Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Swords of Rebellion
Mendengar perkataan Eliza, Elliot sama sekali tidak panik. Sebaliknya, ekspresinya berubah menjadi fanatik.
“Kami berasal dari organisasi Swords of Rebellion. Tujuan kami sederhana, musnahkan para bangsawan busuk yang sudah merusak tempat berlindung manusia. Singkirkan mereka dan kembalikan semua kesetaraan sama seperti sebelumnya!”
“Omong-omong, kami sangat senang berbagai akademi elit melakukan ujian tahunan semacam ini. Benar-benar luar biasa.”
“Kami memanfaatkan kesempatan ini dan menggunakan cara untuk membuat para makhluk level 5 di Pyrenight Forest mengamuk. Ah! Kamu pikir kalian sudah menang karena para penguji dan pengawas ujian segera pergi ke tempat itu lalu membantu mengatasi amukan makhluk-makhluk itu, kan?”
Elliott menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak.
“HAHAHAHA! Sesuai dengan rencana Master, kalian masuk dalam jebakan dan ini yang kami inginkan!”
“Sementara penguji dan pengawas menangani para makhluk level 5, anggota organisasi kami akan memburu para murid yang mencoba melarikan diri dari gelombang binatang buas. Omong-omong, ada juga hadiah tambahan untuk kalian, yaitu kami akan membuat salah satu makhluk level 4 menembus level 5.”
“Apakah menurutmu anak-anak itu bisa melarikan diri dari kejaran makhluk level 5? Selain itu-“
Elliott menutup mulutnya untuk menyembunyikan seringai penuh ejekan.
“Menurutmu makhluk level 4 mana yang kami pilih?”
Mendengar itu, ekspresi Eliza langsung menjadi muram. Ada cukup banyak makhluk level 4 dan sulit menebak yang mana. Selain itu, mereka juga sudah kekurangan personel untuk membantu para murid.
Jadi fokusnya sekarang adalah membantu para murid melarikan diri sebisanya. Sisanya, serahkan saja semua pada takdir.
Eliza menarik napas dalam-dalam, lalu membantah perkataan Elliott.
“Aku tidak menyangkal kalau ada bangsawan atau penguasa kerajaan yang memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menindas. Akan tetapi, mengembalikan kesetaraan? Itu hanya tindakan bodoh.”
“Tanpa adanya pemimpin, orang-orang akan menjadi layaknya ayam tanpa kepala. Berlarian ke sana-sini dengan bodohnya. Pada akhirnya, mereka akan termakan oleh keinginan sendiri, dan kekacauan tanpa akhir lah hasil akhirnya.”
“Menyingkirkan bangsawan bukanlah solusi dalam masalah ini.”
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Sama sekali tidak setuju dengan pemikiran ekstrem Elliott dan organisasi Swords of Rebellion.
Perkataan Eliza membuat Elliott tertegun, lalu wajahnya langsung terdistorsi, tampak murka.
“Kalau begitu coba saja hentikan kami!”
...***
...
Sementara itu, di tempat Tim Klein berada, terlihat banyak tubuh binatang buas tersebar di sekitar mereka.
Vlad menghela napas panjang, bulir-bulir keringat membasahi wajahnya. Dia benar-benar tampak sangat kelelahan.
Bukan hanya Vlad, kecuali Klein yang melakukan peran pendukung dan sesekali mengeluarkan sihir tambahan, anggota tim lainnya jelas kelelahan.
‘Ini jelas-jelas tidak masuk akal. Para binatang buas memilih melarikan diri? Mungkinkah ada kekacauan di pusat hutan?’
‘Seharusnya tidak, kan? Lagipula, semuanya terlihat damai sebelum ujian dimulai. Aku tidak percaya ini hanya kebetulan. Itu berarti-‘
Mata Klein menyipit.
“Ada yang sengaja melakukannya?” gumamnya pelan.
Melihat Klein termenung di tempatnya sambil menggumamkan sesuatu, Rachel langsung bertanya, “Apakah kamu menemukan sesuatu, Klein?”
“Um.” Klein mengangguk ringan. “Apa yang terjadi jelas-jelas janggal, aku merasa ada suatu pihak yang sengaja melakukannya.”
“Sengaja melakukannya? Kenapa mereka melakukan hal mengerikan seperti ini?” tanya Arianna.
Melihat ‘gadis sakit’ yang cukup polos, Klein menggeleng ringan. Dia langsung menjelaskan.
“Tidak peduli kenapa mereka melakukannya, satu hal pasti, mereka adalah musuh yang menginginkan nyawa kita,” ucapnya dingin.
“Sungguh penjahat keji! Tapi tenang saja, api Penyihir ini akan menghukum para penjahat keji!” ucap Arianna dengan ekspresi serius.
