ngelantur , jangan percaya dengan ucapan aku , aku cuma asal ngomong , karena Mbak Anggi tidak punya respon tentang berita trending hari ini ." Sinta berusaha menarik ucapannya dengan gaya seperti orang mabuk .
Tapi tidak bisa merubah suasana di ruangan itu , yang masih tetap tegang dan serius .upaya Sinta gagal sehingga Sinta bisa meminta maaf pada anggita lewat gerakan bibirnya .
Rosa masih menunggu jawaban dari Anggita , Anggita menghela nafas dan tidak punya pilihan lain ." Ya , benar aku sudah menikah ." jawab Anggita .
"Eh tunggu dulu ! Presdir Maxsim menyangkal gosip tentang hubungannya dengan Happy Nayoan karena diam diam sudah punya istri . Sekarang Mbak Anggita diam diam ternyata juga sudah bersuami , jangan jangan ...
Selfi gadis berpenampilan culun dengan kacamata tebal yang duduk di sebelah Sinta menghubungkan dua hal itu menjadi satu .Analoginya berhasil membuat punggung Anggita berkeringat dingin .
Sangat kelihatan juga dari bagaimana reaksi anggota devisi seolah percaya dengan ucapan Selfi . Namun Sinta tiba tiba tertawa seakan tak percaya .
"Haha ha ha ...Selfi kamu yang benar saja . Bagaimana mungkin suami Mbak Anggi adalah presdir Maxsim , status mereka hanya kebetulan sama , diam diam sudah menikah ." bantah Sinta .
"Benar , ya memang Anggita cantik . Tapi selera Presdir Maxsim pasti lebih tinggi . Benarkan begitu kan , Anggi ." tanya Rosa dengan tatapan yang sulit di artikan .
Anggita tersenyum canggung , dia sadar dengan apa yang ada dalam pikiran sahabat sahabatnya yang begitu mendamba Maxsim .mereka hanya tidak bisa menrrima jika yang menjadi istri Maxsim adalah dirinya .
"Ya benar , bagaimana mungkin Presdir Maxsim suami aku . Jika aku istri dia , tidak mungkin kan aku bekerja di sini dengan kalian , di mana presdir Maxsim adalah pria terkaya no 1 di kota ini."
"Benar , menjadi istri orang terkaya di kota ini tidak perlu lagi bekerja . Hanya mengangkat tangan semua sudah datang dengan sendirinya ." ucap Selfi .
"Tapi jika begitu , sekarang siapa istri rahasia presdir Maxsim ." gumam Sinta yang dapat di dengar oleh semua orang .
Anggita hanya berpura pura tidak mendengarnya dan kembali fokus dengan pekerjaannya .
***
Setelah sibuk beberapa hari , Anggita benar benar tidak ada waktu untuk menjenguk anjas di rumah sakit . Dan hari ini Anggita meluangkan waktunya untuk menjenguk adiknya . Pagi pagi sekali sebelum berangkat kerja Anggita pergi ke rumah sakit terlebih dulu .
"Dokter bagaimana keadaan Anjas ." tanya Anggita setelah Dokter selesai memeriksa keadaan Anjas .
"Sangat baik , belakangan ini banyak mengalami kemajuan ,kondisinya pun terus membaik , saya berharap mas Anjas bisa menunjukan perkembangan yang lebih baik lagi . Hal itu mungkin dapat meningkatkan presentase kesembuhannya ." jelas Dokter .
Seketika Anggita menatap Anjas yang terbaring lemah dengan infus yang menancap di punggung tangannya , juga alat bantu nafas yang terpasang di antara mulut dan hidungnya . Air matanya menetes melihat tubuh adiknya yang kurus dan menyedihkan .
Padahal dulu Anjas seorang pemuda yang ceria dan selalu membawa kehangatan di manapun dia berada . Tapi setelah dia di vonis menderita penyakit jantung koroner , jangan kan tertawa , untuk bangun saja dia tidak melakukannya .
