Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Mendatangi Sebuah Gang Kecil.
Cinaya Maglio—Gadis cantik bermata hazel yang serupa dengan Cintea Maglio. Mereka berdua mirip bak pinang di belah dua. Hanya saja mereka tidak mendapatkan perhatian yang sama dari kedua orang tuanya.
Hampir sama dengan kisah Raeba dengan Ruyika,di bedakan karena yang satunya lebih penurut dan yang satunya lagi tidak mau menuruti seratus persen perintah dari kedua orang tuanya.
Tapi berbanding terbalik,jika Raeba masih di berikan uang yang setara dengan kakaknya,Cintea tidak sama sekali. Karena itulah Cintea semakin ngelunjak dan keluar dari kediaman.
"Kakak?" Panggil Cinaya yang langsung berhamburan masuk ke dalam pelukan hangat kakanya.
"Hem. Kakak pulang." sahutnya tak kalah erat memeluk tubuh sang adik yang kini sudah berusia 16 tahun jalan 17 tahun.
"Ayo masuk,Kakak! " Ajak Cinaya kepada Cintea dan Galena.
Mereka berbicara di dalam kamar,Cinaya,agar tidak ada yang mendengar apa yang akan mereka bahas.
•••
Raeba, langsung menarik tali kekang kuda setelah Aya naik ke atas panggung kudanya. Mereka membelah kegelapan hutan di bawah sinaran rembulan.
Perjalan yang cukup jauh dari kediaman Raeba membuat kedua gadis itu melajukan kudanya dalam kecepatan tinggi.
"Aya?" Panggil Raeba dan memelankan laju kudanya.
"Ada apa, Nona Raeba?" Sahutnya yang ikut memelankan laju kudanya.
Raeba, memberikan isyarat kepada Aya bahwa ada seseorang yang sedang mengikuti perjalanan mereka. Meskipun seseorang itu mengikuti dari jarak cukup jauh, namun suara hentakan kaki kudanya menggema di genderang telinga, Raeba.
"Kita hadapi,Aya!"
"Baik,Nona Raeba."
Raeba,turun dari atas punggung kuda yang di ikuti oleh,Aya. Tidak lama setelah itu datang dua orang pria dengan pakaian serba hitam dengan penutup wajahnya.
Jelas sekali perbedaan antara pakaian Raeba,Aya,dengan kedua pria tersebut. Meskipun mereka menggunakan pakaian serba hitam, tetapi di bagian belahan dan sakunya sangat berbeda.
Aya, berdiri di samping Raeba dengan pedang sudah berada di tangannya. Begitu juga dengan Raeba yang memegang belati di jemari tangannya. Keduanya lebih fokus karena tidak ingin terkecoh oleh lawan.
Trang..
Raeba dan Aya sama-sama mundur ketika lawannya maju, mereka menyerang dan menghindar. Karena tidak punya banyak waktu untuk melayani dua pria itu yang menginginkan tubuh mereka. Raeba dan Aya langsung mengakhiri pertarungan di antara mereka.
"Akh.." Erang kedua pria itu secara bersamaan.
"PERGILAH! JANGAN MEMBUATKU SEMAKIN MURKA!" Ucap Raeba dengan datar dan dingin.
Kedua pria yang masih mendapatkan jatah hidup itu langsung berdiri dan berjalan menuju kuda masing-masing.
"INGAT! JANGAN PERNAH MENAMPAKKAN DIRI DI HADAPAN KAMI BERDUA!" Peringatan Raeba setelah keduanya berada cukup jauh dari tempat tersebut.
"Ayo, Aya!"
Aya, mengikuti perintah Raeba dan berjalan menuju kudanya berada. Kedua kuda itu tidak Kabur saat di tinggal begitu saja,seakan mengerti bahwa tuannya tengah menghadapi situasi bahaya.
•••
Jangkrik malam menggema di lorong bangunan tua terbengkalai,penuh lumpur karena sorenya di guyur hujan deras. Sudah beberapa hari ini sering hujan saat sorenya menjelang malam tiba.
Raeba,dan Aya, meninggalkan kuda di persimpangan gang kecil jalan menuju bangunan tua itu, mereka mengikatkan tali kekang kuda pada pohon kecil yang di sampingnya terdapat pohon beringin besar sebagai pelindung kuda-kuda itu.
"Apakah, disini tempat tinggal anak-anak itu,Nona Raeba?" Tanya Aya setelah berhasil mengejar lang Raeba yang semakin melebar.
"Hem. Anak-anak itu pasti tengah bersembunyi, karena aku memerintahkan mereka untuk tidak menampakkan diri saat ada orang yang akan berkunjung ke tempat ini." Jawab Raeba dengan suara lirih, saking lirihnya suara itu hanya terdengar samar di telinga,Aya. Tapi untung saja gadis itu mengerti ucapan,Raeba.
"Anak-anak itu cukup pintar,Nona. Pasti mereka sudah merencanakannya setelah kepergian Nona tadi pagi." Ucap Aya yang mengerti dengan cara kerja anak-anak tersebut.
"Hem. Kekompakan akan selalu di nomor satukan demi keselamatan bersama." Jawab Raeba dengan santai.
Raeba, mendekati semak-semak yang lumayan tinggi, gadis itu merasakan akan adanya anak-anak itu di balik semak-semak tersebut.
