cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Pertama .
Sepuluh laki laki kasar itu segera bergerak mengepung Cin Hai dari segala arah dengan bersenjatakan golok terhunus.
Karena belum pernah bertarung dengan musuh, awal nya Cin Hai merasa gentar dan kurang percaya diri juga dalam melawan sepuluh laki laki kasar itu.
Apalagi diri nya, jangankan membunuh orang, memukul orang saja dia belum pernah.
Tetapi melihat sepuluh laki laki paro baya bertampang kasar itu bergerak semakin dekat kearah diri nya dengan ancaman pembunuhan, mau tidak mau, dia harus mau membunuh atau dia yang di bunuh.
Meskipun hati nya agak gugup, tetapi insting nya mengharuskan diri nya bersikap tenang, dan jangan tampakan jika dia terintimidasi.
Sepuluh laki laki kasar itu segera bergerak serentak menyerang kearah Cin Hai.
Cin Hai segera mempergunakan jurus San i Koay Sian (Dewa gila memindahkan gunung) yang dia dapat dari guru nya Koay Lo Jin (si Tua gila).
Tubuh Cin Hai kemudian bergerak tak beraturan, seperti gerakan orang gila yang tanpa tujuan, tetapi sebenar nya sangat ampuh dan mematikan.
Sambil mempergunakan sepersepuluh kekuatan nya, Cin Hai terus bergerak kacau seolah tanpa ritme dan aturan, tetapi sebenar nya sangat fleksibel dan sangat mematikan.
Hal itu terbukti pada jurus kesepuluh, salah seorang laki laki berwajah kasar yang terlalu memandang remeh kepada Cin Hai, segera terkena batu nya.
Saat tangan kanan nya terayun ingin membabatkan golok nya pada Cin Hai, Cin Hai merindukan badan nya sedikit, lalu memiringkan tubuh nya kesamping kiri sambil mengirimkan pukulan tangan kosong nya yang sudah dilambari dengan sepersepuluh kekuatan nya, kearah rusuk bawah ketiak kanan nya.
"Bug!".......
Pukulan Cin Hai yang begitu tiba tiba itu, mendarat dengan telak di rusuk kanan nya, tepat di bawah ketiak nya, membuat tubuh laki laki itu terpental hingga enam depa jauh nya.
Tubuh laki laki itu mendarat di atas tanah dengan puluhan tulang rusuk yang hancur, dan nyawa nya melayang ke akhirat seketika itu juga.
Untuk beberapa saat, tubuh Cin Hai terpaku menatap tubuh lawan nya itu.
Ada berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada nya.
Ada rasa menyesal, ada rasa kasihan, ada pula rasa lega karena bisa selamat dari serangan lawan nya.
Maklum saja, itu pembunuhan pertama yang dia lakukan di dalam hidup nya, bahkan perkelahian pertama nya juga.
Namun dari kejadian tadi, menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat didalam hati nya, bahwa dia akan mampu menghadapi segala macam penindasan yang di lancarkan oleh orang lain kepada nya.
Sedikit demi sedikit, peristiwa tadi membuat rasa percaya diri di dalam hatinya tumbuh kembali, seperti tumbuh nya rerumputan di musim hujan.
Tanpa menunggu diserang lagi, Cin Hai segera bergerak dengan cepat terlebih dahulu, menyerang sembilan orang laki laki kasar tadi.
Cin Hai segera bergerak seperti gerakan Rajawali yang sedang mempermainkan mangsa nya.
Tidak terlalu lama, kembali seorang pengeroyok nya yang tubuh nya terlempar cukup jauh, dengan nafas yang sudah putus dari tenggorokan nya.
Setelah dua lawan nya tumbang, kini kepercayaan di hati Cin Hai benar benar sudah pulih kembali, kini dia bertarung tanpa beban sama sekali, sehingga gerakan nya semakin lepas dan semakin sempurna saja.
Akhirnya dalam waktu yang tidak terlalu lama, kembali tiga orang laki laki bertampang kasar itu terbanting ketanah dan tewas seketika.
Lima orang laki laki bertampang kasar yang tersisa, melihat lima orang kawan nya tewas, mereka segera melompat kearah kuda kuda mereka, dan segera memacu kuda itu dengan kencang nya, kabur meninggalkan tempat itu.
Orang orang Dusun yang menyaksikan peristiwa itu berlutut di depan Cin Hai, menghaturkan rasa terimakasih mereka yang besar kepada pemuda itu.
"Pek Tiauw Kong hiap!,(pendekar muda Rajawali putih), terimakasih atas bantuan dan pertolongan Kong Cu (tuan muda)!" ujar seorang tetua Dusun pada Cin Hai.
