NovelToon NovelToon
Diminta Jadi Pelakor

Diminta Jadi Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:39.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bunaya

"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Kedatangan Wina

"Mbak Devi, ada kak Wina di depan," ucap Lala memberitahu Devina.

"Jangan bercanda. Untuk apa dia datang? Cari Elang? Tidak mungkin, kan?" Balas Devina.

"Ciuss, Mbak. Ayo Lala bantu Mbak Devi ke depan."

Dibantu Lala, Devina berjalan dengan hati-hati menuju ruang tamu. Dari jendela kaca yang cukup besar, Devina bisa melihat Wina yang tengah berjalan dengan tante Intan.

"Mau apa mereka, La?" tanya Devina.

Dua orang itu bar-bar dan selalu saja cari masalah dengan Devina. Wajar jika kepala Devina dipenuh dengan pertanyaan atas kedatangan Wina dan tante Intan. Jangan sampai mereka berdua kembali membuat ulah.

"Dipersilakan masuk tidak Mbak?" tanya Lala.

"Bukakan saja pintunya, setelah mereka mengetuk," jawab Devina.

Apapun tujuan kedua orang itu Devina akan hadapi. Maka disinilah Wina dan tante Intan berada, di ruang tamu kediaman ayah Dewa, setelah Lala membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk.

Keduanya cukup terkejut saat melihat keberadaan Lala di kediaman tersebut. Namun mengingat Wina mengusir Lala karena membela Devina, tentu tidak aneh jika Lala merapat pada Devina.

"Kamu itu keterlaluan!" Tante Intan tiba-tiba menegur Devina dengan keras.

"Hanya terkilir saja sampai membuat aduan ke polisi. Kamu pikir kamu hebat! Baru juga tunangan ceo Hans Company, sudah sombong!"

Devina dan Lala saling pandang. Sudah mereka duga, kedatangan keduanya mencari ribut. Tapi Devina tidak takut. Bukan dia yang melaporkan wanita yang seharusnya Devina panggil nenek itu. Tapi Gilang tunangannya. Tapi Devina tidak menyalahkan Gilang, karena tante Intan dilaporkan bukan karena kasus menjegal kaki Devina saja.

Sepertinya wanita itu belum tahu apa yang dilaporkan ke polisi oleh Gilang, yang mewakili Devina dan ayah Dewa.

"Ma!" tegur Wina kesal. Tujuan mereka datang untuk minta maaf. Bukan menghardik Devina, apalagi marah padanya, seperti yang mamanya lakukan saat ini.

"Apa! Kamu minta Mama untuk minta maaf. Tidak akan!" Tante Intan justru membentak Wina.

Wina memijat keningnya. Jika begini, lebih baik mereka tidak datang. Bisa-bisa hukuman mamanya semakin berat.

"Mama sudah mencelakai Devina, Mama harus minta maaf. Jangan sampai Mama benar-benar ditahan di kantor polisi. Bisa hancur karir aku," balas Wina.

"Kita ini orang hebat dan terkenal Wina. Tidak pantas untuk minta maaf pada orang miskin seperti dia, dan dia!" Tante Intan menunjuk wajah Devina dan Lala.

Kedua gadis itu memilih diam. Bukan karena takut, tapi untuk saat ini diam lebih baik. Biarkan saja ibu dan anak itu yang berdebat dan mereka jadi penontonnya.

"Ma! Devina yang sekarang bukan Devina yang dulu," ucap Wina mengingatkan ibunya itu.

"Ala, sama saja. Kalau bukan karena jual tubuhnya tidak mungkin dia jadi tunangan tuan muda Hans."

Devina mengepalkan tangannya sambil menghitung. Sudah berapa kali tante Intan menghina dan merendahkan Devina. Dia akan tambahkan sebagai pembullyan yang dilakukan tante Wina pada Devina. Jelas-jelas wanita itu yang datang pada Devina dan menghinanya.

