"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 12. Buhul di rumah Elang.
Esok harinya, Jingga kembali datang ke rumah Elang bersama Elang dan ayah nya, satu hari saja rumah itu di tinggal kosong isi nya sudah seperti rumah yang lama di tinggal.
Aura nya semakin suram dari yang sebelumnya, tapi saat Jingga bertanya pada ratu siluman ular dia berkata itu bukan perbuatan nya tapi sosok lain yang melakukan nya.
Ustad Sholeh pun sedang melakukan pencarian, pencarian benda ghoib yang mungkin di tanam atau di kirim oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dan syirik pada keluarga Elang.
"El, papa kamu beli rumah ini?" Tanya Jingga, saat Elang tidak bersama ayah nya.
"Enggak, kita cuma sementara aja tinggal di sini, mungkin tahun depan pindah lagi." Sahut Elang.
"Mendingan kamu sama papa kamu pindah aja dari rumah ini. Rumah ini nggak bisa di tinggalin, harus di lakukan pembersihan total." Ujar Jingga.
"Jingga benar, terlebih lagi ada banyak kiriman yang memang di tujukan buat kamu sekeluarga." Sambung Ustad Sholeh.
"Buat keluargaku?" Elang tertegun.
"Ustad, aku ketemu ini dari dalem lantai yang meledak kemarin." Ujar Gani.
Gani membawa sebuah bungkusan bulat sebesar kepala, dan takut nya itu sungguhan kepala. Gani meletakkan nya di lantai dan Ustad Sholeh membaca doa, lantas mulai membuka bungkusan kain kotor itu.
Tapi rupanya itu bukan yang mereka takutkan, bukan kepala.. melainkan kendi yang di tutup kain hitam. Ustad Sholeh mengeluarkan isi kendi itu dan ternyata berisi tulang kerangka manusia utuh, kerangka bayi.
"Astagfirullah, ini kerangka bayi." Ustad Sholeh langsung melepaskan tangan nya.
Baik Jingga, Elang, Gani dan ustad Sholeh sendiri sampai terkejut melihat nya. Kerangka bayi utuh berarti bayi itu di masukkan kedalam kendi itu, entah hidup - hidup atau sudah mati.
"Ya Allah, jahat banget." Gumam Jingga, ia menutup mulut nya.
Selain kendi itu, Ustad Sholeh juga membuka penemuan nya. Ia menemukan sekitar empat kain putih ( kafan) yang di ikat, itu sudah jelas adalah buhul karena berisi benda - benada santet.
"Siapa orang yang nggak punya kerjaan sampe ngirimin santet ginian ke rumah gue." Gumam Elang.
"Elang, tolong panggil papa kamu." Ujar Ustad Sholeh.
Papa Elang sejak kemarin sangat ingin kembali ke rumah itu karena banyak berkas dan pekerjaan nya yang dia tinggal begitu saja, dan setelah hari ini datang kembali kesana, ayah Elang langsung masuk ke ruang kerja nya.
"Iya Ustad." Sahut Elang.
Ustad Sholeh membaca doa dan mengumpulkan buhul - buhul itu untuk kemudian di hancurkan. Tapi saat itu Jingga melihat teteh putih hadir di sana.
"Teteh, kenapa dateng?" Tanya Jingga dalam hati.
"Jingga, jangan lama - lama di sini, banyak yang jahat di sini." Ujar teteh putih, Jingga pun tersenyum.
"Aku akan ati - ati, makasih teteh udah khawatir." Ujar Jingga.
"Jingga, teteh mau bilang sesuatu.." Ujar teteh putih, tapi saat itu ayah Elang dan Elang sudah keluar.
"Nanti ya, teh.. aku kelarin ini dulu." Ujar Jingga. Padahal teteh putih tampak nya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting.
"Pak, sebaiknya anda mencari tempat tinggal yang lain saja demi keamanan anda sekeluarga." Ujar Ustad Sholeh pada ayah Elang.
"Iya, saya tahu." Sahut ayah Elang datar.
"Papa bisa nggak ngomong lebih ramah dikit? Ustad Sholeh udah bantuin kita loh pa!" Elang kesal dengan papa nya yang selalu tak bisa sesuai.
"Iya Lang, iya.. Papa pusing karena kerjaan papa jadi banyak yang nggak ke urus gara - gara kemarin." Ujar papa Elang.
"Udah sukur di bantuin, masih aja mikirin kerjaan." Celetuk Elang.
"Mari ikut saya bakar buhul - buhul ini." Ujar Ustad Sholeh.