"Sudahlah Lo Pek (pak tua), saya kebetulan sedang lewat di tempat ini setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, saya mampir di pusara batu yang ada diujung Dusun ini Lo Pek, siapa gerangan pemilik sepasang pusara batu cantik itu Lo pek?" tanya Cin Hai pura pura tidak tahu, dia tidak ingin membuat seisi dusun menjadi geger, kalau mengetahui jati diri nya yang sebenar nya.
"Ooh itu!, itu pusara sepasang suami istri muda yang sangat baik nak, mereka memang bukan penduduk asli Dusun ini, tetapi setelah menikah, mereka menetap di Dusun ini hingga memiliki dua orang putra, dan entah karena kesalahan apakah, pada suatu hari, sekelompok orang orang yang mengaku dari kalangan kang ouw datang, mengeroyok sepasang suami istri muda itu tanpa ampun, serta membantai kedua nya, seperti binatang buas yang harus darah, dan kedua putra mereka lenyap entah kemana, entah mereka sudah bunuh?, tidak ada yang tahu nak!" jawab laki laki tua itu.
"Apakah penduduk dusun ini yang membangun pusara dari batu giok yang sangat cantik itu Lo pek, tentu sangat mahal harga nya?" tanya Cin Hai masih pura pura.
"Ooh itu nak, dua musim yang lalu, datang sekelompok wanita cantik mengawal tuan muda mereka ke dusun ini, mencari tempat Fu Cai Ong dan Quon Lian Eng dimakamkan, karena kami yang memakamkan sepasang suami istri itu, ya kami tunjukanlah tempat makam nya, dan tuan muda itu membangun pusara batu itu nak!" ujar pak tua itu lagi.
Ada seberkas harapan di dalam hati Cin Hai, jika pemuda itu adalah Jiang Bi kakak nya.
Namun sesaat kemudian, harapan itu berganti keragu raguan, bila benar itu kakak nya, kenapa memiliki sedemikian banyak pengawal wanita cantik?, ada apa dengan nya, kalau itu bukan kakak nya, lalu apa kepentingan nya membangun pusara batu sedemikian indah itu?.
"Nak!, kalau boleh tahu, kemana tujuan nya?" tanya pak tua itu lagi.
"Saya Meu ke perguruan silat Sin Houw di bukit Tung Hai Lo pek, kira nya arah mana yang sedaris nya saya ambil?" tanya Cin Hai.
"Ooh kiranya Pek Tiauw Kong hiap ingin ke perguruan Sin Houw, masih jauh arah ke timur Kong Cu, kira kira satu hari naik kuda, dusun ini dusun paling ujung, di kaki pegunungan Kwan Lun, Kong Cu!" jawab pak tua itu.
"Tidak apa lah Lo Pek!, saya mohon ijin istirahat sejenak di tempat ini!" ujar Cin Hai sambil membantu warga dusun kecil itu untuk menguburkan kelima orang laki laki paro baya yang tewas tadi.
Setelah selesai menguburkan jasad kelima laki laki tadi, Cin Hai di bawa sang kepala Dusun untuk mampir ke rumah nya.
Para gadis dusun itu menyajikan makanan dan minuman sambil tersenyum ramah dengan wajah bersemi merah karena malu.
Karena hari baru lepas tengah hari, Cin Hai segera meneruskan perjalanan nya menuju ke perguruan silat Sin Houw.
Dengan mengerahkan ilmu meringan kan tubuh nya, Cin Hai segera melesat ke arah timur, menyusuri jalan setapak di bawah kerimbunan hutan.
Setelah bermalam selama satu malam di tengah hutan, ke esokan hari nya, tepat saat tengah hari, Cin Hai tiba di perguruan silat Sin Houw.
Dengan melewati pintu belakang, Cin Hai masuk kedalam areal perguruan silat Sin Houw secara diam diam.
Awalnya kakek Go Guan bingung menatap kearah Cin Hai yang kini sudah menjelma menjadi seorang pemuda yang sangat tampan itu.
"Kakek!, kakek lupa pada saya kek?" tanya Cin Hai terharu melihat laki laki yang baik hati itu , setelah sepuluh musim berpisah .
"Ooh siapa ya?, kok kakek lupa?" ujar kakek Guan berusaha mengingat ingat.
"Saya Cin Hai kek!, cucu kakek!" ujar Cin Hai memeluk tubuh tua itu.
"Haaah!, Cin Hai?, oh Thian yang maha kuasa, terimakasih, kau pelihara cucu ku!" kakek Guan balas memeluk Cin Hai dengan sangat erat.
...****************...
kalau ma ling kue bisa bikin kenyang tuh.. 😅