Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 ~ Hanya Pelampiasan ~
Dean melepas pelukannya lalu terlentang menatap langit-langit kamar sambil mengatur nafas. Anna menutupi tubuh lalu bergeser membelakangi Dean. Air mata gadis itu tak henti-hentinya mengalir.
Tak pernah terbayangkan olehnya akan mengalami kejadian seperti itu. Sesaat yang lalu masih tersenyum bersama Nick. Kini menangis di samping Dean.
“Kenapa lakukan ini padaku? Bukannya Tuan punya pacar? Kenapa Tuan nggak lampiaskan saja padanya?” tanya Anna sambil menahan sesak di dadanya.
“Kamu yang bikin aku jadi begini. Kamu yang membuat aku ingin lakukannya lagi, ingin ... lakukan lagi, padamu. Aku nggak akan lakukan itu pada Veronica ….”
“Kenapa?” tanya Anna yang merasa Dean tidak adil.
“Karena aku nggak akan sakiti dia. Aku akan menjaga kesuciannya sampai kami menikah. Aku nggak akan merusaknya ... karena aku sangat mencintainya,” jawab Dean sambil menatap punggung Anna.
Gadis itu memejamkan mata. Air mata mengalir deras di sela isak tangisnya. Ucapan Dean sangat menyakitkan hati Anna. Dean ingin menjaga kesucian gadis yang dicintainya, sementara dirinya lah yang menjadi tumbal pelampiasan hasrat Dean.
Salah kamu sendiri, kenapa muncul dalam hidupku? Kamu yang membuat aku merasakannya. Salahmu sendiri jika aku inginkannya lagi, batin Dean lalu bangun dari posisi rebahnya.
Duduk tertunduk lalu menoleh ke arah Anna. Terkadang Dean menyesal telah menyakiti gadis itu. Sesaat kemudian kembali tak peduli. Dean memunguti semua pakaiannya yang beterbangan tak tentu arah lalu membawanya pergi dari kamar Anna.
Dean menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya sendiri. Menatap langit-langit kamarnya yang entah berapa ratus kali atau mungkin ribuan kali ditatapnya. Bahkan langit-langit putih itu sering merefleksikan wajah.
Kenapa saat aku puaskan diri sendiri yang terbayang malah wajahmu? Aku ingin jadikan Veronica sebagai objek fantasiku tapi yang selalu muncul adalah wajahmu? Salah sendiri jika aku ingin merasakan itu lagi denganmu, batin Dean seolah bicara pada wajah Anna yang muncul di langit-langit kamar.
Pikirannya yang kalut selalu berlari mengejar bayangan Anna. Seolah setelah lampiaskan hasratnya pada gadis itu, Dean merasa bebannya terbuang. Setelah kejadian di kamar hotel presidential suite itu, hanya Anna yang ingin dijadikan pelarian meski itu akan selalu menyakiti gadis itu.
Hari ini Dean mencoba untuk menghindar dari minuman. Kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan setiap kali bermasalah dengan dengan Veronica. Hasilnya, Anna lah yang menjadi sasaran.
Demi tekadnya sendiri yang ingin hidup normal. Ingin hidup lebih bertanggung jawab. Ingin lebih sukses mengalahkan Nick Rush, sahabatnya. Dean berusaha sekuat tenaga menahan keinginannya pergi ke club malam.
Apa yang harus aku lakukan? Aku pusing, aku pusing! teriak Dean dalam hati.
Hatinya kesal. Melepaskan kekesalan dan kemarahan pada Anna ternyata tidak cukup. Melampiaskan hasrat pada Anna hanya membuatnya lega untuk sementara.
Dean menoleh ke atas nakas. Terlihat kunci mobilnya dan juga ponselnya. Telah terbayang oleh Dean mengambil keduanya dan pergi melesat ke club malam. Namun, ternyata Dean meraih salah satunya.
“Halo! Kamu di mana?” tanya Dean setelah berhasil menghubungi Nick Rush.
“Tentu saja di rumah! Aku baru saja sampai. Ada apa Dean?” tanya Nick Rush merasa heran.
“Aku ingin bicara. Aku ingin bicara dengan siapa saja, jika tidak, aku bisa kembali minum,” jawab Dean dengan nada frustasi.
Napas Dean juga terdengar terengah-engah. Mendengar itu Nick yang sedang bersantai di sofa dalam kamarnya, langsung berdiri. Nick tidak ingin Dean kembali menjadi pecandu alkohol.
“Kamu di mana? Aku akan menyusulmu!” seru Nick sambil menyambar kunci mobilnya.
“Aku ada di kamarku,” jawab Dean.
“Baiklah! Tunggu aku! Aku akan ke rumahmu,” ucap Nick dan langsung berlari menuju garasi mobilnya.
“Kamu mau ke rumah mana? Aku nggak di rumah Daddy ….”
“Apa? Sebenarnya kamu ada di mana sih?” tanya Nick heran bahkan sempat mengira Dean telah terlanjur mabuk.
“Aku ya di apartemenku sendiri lah,” ucap Dean dengan nada kesal.
“Apa? Kamu tinggal sendiri? Kamu yakin itu apartemen? Jangan-jangan di kamar hotel ….”
“Kamu pikir aku lagi mabuk?” tanya Dean menjadi kesal.
“Nggak kok. Kamu nggak mabok cuma teler aja,” jawab Nick bermain-main dengan Dean Monteiro.
“Kalau begitu cepat lah ke sini!” seru Dean dengan nada semakin tinggi.
“Ya ya ini lagi di jalan. Tapi … di mana alamatnya. Kalau benar kamu di apartemen, apartemen yang mana?” tanya Nick baru teringat dirinya tidak mengetahui alamat apartemen Dean.
Dean mengirim lokasi apartemen pada Nick dan Nick segera melaju ke apartemen yang terkenal mewah itu. Begitu banyak bayangan buruk berkecamuk dalam pikirannya. Hingga tanpa sadar kalau dirinya kini kembali ke apartemen yang baru saja dia singgahi saat mengantar Anna tadi.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...