Lima Benih CEO Mandul
Dengan mata elang yang menyala tajam. Rahang mengeras dengan urat-urat di lehernya yang seakan di tarik keluar. Seorang pria mencengkram pipi wanita cantik itu. "Wanita jalang! Beraninya kau mempermainkan ku. Kau berbohong pada ku bahwa anak ini adalah anak ku. Huh! apa kau pikir aku akan percaya."
Wanita cantik bertubuh mungil itu merasakan sakit luar biasa. Dia mencoba melepaskan tangan suaminya. "Lepaskan aku Kennet, ini memang anak mu. Aku bukan wanita jalang." Hancur dan perih. Rasa sakitnya sulit di ukir. Ia tidak menyangka pria itu menuduhnya dengan ucapan yang begitu kejam. Ia tidak masalah di perlakukan dengan dingin. Di butuhkan saat pria itu hanya bernafsu padanya.
"Baiklah, kau masih ingin mengeluh." Kennet mengambil sebuah kertas di dalam laci ruang kerjanya lalu melemparkan kertas itu ke wajah Livia. "Lihatlah dan buka mata mu lebar-lebar."
Dengan tangan gemetar Livia mengambil kertas itu dan membacanya. Ya, suaminya di vonis mandul. "Tidak, ini memang benar anak mu."
"Kalau kau mengatakannya sekali lagi, aku akan membunuh mu dan anak mu Livia."
Tok
Tok
Tok
"Tuan, Nona Kalisa ingin menemui anda." Pria itu mengetuk pintu kamar Kennet dan Livia.
"Siapa dia Kennet?" tanya Livia. Kalisa nama perempuan dan ia baru mendengarkannya.
Kennet menyeringai. "Kalisa adalah kekasih ku. Dia akan ku nikahi dan aku akan menceraikan mu wanita jalang." Ia begitu marah, bisa-bisanya ia di khianati oleh istrinya.
Livia memegang dadanya yang terasa sesak. Rasanya begitu panas dan hancur. Ia seolah tak bisa mengatakan apa pun. Ia hanya bisa menangis dan mengeluarkan suara terasa berat.
"Sayang." Seorang wanita membuka pintu kamar Kennet. Wanita memakai sebuah dress hitam dengan heels tinggi. Dia melangkah dan memeluk lengan Kennet. "Sayang kamu lama sekali."
"Maafkan aku. Aku harus menyelesaikan masalah ku."
Kalisa menatap kasihan pada Livia namun bukan berarti ia ingin Kennet mempertahankan Livia. "Apa akan membutuhkan lama?" tanya Livia.
"Tidak Sayang." Kennet berkata dengan lembut. "Kalisa aku akan menceraikannya demi dirimu. Malam ini dia akan pergi dari rumah ini."
Kalisa tersenyum, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Kennet. "Ayo Sayang kita pergi. Dia membutuhkan waktu untuk mengemas semua barang-barangnya."
Livia beranjak, dia berlari namun Kennet menutup pintu kamarnya dengan kasar sehingga ia menghentikan langkahnya. Ia mengusap perutnya.
Livia melangkah dengan gontai. Dia mengambil semua pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper. Ia mengusap air matanya. Ia tidak memiliki siapa pun di dunia ini selain Kennet. Tapi, pria itu tidak mempercayainya. Ia menarik kopernya keluar karena hanya sedikit baju yang ia bawa.
Kennet menoleh, ia sangat geram pada Livia, beraninya wanita itu mengkhianatinya. "Livia, kau bisa menggugurkan kandungan mu dan tinggal di sini, tapi aku akan menikahi Kalisa."
Livia menunduk, selama tiga tahun ia menjaga pernikahan ini. "Aku ingin bertanya pada mu, selama tiga tahun ini pernahkah kau mencintai ku?"
Kennet terdiam, ia tidak memiliki rasa cinta, ia hanya kasihan pada Livia dan memenuhi tanggung jawab sebagai seorang suami karena pilihan kedua orang tuanya. "Jangan bertanya, kau sudah tau jawabannya."
Livia mengangguk, ia mengusap air matanya. "Baiklah, aku sudah tau."
Livia melangkah lebar namun ia mendengarkan dua orang pelayan.