Untuk mengetahui hal yang tidak terlihat, Raeba, selalu menggunakan insting berburunya. Agar mengetahui apa saja yang berada di sekitarnya.
"Keluarlah! Ini,aku." Ucapnya dengan datar.
Aura kebangsawanan gadis itu menguar kuat dari dalam tubuhnya. Seakan terlihat sangat dingin dan berwibawa. Raeba berdiri di atas batu untuk melihat keberadaan anak-anak yang tiarap di tanah berair tersebut.
"Nona? Benarkah itu,Anda?" Sahut salah satu dari anak-anak itu yang tadi pagi memakai pakaian berwarna merah.
"Hem. Kemarilah!" Ucap Raeba sekali lagi.
Ternyata ada sepuluh anak-anak usianya kisaran 13 tahun yang ikut bersembunyi bersama dengan,anak yang tadi di temuinya.
"Mana, teman-temanmu yang lainnya?" Saat tidak melihat keberadaan ketiga temannya yang tadi pagi.
"I-itu. Me-mereka baru saja tertangkap oleh orang yang biasa datang ke tempat ini, Nona." Ucapnya dengan kepala yang tertunduk dalam.
Pemandangan yang sangat menarik simpati,Aya. Gadis itu berdiri di belakang Raeba seraya mengawasi sekitar. Pakaian lusuh dan kumuh anak-anak itu membuat gadis itu menelan ludah. Ini, adalah pemandangan setiap hari yang di rasakan olehnya dahulu.
Hidup di jalanan, terlunta-lunta,dan tidak ada yang mau menerimanya untuk di pekerjaan. Hingga saat dimana ia bertemu dengan Grand Duke Riyu, saat Aya di kejar oleh para Bandit untuk di jadikan sebagai gadis pemuas nafsu dan akan menjadikannya ladang uang.
"Aya?!" Panggil Raeba dengan datar dan dingin.
Suara datar dari Raeba, memaksa Aya keluar dari pikiran-pikirannya tentang masa lalu. "Iya,Nona?" Sahutnya dengan nada tanya.
"Bawa anak-anak ini keluar dari gang kumuh ini, tunggulah aku di dekat kuda! Tempat itu jauh lebih aman untuk mereka." Tuturnya memberikan perintah.
"Nona Raeba,mau pergi kemana?" Tanya Aya penasaran.
Raeba, menyikut lengan Aya, yang sudah berdiri di sampingnya."Aku akan menemui anak-anak yang lain. Setelah semuanya berkumpul di tempat kuda berada,aku akan mencari kereta kuda." Lirihnya di samping telinga,Aya.
Setelah mengucapkan kalimat terakhir, Raeba, pergi dari tempat tersebut bagaikan sekelebat bayangan hitam. Membuat anak-anak itu melongo tidak percaya.
"Ayo,ikuti Aku!" Ucap Aya mengalihkan perhatian semuanya.
Aya,berjalan lebih dulu dan diikuti oleh anak-anak yang berjumlah sekitar sepuluh orang. Tidak ada yang memberontak terhadap ucapan gadis itu, semuanya patuh bagaikan anak buah.
"Siapa namamu?" tanya Aya kepada anak laki-laki berbaju merah yang tadi pagi di temui oleh Raeba.
"Kibra Rediseon,Nona." jawabnya santai.
Tidak seperti anak-anak yang lainnya yang tetap diam tanpa suara. Kibra Rediseon seakan tak mempunyai rasa takut sama sekali setiap Aya menatap aneh ke arahnya.
"Kibra? Nama yang bagus." Puji Aya yang di angguki oleh,Kibra.
Lima menit perjalanan akhirnya mereka sampai di persimpangan gang kecil tempat Aya dan Raeba meninggalkan kudanya.
Anak-anak itu langsung duduk membentuk sebuah lingkaran atas perintah,Aya. Setelah itu,Aya, membagikan minuman dan roti untuk semuanya.
Anak-anak itu, tersenyum bahagia. Perut mereka yang lapar habis bersembunyi dari kejaran para manusia-manusia keji , langsung bersyukur setelah kedatangan, Raeba,dan Aya.
"Nona, apakah Anda tidak takut jika mereka datang dan menemukan kami?" Di sela-sela keheningan, kibra Rediseon bertanya dengan serius.
"Untuk apa takut? Kita punya tangan dan kaki untuk melawan mereka." sahut Aya bercanda.
"Tapi mereka jauh lebih kuat dari kami, yang memiliki tubuh ringkih dan kurus ini , Nona?" Ucap Kibra yang memikirkan bagaimana caranya bisa terlepas dari orang bertubuh besar dan tegap seperti orang yang Dia maksud.
"Bukankah kalian mempunyai,Gigi? Gigi kalian pasti jauh lebih tajam dari pada gigi mereka." Balas Aya masih dalam suasana bercanda.
Kibra dan Aya sibuk dengan urusan berdua, sedangkan anak-anak yang lainnya sibuk mengunyah roti yang di berikan oleh, Aya. Mereka tidak ingin bergabung dengan Aya,dan Kibra.
Sedangkan gadis bersurai blonde yang tertutup oleh jubah bertudungnya. Kini tengah berdiri di balik pohon untuk memperhatikan sebuah kereta kuda yang akan segera pergi dari tempat tersebut.
"Ternyata ini tempat mereka!" Gumamnya, memperhatikan dengan mata yang tidak berkedip.