Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady".
Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sebenarnya Leya tidak yakin jika Gilbert mau menerima Sabia, secara sebelum Leya tau dirinya ternyata telah hamil anak Gilbert, orangtua Leya sudah lebih dulu memecat Gilbert dan menghinanya habis-habisan.
Gilbert yang saat itu hanya seorang bodyguard biasa telah lancang jatuh cinta pada putri pemilik rumah sakit, bernama Leya! Hubungan itu berlangsung satu tahun, sebelum akhirnya Leya hamil dan Gilbert dipecat lalu diusir oleh orangtuanya Leya.
Tapi kini saat Sabia terus menerus meminta pada Leya agar mengatakan siapa ayah kandungnya, Leya pun akhirnya mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya untuk membawa Sabia menemui Gilbert.
"Lalu kuliah mu bagaimana Bi?"
"Memang Dady tinggal jauh dari kita?"
"Dia tidak tinggal di Jerman, dia tinggal di negara lain!"
"Kalau begitu aku akan pindah kuliah! Mom please aku ingin bertemu Dady," Sabia memohon dengan tulus pada Leya.
Belasan hidup tanpa sosok ayah disampingnya membuat Sabia ingin sekali walaupun itu hanya sedetik saja merasakan pelukan hangat seorang ayah seperti teman-temannya yang lain.
"Baiklah, kita akan menemui ayah mu!"
"Kau serius mom?"
"Iya, momy akan mempertemukan mu dengan dia!"
Sabia akhirnya memeluk Leya dan berkata terimakasih karena sudah mau mengabulkan permintaannya yang sejak dulu Sabia inginkan. Tak bisa langsung buru-buru pergi menemui Gilbert, Leya dan Sabia harus mengurus beberapa hal penting terlebih dahulu di Jerman, sebelum akhirnya mereka akan meninggalkan Jerman untuk waktu yang cukup lama.
Sementara itu Naura yang telah selesai mengisi formulir pendaftaran untuk kuliahnya, langsung meregangkan otot-otot tangannya karena lumayan pegal juga.
"Pegal?" tanya Gilbert.
"Iya, Dady mau pijit aku?"
"Sini!"
Naura pun dengan semangat mengulurkan tangannya untuk dipijat oleh Gilbert.
"Pijatan Dady enak banget deh," ucap Naura.
"Setelah memijat mu, Dady harus kembali bekerja La,"
"Kenapa si Dady engga betah lama-lama sama aku? Padahal tadi kota sudah berciuman,"
Wajah Gilbert langsung memerah begitu Naura membahas ciuman tadi.
"La lupakan soal tadi ya, itu kan kau dan Dady tidak sengaja bersentuhan," sambil terus memijat tangan Naura.
"Tidak sengaja? Apa Dady tidak merasakan bibirku? Bagaimana rasanya? Apa enak?"
"Hei sudahlah, Dady akan pergi sekarang!"
"Jawab dulu," Naura memegangi kedua tangan Gilbert.
Membuat Gilbert pun bingung harus menjawab apa.
"Apa yang kau tanyakan?"
"Bibirku, bagaimana rasanya?"
"Nola ya ampun," Gilbert langsung mendongakkan wajahnya.
"Ayo Dad jawab, manis kah? Enak atau tidak enak? Pasti tidak enak ya? Ya sudah lah,"
Naura langsung melepaskan kedua tangan Gilbert, lalu mengerucutkan bibirnya.
"Bibir termanis yang pernah Dady rasakan," ucap Gilbert.
Mendapat pujian dari Gilbert membuat Naura pun langsung berbunga-bunga.
"Bibir yang sangat lembut selembut sutra," Gilbert kembali mengatakan sejujurnya apa yang dia rasakan.
Diusapnya bibir Naura oleh jari Gilbert, Naura pun tersenyum mengembang.
"Dady sudah menjawab semua pertanyaan mu, sekarang Dady boleh pergi?"
"Iya boleh Dad,"
"Kalau begitu kau istirahatlah," Gilbert beranjak dari sofa, dan Naura mengekor dibelakangnya ingin mengantar Gilbert sampai depan rumah.
Keduanya berjalan beriringan sesekali Naura menatap wajah Gilbert yang datar, hingga Gilbert masuk kedalam mobil dan Naura melambaikan tangannya.
Setelah meninggalkan kediaman Naura, barulah Gilbert tersenyum lebar ketika mengingat setiap kebersamaannya dengan Naura.
Gilbert memegangi dadanya yang berdegup cepat! Mungkinkah ini perasaan jatuh cinta? Setelah sekian lama tidak pernah lagi jantungnya berdetak kencang, kini dengan Naura gadis yang jelas-jelas sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri jantung itu malah berdegup kencang.
Dalam perjalanan menuju kantor, Gilbert menelpon salah seorang informannya untuk mengetahui perkembangan tentang keberadaan Jazz.
"Halo"
"Halo Tuan, kebetulan sekali anda menelpon!"
"Apa kau sudah mengetahui keberadaan Jazz?"
"Kemarin dia sudah terlacak saat berada disalah satu makan, tapi lagi-lagi belum diketahui dimana dia tinggal sekarang! Tapi satu yang pasti, Jazz tidak berada jauh dari kita!"
"Baiklah, terus cari dapatkan informasi tentang keberadaannya!
"Baik Tuan!"
Setelah mengetahui Jazz ada disekitar sini, Gilbert langsung memerintahkan berbeda anggota group Limson yang tidak kebagian job kerja untuk mengawal Nyonya Larisha secara diam-diam, lalu Naura dan juga Domanick serta Lindsey.
Hanya untuk berjaga-jaga saja karena Gilbert tidak mungkin melindungi mereka semua!
Setibanya di kantor entah kenapa bayang-bayang wajah lucu dan imut Naura terus menari-nari didalam pikiran Gilbert.
"Nola, Nola, kau itu seperti sendok ya, udah mengaduk-aduk semua perasaan ini menjadi campur aduk! Baru pisah sebentar tapi rasanya sudah ingin ketemu lagi." dalam hati Gilbert.