Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14.
Setelah makan malam bersama mereka telah usai, mereka pun kini sudah berada di ruang keluarga untuk berbincang-bincang dan juga beristirahat sebentar.
" Kalian mau langsung istirahat atau mau ngobrol dulu disini?" tanya Annisa kepada Fajar dan juga Amira.
" Langsung istirahat, Bun." ucap Fajar menjawab, tanpa berdiskusi lebih dulu dengan Amira.
Amira langsung merasa tidak enak hati kembali kepada Ibu mertuanya, tetapi dia juga tidak mungkin menantang keinginan dari Fajar yang ingin langsung beristirahat.
" Ayo, Amira." ujar Fajar mengajak Amira.
Amira langsung terkejut, karena Fajar ternyata mengajaknya juga, padahal dia pikir jika Fajar akan beristirahat lebih dulu, tanpa mempedulikannya.
Ditambah lagi kamar tidur mereka juga terpisah, sehingga tidak akan berpengaruh, jika mereka istirahat bersama atau tidak.
Fajar kembali menatap Amira, karena Amira masih saja setia duduk di sofa itu bersama kedua orang tuanya.
Amira yang paham akan tatapan itu, langsung saja menatap Ayah dan Ibu mertuanya untuk berpamitan.
" Kita ke atas duluan, Ayah, Bunda." pamit Amira yang langsung bangkit dari sofa itu.
" Silahkan, Nak." ucap Rudi mengijinkan, begitu juga dengan Annisa.
Amira pun menundukkan sedikit kepalanya kepada mereka, sebelum akhirnya dia menyusul suaminya yang sudah lebih dulu menaiki anak tangga.
" Lucu sekali mereka, masih malu-malu dan canggung." ucap Annisa sambil tersenyum melihat tingkah anak dan menantunya itu.
" Kenapa mereka bisa saling canggung kayak gitu yah, Bun?, bukanya mereka teman satu kelas ditambah Amira juga sekretaris Fajar di sekolah, kan?" tanya Rudi.
" Jelas canggung lah, Ayah, mereka kan belum terbiasa dengan status baru mereka ini." terang Annisa, yang langsung kembali tertawa pelan.
" Bener juga." jawab Rudi setuju.
Mereka pun kembali melanjutkan menonton televisi di ruang keluarga, sementara Amira dan Fajar sudah menghilang dari pandangan mereka.
🖤🖤🖤🖤🖤
" Langsung tidur." ucap Fajar, saat mereka berdua sudah berada di depan pintu kamar mereka masing-masing.
Amira pun langsung mengangguk, dia juga akan langsung beristirahat setelah nanti membersihkan diri terlebih dahulu, karena dia sungguh sudah merasakan kelelahan dengan aktivitas nya hari ini.
" Kamu udah shalat isya?" tanya Amira begitu Fajar hendak membuka pintu kamarnya.
Fajar pun langsung mengangguk pelan, pertanda bahwa dia sudah melakukan salah satu kewajibannya itu.
Amira langsung tersenyum sambil mengangguk.
" Ada lagi?." tanya Fajar sambil menaikkan salah satu alisnya.
Amir pun langsung menjawabnya dengan gelengan kepalanya, serta tersenyum dibalik cadarnya.
" Assalamu'alaikum." salam Amira, sebelum mereka benar-benar berpisah di pintu kamar itu.
" Walaikum'salam." jawab Fajar.
Mereka kemudian langsung masuk kedalam kamar mereka masing-masing yang saling bersampingan.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Pukul 10 malam, Fajar yang sudah membersihkan diri dan ingin hendak tidur pun harus terganggu oleh suara deringan ponselnya yang ada di samping nakas tempat tidurnya, yang sangat menganggu ketenangan nya itu.
Awalnya Fajar enggan menerima panggilan itu, tetapi semakin lama dia diamkan, suaranya semakin menganggu dirinya.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk meraih ponselnya dan langsung memeriksa siapa yang berani menganggunya malam-malam begini.