"MA!" Kembali Wina mengingatkan mamanya itu.

"Kalau begini caranya, kita pulang saja!" Wina menarik tangan tante Wina.

"Kamu itu kenapa? Mama tidak salah, mengapa Mama harus minta maaf dengan dia. Dia yang seharusnya minta maaf sama Mama," ujar tante Intan sambil melepaskan tangannya yang ditarik Wina secara paksa.

"Ma, Mama itu sudah mendapat surat panggilan dari polisi. Tidak bisakah Mama merendah sekali saja?" Kali ini Wina bicara dengan pelan sambil memohon.

Untung saja kediaman ayah Dewa cukup jauh dari rumah tetangga sebelah, karena halaman dan tanah disamping rumahnya masih sangat luas. Sehingga suara tante Intan yang seperti menggunakan toak tersebut tidak terdengar oleh tetangga.

Tapi cukup mengejutkan Langit dan Bumi yang baru saja pulang dari sekolah. Mereka segera masuk untuk melihat apa yang terjadi. tidak biasanya ada orang yang berteriak-teriak di rumah mereka.

"Ada apa ini?" Langit yang bertanya.

Tante Intan terkejut saat melihat wajah Langit. Dia merasa tidak asing dengan wajah tersebut. Hanya saja dia lupa siapa.

"Kakak baik-baik saja?" Bumi yang langsung mendekati Devina langsung bertanya.

"Kakak tidak apa-apa," jawab Devina sambil mengusap punggung Bumi.

"Mereka siapa?" Tanya Bumi lagi.

"Apa kamu tidak bisa mengenali siapa mereka?" Lala yang menjawab pertanyaan Bumi kali ini.

Bumi memperhatikan kedua orang tesebut. Begitu juga denga Langit yang sudah ikut berdiri disamping Devina yang sejak tadi hanya duduk di sofa.

"Mau apa kalian datang ke rumah ini? Bukankah kamu pernah bilang tidak layak untuk orang seperti kalian." Langit mengingatkan Wina.

Pertama kali wanita itu datang bersama Elang, tidak lama setelah mereka bertunangan. Saat itu Elang datang untuk mengenalkan Wina pada ayah Dewa dan bunda Helen, dan juga meminta restu. Bagi Elang, ayah Dewa dan bunda Helen juga orang tuanya. Bukankah selama ini dia lebih sering berada di rumah sederhana ini, dari pada rumah mewah milik orang tuanya.

"Maaf," ucap Wina. Dia mengikuti saran tuan Dirgantara untuk tidak mencari masalah dengan keluarga Devina, kalau ingin karirnya tetap baik.

Wina tentu saja patuh, karena pamannya itu yang menjadikan dia bisa seperti ini. Karena nama besar tuan Dirgantara dia bisa terkenal. Karena pamannya itu juga, Wina diperhitungkan di dunia hiburan. Wina tidak bisa pungkiri itu. Karena itu, saat Tora asisten tuan Dirgantara menegur dan memberikan peringatan serta ancaman, Wina tidak berani berkutik.

"Saya tidak bermaksud menghina kalian saat itu," ucap Wina lagi.

"Ck." Lala berdecak. Dia tahu Wina tidak tulus meminta maaf. "Pasti karena ancaman karirnya yang akan hancur," ucap Lala lagi. Meski pelan tapi masih bisa didengar Devina, Langit dan Bumi. Dan tanpa Lala bicara pun mereka tahu Wina tidak tulus.

"Kami tidak menerima permintaan maaf yang tidak tulus," ucap Bumi mengingatkan.

"Aku tulus, Aku benar-benar minta maaf," sahut Wina.

"Ma, minta maaf pada Devina." Wina meminta tante Intan untuk mau minta maaf pada Devina.

"Devina, maafkan Mama. Dia tidak sengaja menjegal kaki kamu. Tolong cabut laporan kamu di kantor polisi. Tolong Devina. Aku kan lakukan apapun agar kamu mau memaafkan mama. Jika kamu inginkan Elang, akan aku kembalikan ke kamu."

