Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*3
"Ap-- apa ... maksudnya ucapan barusan, tuan muda?"
Amel masih ingin memastikan apa yang baru saja Ricky katakan. Dia masih berharap jika Ricky hanya sedang mempermainkan dirinya. Menguji dia yang baru pertama kali bertemu. Mungkin, Ricky ingin melihat reaksinya sekarang.
Senyum terpaksa Amel perlihatkan.
"Jangan bercanda, tuan muda. Kita sudah dijodohkan sejak lama oleh para tertua. Kita-- "
"Cukup. Aku tidak ingin mendengarkan ocehan omong kosong dari mulut manis mu itu. Kau tahu, aku sama sekali tidak setuju dengan pengaturan para tetua. Karena apa? Karena kamu sangat tidak layak untuk menjadi istriku."
"Kenapa aku tidak layak?" Amel bertanya dengan nada yang agak tinggi karena hatinya semakin merasa kesal. "Sisi mana dari diriku yang tidak layak untukmu?"
Pertanyaan yang langsung membuat Ricky memberikan tatapan tajam pada Amel.
"Kamu tidak layak dari segala sisi, nona muda. Jadi, tolonglah untuk sadar diri."
Setelah berucap kata-kata itu, Ricky langsung mengalihkan pandangannya dari Amelia. Tak hanya itu saja, dia juga langsung memutar tubuh untuk segera menghindar dari tatapan mata Amel yang sedang sangat terluka.
"Aku sudah selesai bicara. Kamu bisa keluar sekarang juga," ucap Ricky lagi.
"Tapi-- "
"Amelia Racham. Aku sudah membuat keputusan. Pertunangan kita akan aku batalkan. Terserah kamu setuju atau tidak. Yang jelas, keputusan itu sudah aku buat. Aku akan membatalkan perjodohan kita dengan atau tanpa persetujuan dari kamu."
"Sekarang, tolong keluar dari ruangan ini. Aku masih banyak urusan."
Hancur. Sangat hancur hati Amelia sekarang. Cinta yang dia harapkan, tapi malah kecewa yang dia dapatkan. Pria yang selama ini dia anggap akan mbawa bahagia, tapi malah sebaliknya. Duka yang dia terima ketika pria itu kembali dari luar negeri.
Tanpa mengucap satu patah katapun sebagai penutup, Amel beranjak meninggalkan ruang belajar Ricky. Dia pergi dengan hati yang sangat sakit.
Sementara itu, Ricky langsung membalikkan tubuh ketika mendengar langkah kaki Amel terdengar menjauh. Dia tatap pintu yang sudah tertutup rapat saat punggung Amel menghilang dari balik daun pintu tersebut. Ricky langsung menggenggam erat tangannya.
Amel berjalan dengan cepat menuruni anak tangga. Air mata yang jatuh dia seka dengan cepat. Air mata yang tumpah tampa bisa dia cegah. Padahal, sudah susah payah Amelia menahannya agar tidak jatuh. Setidaknya, tidak jatuh di sini karena dia pasti akan diperhatikan oleh para pelayan yang bekerja di kediaman Amerta ini.
Sayangnya, usaha itu gagal. Karena hati yang terlalu sakit, air mata malah tumpah dengan sendirinya. Amel terus menyeka air mata tersebut hingga tak sengaja berhadapan dengan pak tua tangan kanan kepercayaan orang tua Ricky.
"Nona muda. Anda .... "
Sontak, Amel terkejut. Sigap tangannya menyapu air mata yang tumpah. Senyum manis dia ukir dengan terpaksa.
"Pak tua."
"Nona muda. Anda kenapa? Apa ... tuan muda yang membuat anda menangis?"
"Ha? Pak tua bisa saja. Saya tidak menangis kok. Saya-- saya kelilipan."
"Nona."
"Saya baik-baik saja, Pak. Tapi sekarang, saya harus pamit. Ada hal mendesak yang harus saya lakukan. Saya harus pulang sekarang. Permisi, pak tua."
Gegas Amel beranjak. Baginya, menghindar adalah pilihan terbaik buat dirinya saat ini. Karena luka hati ini terlalu sakit. Dia tidak ingin berbagi dengan siapapun sekarang. Karena memang, tidak ada yang bisa dia ajak berbagi suka maupun kesedihan.
Sapaan para pelayan yang dia temu ia abaikan. Sudah terlalu berat perasaan yang sedang menimpa hati. Dia seolah tidak lagi bisa berpura-pura. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah mencari tempat sepi agar bisa melepas tangisan supaya hati bisa tentram.