" Yogi?" gumam Fajar melihat nama orang yang ada di ponselnya.
Setelah melihat nama kontak yang ada di layar ponselnya, tanpa lama lagi Fajar pun langsung mengangkat panggilannya.
Jika Yogi yang sudah meneleponnya hingga berkali-kali seperti itu, sudah dapat dipastikan bahwa ada hal penting yang telah terjadi.
" Hallo, kenapa?" tanya Fajar, lewat panggilan telepon.
" Ini Jar, si Faisal dikeroyok dan sekarang dia gak sadar, lo buruan ke rumah sakit, gue share lock sekarang." jawab Yogi, dari sebrang telpon sana.
" Oke, gue kesana sekarang." ucap Fajar langsung menjawab tanpa berpikir lagi.
Tuttt!.
Fajar pun langsung memutus panggilan itu, tanpa menanggapi lagi tentang apa yang akan Yogi katakan.
Dengan cepat, dia langsung bangkit dari tempat tidurnya kemudian langsung meraih dan menggunakan jaket hitamnya.
Setelah itu, dia langsung mengambil kunci motornya yang dia simpan di atas nakas.
Ceklek!.
Pintu kamar Fajar langsung terbuka bersamaan dengan pintu kamar Amira yang sama ikut terbuka.
" Kamu mau ke mana?" tanya Amira yang hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
" Ke luar sebentar ada urusan." jawab Fajar, sambil menatap pesan masuk dari ponselnya.
Pesan tersebut berasal dari Yogi yang sudah mengirimkan alamat rumah sakit dimana Faisal dirawat.
" Udah izin sama Ayah dan Bunda?" tanya Amira kembali.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Amira, Fajar memasukan ponselnya terlebih dahulu ke dalam saku jaketnya.
" Mereka pasti udah tidur." jawab Fajar atas pertanyaan dari Amira.
Dia masih bisa menjawabnya dengan tenang, supaya Amira tidak terlalu banyak mempertanyakan kemana dia akan pergi.
" Nanti kamu pulangnya jam berapa?" tanya Amira kembali.
" Kamu tidur saja, jangan nunggu saya pulang." jawab Fajar.
" Terus, nanti siapa yang akan bukain kamu pintu kalau nanti kamu udah pulang?" ujar Amira yang terus kembali bertanya seperti itu, karena dia juga khawatir dengan Fajar.
Masalahnya, hari ini sudah sangat larut malam, dimana sudah waktunya untuk orang beristirahat.
" Saya bawa kunci cadangan." jawab Fajar simple.
" Yaudah, hati-hati yah." lirih Amira pelan, tampak dia juga tidak rela dengan kepergian Fajar.
Dia ingin sekali melarang Fajar untuk pergi, tetapi dia tidak berani mengatakan itu, karena sebelum pernikahan mereka sudah sepakat untuk tidak saling menganggu dan saling menuntut dalam hal apapun, padahal dalam hatinya dan juga sebagai seorang istri dia ingin sekali melarang suaminya itu pergi, namun perjanjian sudah mereka buat dan Amira tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan hanya bisa mend'oa keselamatan suaminya itu dari jarak jauh.
" Saya pergi." pamit Fajar.
Amira pun langsung mengangguk tanpa bertanya lagi.
Setelah mendapat anggukan dari Amira, Fajar pun langsung pergi begitu saja memasuki pintu lift yang ada dirumah mereka.
Melihat sikap Fajar yang tampak sangat terburu-buru itu, membuat Amira beranggapan bahwa ada sesuatu yang telah terjadi, sehingga Fajar harus pergi melewati pintu lift, dan Fajar juga pergi tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.
" Semoga kamu baik-baik saja dan kembali dengan selamat." batin Amira mendoakan, dengan segala rasa khawatirnya juga.
Setelah itu diapun langsung turun kebawah dan langsung ke dapur untuk melanjutkan niatnya, untuk mengambil air minum.
TO BE CONTINUE.