Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
"Aunty, Daddy sudah ditelepon? Joyie mau pulang sekarang, aunty." Akhirnya suara Joyie terdengar juga.
Sejak meninggalkan salah satu restoran yang sudah Kartika pilih untuk mereka melakukan makan siang, putri cantiknya ini lebih memilih diam sembari menikmati es krim coklat yang memang sengaja ia belikan.
"Sudah, tapi nanti kalau misalnya Daddy belum datang juga, Joyie ikut aunty ke kamar dulu ya sayang?" Tak ada jawaban yang Joyie berikan, ia memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya dengan dalam.
Kartika lagi-lagi berbohong. Namun hal ini ia lakukan karena dirinya masih enggan untuk berpisah dengan Joyie, ya meskipun yang mereka lakukan hanya makan siang saja.
Selama di restoran sana pun Kartika berusaha mengajak Joyie untuk mengobrol dengan susah payah. Hingga pada akhirnya gadis kecil kesayangannya itu memang meladeninya, hanya saja hal itu justru membuat Kartika sedih luar biasa.
Tadi Kartika bertanya tentang kehidupan dan apapun yang Joyie sukai, dan jawaban yang ia dapatkan tak jauh dari nama Rumi. Hati Kartika begitu pedih saat mendengarnya, apalagi saat Joyie menjawabnya dengan kedua netra yang berbinar cantik.
Joyienya memang tidak mengatakan secara langsung seberapa besar rasa suka yang ia miliki untuk wanita bernama Rumi itu, namun dari matanya saja Kartika sudah bisa mendapatkan jawabannya dengan begitu jelas.
"Joyie, ayo turun sayang. Kita masuk dulu ya, soalnya cuacanya lagi panas banget. Nanti Joyie malah keringatan." Kartika dibuat terkejut saat melihat mata Joyie yang tengah berkaca-kaca sekarang ini.
"Eh? Joyie kenapa sayang? Ada yang sakit ya?" Nalurinya sebagai seorang Ibu tersentil, yang mana membuat Kartika langsung bergerak dengan cepat untuk memeriksa keadaan Joyie.
"Joyie mau pulang, aunty." Raut penuh kepanikan yang tadi Kartika nampakkan kini telah berganti menjadi raut kesedihan, bukan seperti ini yang Kartika harapkan.
"Kita masuk dulu, sayang. Nanti di dalam aunty telepon Daddy lagi, ya?" Setelah mengatur perasaannya selama beberapa saat akhirnya Kartika kembali memberikan tanggapan lainnya.
Kali ini Joyie tak menjawabnya secara verbal, melainkan hanya dengan anggukan pelan.
Lantas pasangan Ibu dan anak itu segera keluar dari mobil dan berjalan memasuki lobi hotel melalui pintu yang tersambung langsung dengan area parkiran bawah tanah.
Rasanya Kartika ingin sekali menggandeng tangan mungil Joyie yang menggantung begitu saja, namun ia tak mau membuat anaknya itu malah semakin tidak nyaman berada di dekatnya.
"Daddy!" Pekikan penuh semangat itu tentu saja membuat Kartika sedikit tersentak dan matanya tak lepas memandangi punggung sempit Joyie yang semakin menjauh darinya.
Dan benar saja, tak jauh dari posisi mereka berdiri saat ini terlihat sosok Tristan dengan wajah yang tidak terbaca sama sekali. Mantan kekasihnya itu juga langsung berlutut untuk menyambut tubuh kecil Joyie yang ingin masuk ke dalam pelukannya.
Ternyata Tristan tak datang seorang diri, ada wanita yang sejak tadi Joyie sebutkan namanya saat menceritakan segala hal pada Kartika. Melihat pemandangan itu tentu saja membuat hati kecil Kartika seperti di remas dengan sangat kuat.
"Oh ada Miss Rumi juga!" Setelah puas memeluk sang Ayah hanya dalam hitungan detik saja, Joyie malah beralih untuk memeluk tubuh Rumi dengan tak kalah eratnya.
"Joyie baik-baik aja?" Berbeda dengan Tristan yang lebih memilih untuk diam dan menikmati pelukannya dengan Joyie, Rumi malah melontarkan beberapa pertanyaan pada murid kecilnya ini.