Devina terbelalak mendengar ucapan Wina. Seandainya Elang mendengar apa yang baru saja Wina sampaikan, apa pria itu tidak akan sakit hati. Wina mengaggap Elang seperti barang mainan, sehingga bisa dia pakai sesuka hatinya.

Sebenarnya Wina tidak benar-benar akan mengembalikan Elang pada Devina. Dia mengatakan itu agar Devina mau memaafkannya. Namun sayang, Elang sudah terlanjur berada di sana dan mendengar secara langsung apa yang baru saja Wina katakan.

Elang sebenarnya datang bersama Langit dan Bumi. Karena dia menggunakan mobil, sehingga dia sedikit terlambat tiba di kediaman ayah Dewa. Elang cukup terkejut saat melihat kendaraan milik Wina terparkir dengan sempurna di depan pagar kediaman ayah Dewa. Dia pun mempercepat langkahnya dan saat dia tiba, bertepatan dengan Wina yang sedang memohon pada Devina.

"Apa aku ini hanyalah mainan?"

"Elang?" panggil Wina terkejut. Dia tidak menyangka tunangannya itu akan datang sore ini ke tempat Devina. Karena malam ini mereka akan ada acara di stasiun televisi.

"Terkejut?" Elang mengejek Wina.

"Lang, Aku ... Aku tidak -."

"Tidak bermaksud seperti itu." Sambung Elang ucapan Wina yang sudah bisa dia tebak.

"Alasan klise," ucap Elang lagi.

"Karena kamu sudah bosan dengan mainan kamu ini, mari kita akhiri pertunangan kita."

Wina menggeleng tidak setuju. "Lang," panggilnya agar Elang mau mendengar penjelasannya.

"Kamu ingin mempermainkan Nana. Wina, kamu ...." Elang kehabisan kata-kata. Tidak tahu kata apa yang tepat menggambarkan kelakuan Wina ini.

"Ini semua karena Mama!' ucap Wina kesal, pada tante Intan.

Hancur sudah karirnya. Hubungannya dengan Elang juga di ujung tanduk. Wina benar-benar berada di titi terendah saat ini. Ditambah ucapan Lala yang menohok, membuat Wina semakin terpuruk.

"Apa yang kamu tanam, itu pula yang kamu tuai. Semua ini karena kamu arogan dan serakah, Kak Wina. Bangga bisa mencuri milik orang lain, nama yang tepat untukmu."

1
Nonien Novi Leni Hayati
Lanjut Thor dan tetap semangat upnya 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😘😘😘😘😍😍😍🥰🥰🥰🥰
Ummi Yatusholiha
ada lagi nih cewek julid bin sirik yg bakal dapat malu
Ummi Yatusholiha
bagus devina,kamu jangan mau ditindas
Yani
Kasian deh...kamu Aina
lanjut thor ttp semangat 💪💪
Yani
Ternyata yang kainan itu bukan Sandra ternyata Wina palsu
Yani
Ternyata Wina palsu
Yani
Rassain kamu Wina jadi orang jahat banget
Yani
Semangat Sandra 💪
Yani
Cerita yang bagus penuh rahasia dan teka teki
Yani
Ternyata Danu juga masih hidup
Yani
Yang sabar ya Sandra
Yani
Sandra anaknya tante Meri
Yani
Akhirnya bertemu semuanya
Yani
Makin seru
Yani
Tenyata Ibunya Gilang masih hidup
Yani
Pantes Wina jahat ternyata ke dua orang tua jahat
Yani
Apa Danu madih hidup?
Yani
Wina kamu mau gali lubang sendiri
Yani
Awas tu Wina dan Sandra jantungan
Yani
Aeas Wina kena serangsn jatung kalau Devina cucunya kakek Dirgantara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!