"Njas kamu harus semangat , kakak pasti akan menyembuhkan kamu , bagaimana pun caranya. Hanya kamu yang kakak punya di dunia ini . Jadi kakak mohon bertahan lah demi kakak Njas ." Anggita menggenggam tangan Anjas dengan penuh emosional .
Andai Anjas bisa mendengarnya , mungkin dia juga akan mengatakan hal yang sama , betapa dia sangat merindukan kakaknya yang cantik itu .
"Nona Anggita ! Bukannya anda akan pergi kerja , Anda akan terlambat jika masih terus di sini ." ucap sang Dokter yang menangani Adiknya .
Anggita segera mengangkat wajahnya dan melihat jam yang menggantung di dinding , benar kata sang Dokter ,sudah cukup lama dia berada di rumah sakit dan dia juga harus segera berangkat ke kantor .
"Njas kakak , kakak pergi dulu ya . Kakak akan datang menjenguk mu lagi kalau saat kakak ada waktu ." Anggita mengelus kepala adiknya kemudian beranjak dari tempatnya .
"Dokter Abraham , titip adik saya ." ucap Anggita .
"Anda jangan cemas Nona Anggi . pergilah , saya akan menjaga dan merawatnya dengan sungguh sungguh .serahkan semua pada saya ." ucap Dokter Abraham ,menenangkan Anggita , gadis yang dia anggap sangat malang , tapi tidak mau putus asa . Demi adik keluarga satu satunya dia rela bekerja keras ,maka dia sebagai Dokter yang berjiwa kemanusiaan yang tinggi , hatinya sangat tersentuh .
Setelah itu Anggita pergi meninggalkan rumah sakit , dan pergi menuju ke perusahaan tempatnya bekerja . Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang , tiga puluh menit kemudian mobilnya sudah memasuki halaman perusahaan .
"Mbak Anggi ..Mbak Anggi ." teriak Sinta seperti anak kecil yang melihat ibunya pulang . Di tangannya membawa sebuah kotak kado yang berukuran cukup besar .
"Kenapa ada kado di sini , siapa yang sedang ulang tahun .?" tanya Anggita Sinta dan yang lainnya diam .
"Ini bukan kado , Ada seseorang yang mengirimnya ke sini untuk Mbak Anggi." jelas Sinta .
"Apa Aku ?." Anggita tertegun sejenak sambil menatap kotak itu karena terkejut .
"Dari siapa ?." tanyanya kemudian .
"Tidak tahu , tidak ada nama pengirimnya , bagai mana jika Mbak Anggi buka saja ." ucap Sinta yang di angguki oleh teman temannya .
"Ini aku bawakan gunting , Anggi cepat kamu buka saja apa isinya ." ucap Rosa yang datang dari belakang Anggi , dengan semangat dia menyodorkan gunting ingin melihat apa isi kado.yang membuatnya penasaran .
Anggita menjadi ragu , dia yang akan menggunting pita kado kembali berhenti. " Ah bagaimana kalau ada orang iseng yang hanya ingin mengerjai ku , aku tidak mau membukanya .?." ucap Anggita .
Risa dengan cepat menahan tangan Anggita yang akan meletakkan guntingnya ." Ayolah Anggi , tidak mungkin ada orang yang tidak punya kerjaan , sehingga mau mengerjai mu . Bahkan jika ini kerjaan orang iseng , tidak mungkin juga isinya Boom kan . Jadi cepat buka jangan buat yang lain semakin penasaran ."bujuk Rosa yang tidak kalah penasaran .
Anggita tetap bergeming matanya berkedut samar sambil melirik Rosa ." bagaimana jika kamu saja yang membukanya ." ucap Anggita .
"Ck...kamu ini benar benar . Ya sudah sini aku saja yang membukanya ."Risa mengambil alih gunting dari tangan Anggita fan langsung menghadap ke kotak kado . Sebenarnya ada rasa sedikit takut juga di hatinya .tapi semua terkalahkan oleh rasa penasaran di sisi hatinya .tapi saat akan mengunting pita kadonya tangannya mendadak berhenti .