"Kamu tidak tau, kekasihnya yang di bawa oleh tuan Kennet itu ternyata cinta pertamanya saat tuan Kennet masih SMA."
"Pantas saja tuan Kennet sering keluar. Cinta pertama dan pandangan pertama datang."
"Iya, kasihan tuan Kennet. Dia ternyata selingkuh dan membuat tuan Kennet murka."
Livia terus melangkah, dia menghubungi sebuah taksi dan selang beberapa saat, taksi pun datang. Ia mengusap perutnya yang masih datar. Ia merasa menjadi sosok ibu yang gagal untuk anaknya. Tanpa di sadari oleh sopir taksi, sebuah truk dari arah samping hendak menabrak taksi yang ia tumpangi dan sebuah mobil menghadang truk itu.
"Livia!" Teriak seorang pria. Dia keluar dari mobilnya dan kemudian berlari menghampiri Livia yang tergelatak di sudut jalan. "Livia."
Tik
Tik
Livia merasakan ada sesuatu yang jatuh di wajahnya. Dia membuka kedua matanya dan menatap wajah yang ia kenali. "Kennet, aku membenci mu."
"Aku tau, kau boleh membenci ku. Bertahanlah, kita akan ke rumah sakit." Saat Livia pergi, ia mengejarnya dan ingin menahan wanita itu untuk tinggal di sisinya.
"Jika ada kehidupan selanjutnya, aku ingin membenci mu Kennet." Di iring hujan deras, sebuah air mata bening mengalir dari sudut kedua mata Livia. Malam itu, seakan langit mengiringi kepergiannya.
...
Livia Dwicakra, dia seorang anak yatim yang di asuh oleh keluarga Liandro dengan tinggal bersama dengan seorang pelayan setengah baya dan meninggal saat Livia berumur 20 tahun sebelum menikah. Dia di jodohkan mulai semenjak kecil. Namun Livia dan Kennet di pertemukan setelah dewasa saat Livia berumur 20 tahun dan melakukan pertunangan dengan Kennet Liandro.
Selama menjadi tunangan Kennet. Livia tidak pernah bertemu dengan Kennet, bahkan menghubungi Livia saja Kennet tidak pernah. Pada saat menikah, di malam pertama Kennet meninggalkan Livia sendirian di kamar pengantin.
Livia tetap sabar memahami perasaan suaminya karena ia tau, Kennet menikahinya karena perjodohan. Dia tetap melayani Kennet dengan baik, bahkan sarapan dan pakaian kantor pun Livia yang menyiapkannya, mengantarkan makan siang ke kantor Kennet. Namun tak mengubah fakta, istri di atas kertas da tidak di cintai tetap akan menjadi istri yang tidak di cintai.
Namun dengan begitu, Kennet mulai perlahan berbicara dan malam purnama itu keduanya mehabiskan hubungan bersama hingga Livia hamil. Tapi, kenyataannya Kennet di vonis mandul dan tidak bisa memiliki anak tanpa di ketahui oleh Livia dan keluarganya.
....
Livia membuka kedua matanya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Dia merasa semua yang terjadi begitu nyata. Ia meraba keningnya, kepalanya dan tubuhnya. Tidak ada luka, seharusnya ada perban. Ia mengedarkan pandangannya dan langsung mengenalinya. Ia masih berada di kamarnya.
Ia menoleh dan melihat ponselnya kemudian mengambilnya. "Tanggal ini ..." Berarti dia kembali dua minggu sebelum kejadian. Jadi anaknya masih ada. "Wanita itu."
Suara deru mobil terdengar, Livia beranjak turun dan mengintip lewat sela-sela gorden. Ia melihat Kennet yang baru saja pulang. "Ini sudah jam 12." Masa bodoh dengan masa lalunya, ia tak perlu menangisi masa lalunya. "Kennet, pria itu mengkhianati ku."
Ceklek
Deg
Kennet menghentikan langkahnya, ia menatap punggung ramping yang membelakanginya itu. Ia melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Sejenak ia meredakan isi kepalanya. Ia teringat dengan Kalisa. Wanita pertama dan cinta pertama saat masih SMA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sweet Girl
Sik durung mudeng Tor...
2024-12-01
0
Tining Revi
otakku gagal paham iki
2024-12-08
0
Wy Ky
keren
2024-11-13
0