"Huum, Joyie baik sekali! Tadi Joyie pergi makan siang bersama dengan aunty itu, temannya Daddy." Secara otomatis kepala Rumi dan Tristan menoleh sehingga keduanya bisa melihat Kartika yang ada di depan sana.
Ada kebencian yang begitu kentara Kartika tunjukkan pada Rumi, ia tidak suka melihat putri kandungnya yang lebih merasa nyaman bersama dengan wanita asing itu.
"Kartika, kita harus bicara sekarang." Ucapan yang keluar dari mulut Tristan yang barusan itu tentu saja membuat Kartika terkejut sekaligus senang. Akhirnya Tristan mau kembali berbicara dengannya.
"Tunggu sebentar ya, Rumi. Saya harus menyelesaikan masalah ini dulu, kamu dan Joyie bisa menunggu di sini atau kembali ke mobil pun boleh." Hanya anggukan pelan yang Rumi berikan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Saya sama Joyie langsung ke mobil saja ya, Pak." Persetujuan telah Rumi dapatkan. Tak hanya itu saja, Tristan juga memberikan usapan pelan di kepalanya seolah sedang menyampaikan sesuatu pada gadis itu.
"Aku nggak tau resto di hotel ini ma—"
"Kita bisa mengobrol di sini." Lantas bisa apa Kartika selain mengikuti inginnya Tristan yang satu itu dan mulai ikut duduk di salah satu sofa yang ada di sana.
Entah sebanyak apa amarah yang sedang berusaha Tristan tahankan saat ini. Kalau ia tidak menahannya, bisa saja Tristan meledak dan malah membuat keributan di tempat ini.
"Kamu tau darimana aku tinggal di hotel ini?" Bagaimana bisa Kartika justru memberikan pertanyaan seperti itu pada Tristan dengan wajah yang kelihatan berseri.
Sebenarnya Kartika tidak perlu bertanya tentang hal ini sama sekali karena ia pun tahu kalau Tristan itu bisa melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dengan sangat mudahnya.
"Apalagi rencana yang kamu miliki setelah ini? Menghasut Joyie agar dia mau tinggal dengan kamu?" Kartika tidak menyangka sama sekali kalau pertanyaan seperti itulah yang Tristan tuturkan padanya.
Seburuk itukah Kartika di mata Tristan saat ini? Rasanya sangat menyakitkan saat orang yang masih begitu kamu cintai tetapi memiliki pemikiran buruk terhadapmu.
"Berhentilah bersikap seolah kamu adalah korban di sini." Sudah cukup, kali ini Tristan sudah benar-benar keterlaluan. Tapi apa yang ia katakan tidak salah sama sekali.
"Aku cuma mau habisin waktu sama anakku sendiri, Tristan. Apa itu salah?" Decihan pelan keluar dari mulut Tristan diiringi juga dengan seringaian yang terlihat begitu mengerikan.
"Sangat salah, apalagi setelah apa yang telah kamu lakukan pada saya dan juga Joyie." Tidak bisakah Tristan berhenti membahas hal ini? Karena Kartika pun tak mau lagi membahasnya sama sekali.
"Saya sangat heran, bagaimana bisa kamu bersikap biasa saja setelah membuang saya dan Joyie?" Biasa saja seperti apa yang Tristan maksud? Pria itu tak tahu kalau beberapa waktu ini Kartika seolah hilang kewarasan karena penyesalan yang ia rasakan.
"Tristan, bisa nggak kita jangan bahas hal ini lagi? Aku cuma mau ketemu sama anakku sendiri." Anak? Bagaimana bisa Kartika masih menganggap Joyie sebagai anaknya setelah apa yang ia lakukan.
"Bukankah kamu sendiri yang tidak sudi untuk menjadi Ibunya Joyie? Bahkan kamu juga yang sampai mengancam akan bunuh diri kalau saya menganggap kamu sebagai Ibu kandungnya Joyie?" Napas Kartika berhenti selama beberapa detik kala mendengar kalimat itu.
Kartika tidak tahu kalau ucapannya beberapa tahun yang lalu itu masih Tristan ingat sampai detik ini. Pantas saja Tristan begitu membenci dirinya sampai tidak ingin berbicara lagi dengannya barang satu menit saja.
Kalau sudah begini apalagi yang bisa Kartika lakukan untuk bisa meluluhkan hatinya Tristan dan ia bisa menghabiskan waktunya bersama Joyie seperti siang ini.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih