Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Jeslin membuatnya semakin penasaran. Saat teringat ketika suaminya tidak menyukai baju berwarna biru. Ada apa gerangan Dante? Begitu benci dengan pakaian yang berwarna biru. Sehingga semakin membuat Jeslin ingin segera mencari tahu. Apa alasan pria itu membenci baju berwarna biru. Bukan benci kepada baju berwarna biru saja. Segala perabotan, baik cat rumah dan interior rumah juga tak boleh berwarna biru.
Lebih anehnya perusahaan yang menjadi tempatnya untuk mencari uang. Segala desain interior dan furniture di perusahaan, tak boleh ada yang menyeleweng berwarna biru. Bahkan, segala peralatan kantor mulai dari pena dan buku. Tak boleh ada sampul berwarna biru. Dante juga tak menyukai laut, karena air laut berwarna biru.
Sebenci apa dirinya sehingga tidak menyukai berwarna biru. Kebetulan disaat itu Dante sedang bekerja. Jeslin ditinggal di rumah sendirian. Wanita itu segera mencari bukti-bukti baru, tentang rasa ketidak sukaan suami dengan berwarna biru. Setiap kali Jeslin menanyakan hal itu, membuat suaminya begitu marah. Meminta Jeslin tak perlu ikut campur.
Segala kotak dan laci diperiksa olehnya. Untuk mendapatkan bukti baru. Niscaya! Jeslin belum menemukan titik baru saat itu. Walau pun begitu wanita itu tidak berhenti sampai disini saja. Dirinya berusaha untuk mencari pencerahan, mengapa suaminya begitu benci dengan berwarna biru.
Saat Jeslin sedang memeriksa laci, tepat berada didalam kamar. Meja yang terbuat dari hpl itu, tangan penuh gemetaran Jeslin segera mencari fakta baru. Namun, Jeslin tak menyadari. Siapa pun yang membuka laci hpl berwarna coklat itu, maka handpone Dante bunyi. Sehingga karena handpone berbunyi karena ada sambungan CCTV tersembunyi. Dante segera melihat dengan jeli, saat wanita itu hendak membuka laci meja itu. Segera mafia kelas kakap itu, menghubungi Jeslin saat itu.
Ketika bunyi handphone berdering. Jeslin meraba saku celananya. Betap gemetaran dirinya, saat sang suami menghubungi dirinya. Sehingga membuat wanita itu semakin panik tidak tentu arah. Wajahnya terlihat merah dan semakin membuatnya tidak tenang.
"Halo ...," sapa Jeslin, melalui panggilan telepon. Wanita itu mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Gak usah basa-basi deh! Ngapain kamu mau buka meja aku! Emang ada aku suruh untuk membersihkan?" seru Dante langsung tutup poin.
Tentu saja Jeslin langsung panik dan wajahnya pucat. Pertanyaan Dante semakin membuatnya ketakutan. Sehingga Jeslin berpikir keras, dari mana suaminya mengetahui hal ini. Sedangkan Cctv tak ada terpasang didalam kamar. Sehingga Jeslin menyadari, suaminya memasang Cctv tersembunyi didalam kamar.
"Hah, apa? Tadi aku cuma mau bersihkan aja kok. Aku lihat ada debu yang menggumpal, ketika aku usap dengan tangan aku," jawab wanita itu dengan terbata-bata.
"J-Jangan bohong kamu! Apa yang sedang kamu cari disana. Apakah kamu penasaran, mengapa saya membenci baju berwarna biru?" seru Dante semakin lantang berbicara.
Jeslin ketakutan dari mana suaminya mengetahui hal ini. Sedangkan didalam kamar tidak ada Cctv. Lebih parahnya mengapa suara yang dikatakan, bisa terdengar jelas melalui cctv yang tersambung di ponsel Dante. Wanita itu semakin berpikir disetiap sudut ruangan, pasti mempunyai cctv tersembunyi.
"Hah. Betapa bodohnya aku! Tidak menyadari adanya cctv tersembunyi di rumah ini," gumam wanita itu didalam hati.
Dante membentak wanita itu karena diam. Sehingga membuat Jeslin langsung angkat bicara. Wanita itu berusaha untuk ngeles supaya tak ketahuan dengan hal yang membuatnya penasaran.
"Sudah kamu langsung bicara saja! Jangan ada yang ditutupi lagi. Aku tidak suka ketika kamu menutup semuanya. Lebih baik langsung terus terang kepada saya," gertak Dante menatap nanar kearah Jeslin.
Jeslin tak bisa berbohong lagi, segala testur tubuh dirinya, bisa membuat Dante menilai dirinya. Dante bisa membaca pikiran orang lain, ketika sedang berhadapan atau teleponan.
"Baiklah. Saya akan jelaskan ...," sambung Jeslin, langsung menghela nafas.
"Iya. Katakan ...," seru Dante meminta wanita itu berkata jujur.
Dante tak suka dengan namanya suatu kebohongan. Setiap orang yang bermasalah kepadanya, harus berkata jujur kepadanya tanpa ada ditutupi. Dante tak suka dengan sesuatu hal disembunyikan olehnya. Semua orang harus terbuka kepadanya, termasuk Jeslin.
"Saya sebenarnya sedang mencari tahu, mengapa kamu membenci warna biru," ucap Jeslin berterus terang, takut dibantai oleh mafia itu.
Tentu saja Dante murka dengan gelagat Jeslin. Membuat Dante marah, tidak seharusnya wanita itu bertindak ingin tahu tentangnya. Pernikahan mereka juga hanya sebatas pernikahan kontrak. Pernikahan yang dilaksanakan, hanya sebatas dendam yang harus dibayar. Pernikahan yang ingin membuat wanitanya menderita. Anak dari seorang penghianat, harus menerima balasan yang setimpal ini.
"Kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan saya. Kamu tahu,kan, saya ini siapa? Saya ini mafia kejam, bisa membunuh siapa saja. Jadi jika kamu masih ingin hidup, jangan sia-siakan hidupmu. Jangan sampai nya** kamu melayang di tangan saya," cetus Dante pelupuk matanya begitu tajam, menatap wanita itu saat itu.
"Baik. Saya tidak akan pernah ikut campur. Mulai besok saya tidak akan pernah ikut campur dengan urusan anda. Maaf, saya sadar posisi saya, hanya sebatas istri kontak," jawab Jeslin matanya begitu berkaca-kaca, ketika mendapatkan penghinaan dari suaminya.
"Nah, itu kamu tahu! Jadi lebih baik kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan saya."
"Maaf."
Dante memencet tombol merah pada layar ponsel iphonenya saat itu. Dante segera pulang ke rumah. Ingin memberikan pelajaran pada wanita itu. Karena sudah lancang! Ingin membuka laci rahasia Dante saat itu. Didalam laci itu banyak rahasia perusahaan, rahasia pribadi, rahasia percintaan, rahasia tak menyukai baju berwarna biru. Serta ada tentang rahasia keluarga yang disimpan didalam meja itu.
Dante memanggil Irwan, untuk handle perusahaan satu hari saja. Dirinya akan pulang cepat waktu. Demi menyelesaikan masalah ini di rumah. Dante tak main-main, ingin menghukum Jeslin terlalu lancang membuka mejanya.
"Irwannnnnnnnnn ...," pangilnya saat itu.
"Iya, Pak." Sedetik Irwan langsung masuk dan menghampiri bosnya tersebut. Satu menit saja dia datang terlambat, maka Dante tidak akan segan-segan, langsung memecatnya dari perusahaan.
Sehingga diperusahaan itu tidak ada yang macam-macam, termasuk Irwan tidak berani untuk macam-macam. Semua tugas yang diberikan, harus mampu dihandle oleh Irwan saat itu.
"Ada apa, Pak?" tanya Dante menunduk, serta tangannya ditaruh ke belakang.
"Begini! Saya akan pulang cepat waktu. Jadi tolong kamu handle perusahaan saya ini. Jangan sampai ada huru-hara di perusahaan saya. Jika terjadi hal itu! Kamu orang pertama yang akan saya pecat. Kamu asisten pribadi saya, jadi kamu harus bisa handle semuanya. Saya ada urusan penting diluar sana, sehingga tidak bisa handle hari ini," kata Dante pada Irwan.
"Baik, Pak. Saya akan menjalankan tugas sepenuh hati."
"Oke. Saya tinggal dulu."