....
Satu minggu setelah kejadian itu, keluarga Racham langsung digemparkan dengan kabar tuan muda Amerta yang ingin menukar tunangan. Tidak hanya perjanjian tertulis, Ricky selaku tuan muda Amerta juga datang.
Ricky datang sendiri ke kediaman Racham untuk menyampaikan maksudnya itu. Dia ingin menukar Amelia dengan Citra Lutina Racham. Anak tidak sah yang bergelimangan kasih sayang dari keluarga Racham.
"Apa? Tuan muda ingin menukar tunangan?" Papa Amel berucap dengan wajah sangat terkejut.
"Ya. Saya tidak tertarik dengan putri pertama dari keluarga Racham. Sebaliknya, saya sangat tertarik dengan putri kedua dari keluarga Racham. Karena itu, saya ingin menukar tunangan saya dengan putri kedua kalian. Bagaimana?"
Tentu saja Citra bahagia bukan kepalang. Impiannya selama ini ternyata jadi kenyataan. Dia yang sangat menginginkan posisi istri dari tuan muda Amerta itu langsung terkabulkan secara tiba-tiba. Dia yang selama ini merasa sangat iri pada Amelia yang telah menjadi anak pertama dari keluarga tersebut. Padahal, dia pikir, dirinya lebih cocok dengan Ricky yang tampan dan juga terlahir dari latar belakang yang sangat sempurna.
"Tuan muda. Bagaimana anda bisa mengambil keputusan ini? Perjodohan itu dilakukan oleh para tetua. Anda tidak bisa mengubah calon istri anda secara tiba-tiba," kata papa Amel dengan wajah yang masih tidak berubah.
Namun, gegas istrinya meraih lengan sang suami. "Papa. Tuan muda bisa memilih apa yang dia inginkan. Lagipula, baik Amel atau Citra. Jatuhnya akan sama saja, bukan? Keduanya juga putri dari keluarga Racham."
"Tapi, Ma. Citra-- "
"Perjodohan itu dibuat oleh kedua belah pihak. Perjodohan itu dibuat oleh para tetua. Bukan penerus dari kedua keluarga. Bagaimana bisa ditukar dengan sesuka hati?"
Papa Amel masih ingin berusaha mempertahankan kedudukan anaknya. Walau dia merasa, kalau keuntungan yang akan dia dapat akan sama saja. Baik Citra atau Amel, sama-sama anaknya. Jadi, tetap dia yang akan menerima keuntungan jika pernikahan itu terjadi.
Tapi, selaku papanya Amelia. Dia merasa bersalah pada anaknya. Bagaimana bisa, tuan muda itu tiba-tiba mau menukar calon istri. Padahal, calon istrinya sudah ditentukan sejak masih dalam kandungan.
Citra yang merasa tidak bisa membiarkan kesempatan emas itu lenyap, langsung memainkan sandiwara dengan cepat. Dia langsung memasang wajah sedih seketika.
"Papa. Citra memang bukan putri pertama dari keluarga Racham. Tapi, Citra masih anak papa, bukan? Citra masih punya darah keturunan keluarga Racham. Apa salahnya jika Citra yang menikah dengan tuan muda Amerta."
"Dan lagi, ini bukan keputusan kita. Melainkan, keputusan tuan muda Amerta itu sendiri."
Hening beberapa saat, mereka saling berpikir jalan terbaik dari masalah yang sedang mereka hadapi. Sementara itu, di balik tembok tikungan pembatas ruang tamu, Amelia sedang bersandar kan diri di sana. Hatinya terluka. Batinnya sangat sedih.
Ternyata, dia baru sadar kalau Ricky tidak suka dia. Melainkan, menyukai adik tidak sah yang papanya bawa pulang waktu itu. Perjodohan yang neneknya buat saat dia masih dalam kandungan, malah direbut oleh adik tidak sah yang baru datang ke keluarga nya.
Amel menutup mata rapat-rapat. Buliran bening jatuh perlahan. Satu tangan dia letakkan ke atas dada sambil dia genggam erat. Sungguh, rasa sakit itu semakin kuat terasa.
Tidak cukup keluarganya yang diambil oleh adik tidak sahnya itu ternyata. Sekarang, adik tidak sah itu malah mengambil tunangan yang selama ini dia banggakan. Tunangan yang selama ini dia harapkan akan membawa dirinya pergi dari penderitaan. Tapi ternyata, semua hanyalah angan-angan. Kenyataan lebih menyakitkan sekarang.
🌹 dulu... nanti lanjut lagi