“Tunggu sebentar. Jika musuh memang menargetkan nyawa para murid atau salah satu dari kita (murid), itu berarti mereka telah membuat banyak persiapan. Bukankah lebih baik kita mundur secara strategis?” Rachel langsung mengungkapkan pendapatnya.
“Tenang saja, Penyihir ini akan-“
“Ini bukan saatnya main-main, Arianna!” bentak Rachel.
Melihat ekspresi serius Rachel, Arianna terdiam. Dia mundur dan bersembunyi di balik punggung Klein.
“Memang benar, lebih baik kita mundur secara strategis. Vlad, kamu akan membuka jalan. Rachel, awasi belakang barisan karena kamu yang paling waspada. Arianna, kamu bertanggung jawab atas serangan sihir. Luna, bawa semua sisa ramuan dan beri dukungan pada tim,” ucap Klein dengan tenang.
“Hey! Apa maksud dari perkataanmu, Putra Pertama dari Keluarga Ashfey?!” Rachel menatap Klein dengan ekspresi tidak puas.
“Kenapa anda tidak mundur bersama kami, Master?” tanya Luna khawatir.
Mendengar ucapan kedua gadis itu, Vlad dan Arianna baru sadar kalau Klein tidak berniat pergi bersama dengan mereka.
“Aku mengkhawatirkan seseorang. Jika ada yang salah padanya, pasti orang tua ku akan memukuli ku setelah aku kembali. Selain itu, bukan hanya orang tua bocah itu teman dekat orang tua ku-“
“Dia juga teman ku.”
Setelah mengatakan itu, Klein menyeringai dengan ekspresi malas lalu menambahkan.
“Kalian tidak perlu mempertaruhkan keselamatan demi hal semacam ini. Selain itu, kalian sudah mengenalku. Jika ada yang salah, aku akan lari dengan sekuat tenaga. Jadi tenang saja.”
Mendengar kalimat yang terucap begitu santai dari bibir Klein, Luna menggigit bibirnya. Tangannya mencengkeram erat pakaiannya, dan akhirnya dia memberanikan diri untuk bicara.
“Biarkan aku ikut, Master. Aku pasti berguna,” ucapnya dengan tatapan tegas.
Rachel berjalan menghampiri Klein dan berhenti tepat di depannya. Sepasang mata merah bak rubi menatap tepat ke mata pemuda itu.
“Jangan asal membuat keputusan untuk kami, Putra Pertama. Aku juga akan ikut! Lagipula, ini juga kesempatan untuk mengasah diri. Jika tidak bisa melewatinya, berarti aku tidak memiliki kesempatan untuk menginjak-injak saudara ku yang bau.”
“Sudah tugas seorang servant untuk mengawal tuannya, Bos!” tambah Vlad.
“Kalau begitu jangan lupakan Penyihir ini! Lagipula, sudah tugas Penyihir ini untuk menghukum para penjahat keji!” Arianna menyeringai.
Mendengar itu, Klein tertegun sejenak. Pemuda itu mengamati rekan-rekannya, lalu seringai kembali muncul di wajah malasnya.
“Kalau begitu lebih baik kalian bersiap untuk mati.”
...***
...
Jauh di lapisan dalam Pyrenight Forest, Arthur yang biasanya tampak memiliki ekspresi serius di wajahnya.
Tidak jauh dari tempat Arthur dan rekan-rekannya berdiri, terlihat lima sosok berjubah mengelilingi mereka.
“Datang di saat-saat seperti ini? Sungguh tidak beruntung,” ucap Arthur.
Berdasarkan level beberapa orang yang baru saja datang, Arthur merasa timnya bisa bertahan jika dalam kondisi prima. Akan tetapi tidak ada kata ‘jika’, mereka jelas kelelahan setelah berburu dan sekarang disergap.
Ini benar-benar situasi buruk bagi mereka.
“Dari penampilan, sepertinya kalian tidak datang dengan ramah untuk menjemput kami, kan?” ucap Arthur lembut sambil menghunus pedangnya.
Sesaat kemudian, beberapa orang merasa suhu di sekitar langsung meningkat pesat.
Di sisi lain, salah satu sosok berjubah maju lalu menghunuskan pedangnya. Di balik kerudung yang hampir menyembunyikan seluruh wajahnya, mata berwarna merah seperti rubi memancarkan kilau dingin.
Seketika, niat membunuh langsung terpancar dari sosoknya.
Melihat mata merah yang begitu indah sekaligus mencolok, ekspresi tidak percaya muncul di wajah Arthur.
“Dari tiga keluarga itu-“
Pemuda itu mencengkeram erat pedangnya.
“Kamu yang mana?”
>> Bersambung.