Dan kini semua orang pun berkumpul di depan, Buhul - buhul itu lalu di bakar bersamaan dengan Ustad Sholeh yang membaca doa, dan entah mengapa ayah Elang merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya.
Dan saat itu Elang melihat sesuatu melesat pergi dari tubuh ayah nya, sesuatu seperti bayangan hitam dan melesat sangat cepat. Jingga pun juga melihat nya, itu adalah sosok - sosok yang ada di dalam buhul itu, yang di kirim memang untuk ayah Elang.
Saat itu Ustad Sholeh melihat siapa gerangan manusia syirik yang mengirim buhul untuk ayah Elang, bahkan oknum dukun nya yang mengirim pun Ustad Sholeh melihat wajah nya.
"Ini dari salah satu rekan kerja bapak, dan satu lagi dari orang terdekat bapak. Dua buhul lain nya itu bukan di tujukan untuk bapak." Ujar Ustad Sholeh.
"Orang terdekat?? Siapa?" Tanya ayah Elang.
"Anda ingin melihat nya? Sholat lah, dan minta di tunjukkan siapa pelakunya. Tujuan nya adalah membuat anda menjadi pemarah sehingga rumah tangga bapak berantakkan dan pekerjaan bapak pun hilang." Ujar Ustad Sholeh.
"Sekarang papa pecaya?? Nyadar nggak papa sejak sebulan setelah tinggal di rumah ini papa berubah jadi kasar? Itu pasti karena kiriman ini, pa." Ujar Elang.
Ayah Elang tertegun sejenak, ia memang merasa sejak tinggal di rumah itu tak lama dia menjadi pemarah, dia jadi begitu berambisi dan tidak mau dunia nya di ganggu. Ia bahkan tidak memiliki rasa menyesal sudah menampar dan memukul istrinya berulang kali, seolah rasa cinta di hatinya di ubah menjadi benci.
Kini dia kembali mendapat rasa damai setelai buhul itu di bakar, dia menjadi sedikit bingung karena rasanya dia telah banyak kehilangan sesuatu, kehilangan Istrinya.
"Mari kita bersihkan sisa - sisa yang ada di tubuh bapak, bapak harus di ruqyah." Ujar Ustad Sholeh, ayah Elang pun dengan mudah nya mengangguk.
Ayah Elang pun di ruqyah, di berteriak dan menangis tidak jelas karena kesakitan. Kiriman - kiriman dalan tubuh nya di keluarkan oleh Ustad Sholeh, dan itu bukan hanya satu sosok, melainkan beberapa sosok.
"Mau keluar sendiri atau saya tarik paksa kamu?!" Ujar Ustad Sholeh.
Jingga, Elang, Gani.. mereka memperhatikan ayah Elang yang sedang merintih kesakitan. Di mata Jingga, itu bukan ayah Elang, melainkan pocong hitam dengan wajah mengerikan.
Pocong hitam identik menjadi media kiriman santet dan guna - guna, bisa juga sebagai media pesugihan ( penglaris) biasanya dia di pelihara oknum dukun dan di kirimkan pada orang - orang yang menjadi target kesyirikan seseorang.
Rupanya tak banyak perlawanan dan pocong hitam itu pun akhirnya keluar dari tubuh ayah Elang. Tidak seperti pocong hitam yang di kirim Delima pada nenek nya Jingga dulu, yang ini lebih mudah di tangani.
"Hooekk!!" Ayah Elang langsung muntah - muntah. Elang langsung memberi wadah yang sudah di siapkan.
"Alhamdulillah, sudah bersih." Ujar Ustad Sholeh.
"HOOEK!!"
Muntahan nya bahkan tidak normal, ada gumpalan darah di dalam nya. Buhul adalah kiriman penyakit yang tidak bisa di lihat oleh medis, selain itu jenis nya pun berbeda. Banyak korban nya yang tak bisa di selamatkan.
"Alhamdulillah, Elang.." Ujar Jingga, Elang pun tersenyum senang.
Elang merasa bersyukur karena di pertemukan dengan Jingga yang bisa membantu ya menyelesaikan masalah nya, yang dia pikir sulit untuk di pecahkan. Elang
"Makasih Jingga, Ustad.." Ujar Elang, lalu dia melirik kearah Gani.
"Lu juga, Ni. Thanks ya.." Ujar Elang dan Gani pun tersenyum sambil mengangguk.. Meski Gani tak begitu menyukai Elang, tapi rasa kemanusiaan nya tidak pandang bulu.
BERSAMBUNG..
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu