Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi
Faye dan Jeniffer mendapat jatah untuk berjaga di IGD. Malam ini juga pasien cukup ramai, banyak beberapa mobil yang mendarat di depan pintu masuk, untuk menunggu giliran. Karena terbatas nya jumlah kamar dan peralatan yang belum lengkap, terpaksa pihak rumah sakit merujuk beberapa pasien untuk pergi ke rumah sakit yang lebih besar.
"15 menit lagi kita istirahat" ucap Faye sambil melihat jam di pergelangan tangan nya.
"Baiklah".
Jam istirahat untuk Faye dan Jeniffer telah tiba, mereka pun lekas pergi dari meja jaga. Selagi mereka keluar untuk mencari makan, akan ada dua orang yang menggantikan nya sampai mereka kembali. Biasanya mereka adalah para junior yang sedang menjalani praktek di rumah sakit.
"Enaknya malam ini kita makan apa ya?"
"Bagaimana kalau lasagna"
"Boleh juga, ayo kita pergi ke kedai 24 jam".
Sesampainya di kedai mereka segera menuju kasir untuk memesan makanan setelah bayar, mereka mendapat nomer untuk di letakkan di atas meja.
"Cuaca malam ini lumayan dingin ya".
"Iya, untung saja aku bawa sweater".
Tanpa kedua nya sadari, ada seorang Pria yang memakai kaos abu ,celana hitam dan topi sedang memata-matai pergerakan keduanya, terlebih kepada Jeniffer. Dia berpura-pura sebagai pelanggan yang juga akan makan disana.
"Oh ya, nanti pagi bolehkah aku meminta tolong padamu?"
"Apa itu?"
"Aku tidak membawa motor, karena aku lupa membayar biaya sewa nya jadi mereka menarik nya. Aku ikut sampai ke depan jalan nya setelah itu aku memesan taksi".
"Aku akan antarkan kau sampai ke rumah".
"Apa tidak merepotkan mu?"
"Sama sekali tidak".
Obrolan mereka harus terhenti ketika seorang pelayan berjalan ke arah nya dengan membawa nampan, yang di atas nya berisi makanan.
Tak hanya lasagna yang dipesan, namun juga dua cangkir teh camomile. Selagi hangat keduanya segera menyantap olahan makanan yang,bahan dasar nya adalah pasta dan tepung terigu itu.
"Kenyang" Ucap Faye sambil mengusap perut nya.
"Semoga kita tertidur setelah ini" sahut Jeniffer sambil tertawa. Karena biasanya setelah kenyang terbitlah rasa kantuk.
"Oh iya apa kau masih berhubungan dengan Pria yang pernah di rawat itu?" tanya Faye sambil sesekali menyesap minuman nya.
Jeniffer menggeleng "Terakhir tadi saat dia mengantarkan ku kesini".
"Wah kau di antar dengan nya tadi, kenapa aku tidak tahu ya. Lalu apakah dia sudah mengungkapkan perasaan nya padamu?"
Pertanyaan dari Faye membuat Jeniffer terbatuk-batuk, dengan segera Faye mengambil beberapa lembar tissue yang di atas meja.
"Hmmmm, jika dilihat dari reaksi mu sepertinya dia mengatakan atau bersikap sesuatu padamu".
"Ck, sudahlah jangan bahas dia. Aku tidak menyukai nya"
"Jangan berkata seperti itu, nanti kata-kata mu malah menyerang dirimu sendiri"
"Maksudmu?"
"Boleh saja kau sekarang bilang jika kau tidak menyukai dia, tapi suatu saat nanti kau yang tidak akan pernah bisa melupakan nya".
Jeniffer tertawa. "kau ini bicara apa sih" Jeniffer melihat arloji di pergelangan tangan nya. "20 menit lagi waktu istirahat kita habis, ayo kita bayar makanan nya". mereka berdua berjalan ke arah kasir dan membayar pesanan nya masing-masing.
Jeniffer sekilas melirik seseorang yang masih dengan santai menyesap kopi serta camilan nya. Wajah nya menunduk saat Jeniffer melewati nya.
"Jadi itu wanita yang di maksud oleh Linzy. Sangat cantik rupanya, Ayah ku memang juara dalam hal memilih wanita" guman Marvel setelah Faye dan Jeniffer pergi meninggalkan kedai.
Marvel yang mendapat kabar akan kematian sang Ayah, segera melakukan penerbangan pada malam itu juga. Ia yang sedang mengurus bisnis nya di negeri kincir angin tersebut, terpaksa harus menunda nya demi untuk mengusut kasus ini.
Karena dalam telepon Alesia menjelaskan bahwa pihak berwajib tidak menemukan ada nya kejanggalan, atau dalam kata lain tidak ada orang yang sengaja untuk mencelakai Baron, ini pure karena kecelakaan yang disebabkan oleh tanki bensin yang bocor, dan membuat kendaraan roda empat tersebut terbakar.
Sesampai nya di Italia, Marvel segera menyuruh anak buahnya untuk segera mengumpulkan anak buah Baron dan para asisten nya. Namun sayang nya anak buah yang ikut serta dalam pesta pada malam itu, mati karena meminum minuman yang telah di campuri racun.
"Bagaimana bisa, itu adalah klub pribadi milik Daddy?dan bagaimana bisa juga kalian kecolongan seperti itu?"
Amarah Marvel tak dapat terkendalikan lagi. Ingin rasanya ia menembaki manusia yang berdiri di hadapan nya itu satu persatu. Namun jika ia melakukan itu tidak ada akan ada yang bisa membantu nya, menarik orang baru untuk masuk ke dalam anggota akan memakan waktu. Jadi untuk saat ini ia harus bersabar dan mengontrol emosi nya.
"Sekarang juga kalian cari para wanita itu, dan bawa jasad nya ke hadapan ku. Sekarang!!!"
"Baik Tuan".
Mereka lekas undur diri dari hadapan Marvel.
"Sialan! Kerja mereka sangat tidak becus!". gumam Marvel kemudian menghamburkan semua kertas yang ada di meja kerja nya, hingga berterbangan kemana-mana.
Rupanya pada saat malam pesta tersebut Glenn segera menghubungi salah satu ketua regu wanita dalam Klan The Wolves, yang bernama Gladys.
Glenn terbakar api cemburu saat melihat Jeniffer bersama Baron sambil berpegangan tangan. Melihat seseorang yang telah di klaim menjadi milik nya di ambil orang lain, Glenn pun tak terima. Dan ia pun segera memerintah anak buahnya untuk menjalankan misi.
Langkah pertama yang harus di lakukan Gladys adalah menyusup kesebuah mess, yang disediakan Baron untuk para wanita yang bekerja di klub tersebut. Tentu saja Gladys tidak sendiri ia membawa anggota yang lain dalam misi penyamaran kali ini.
Setelah mendapatkan titik lokasi yang dikirimkan oleh Daniel, Gladys segera berangkat bersama anak buahnya. Dengan membawa perlengkapan untuk mengevakuasi para wanita itu. Mereka juga tak lupa membawa peralatan make up untuk menyempurnakan penyamaran mereka. Karena nanti nya setelah para wanita tersebut di eksekusi, Gladys dan anggota yang lain akan mengambil sketsa wajah, dari masing-masing wanita tersebut, untuk di buat topeng wajah dengan bahan dasar lateks.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mereka sampai di sebuah bangunan yang menyerupai ruko. Sebelum mendekati lokasi Gladys memeriksa dari jauh dengan alat keker.
"Sial! kita harus menghabisi dua manusia botak yang berjaga di depan" ujar Gladys.
Gladys memerintahkan para anggota nya untuk menjaga jarak antara mobil satu dan yang lainnya. Agar tidak membuat target curiga.
"Becca" Gladys memanggil salah satu anak buahnya
"Iya Nona".
"Kau masuk ke dalam dan berpura-pura jika mobil mu kehabisan bahan bakar, ketika ia lengah akan segera aku habisi".
"Baik Nona".
Selain cantik Becca juga memiliki tubuh yang lebih aduhai di antara yang lain, untuk memikat kaum adam yang suka akan keindahan dari tubuh wanita.
Becca mulai membelok kan setir nya dan memarkirkan mobil nya tepat di depan mess tersebut.
Dengan memakai pakaian yang minim Becca turun dari mobil, namun sebelumnya ia harus menjaga mimik wajah nya ,agar meyakinkan musuh jika dirinya sedang panik karena mobil nya yang mogok.
"Aduh, kenapa ini?" ucap Becca sambil berkacak pinggang di depan kap mobil nya yang terbuka
Salah seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan kepala pelontos bangun lalu berjalan mendekat ke arah Becca.
"Eh, permisi Nona"
"Iya Tuan".
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Pria berkepala pelontos itu dengan kedua mata mengarah pada dua benda bulat milik Becca.
"Seperti nya mobil ku mogok"
"Biar saya bantu Nona".
Pria tersebut kemudian segera memeriksa keadaan mesin mobil, lalu mengecek keadaan bensin padan indikator mobil.
"Nona seperti nya anak kehabisan bensin"
"Oh astaga! Sepertinya aku lupa mengisi bensin, Bagaimana ini? Apakah di sekitar sini, ada SPBU?"
ucap Becca dengan suara yang menggoda sambil menggaruk-garuk bagian dada nya, agar si botak tesebut salah fokus.
Si botak mendeham. "kebetulan pom bensin di daerah sini, jarak nya lumayan jauh. Kau tidak perlu khawatir aku bisa membantu mu. Namun dengan satu syarat".
"Apapun yang kau mau"
Si botak menjalan mendekat lalu meraih pinggang ramping Becca. "Dengan memberikan ku kepuasan" .
Sialan! Dasar lelaki hidung belang! Apa-apaan ini, hanya meminta bensin saja dia harus menukar nya dengan kepuasan di ranjang cih!. Sayang nya kata-kata tersebut hanya bisa ia umpat dalam hati. untuk segera memuluskan tujuan nya ia pun terpaksa harus mengiyakan.
"baiklah, aku akan menuruti keinginan mu"
"Mari ikut aku".
Ketika fokus si botak teralihkan dan dengan posisi menghadap ke belakang sebuah timah panas, menembus bagian belakang kepala nya. Pria satu nya kaget ia segera mengeluarkan pistol, namun kalah cepat dengan Becca yang segera menghabisi nya detik itu juga.
"Mampus kau!!"
Setelah keduanya dipastikan tewas Gladys dan anggota nya yang lain segera masuk ke depan ruko tersebut. Kemudian masuk ke dalam untuk menemui para wanita yang bekerja di klub milik Baron.
Kebetulan saat penyergapan para wanita sedang berhias, pada sebuah ruangan. Mereka pun kaget saat tiba-tiba segerombolan wanita datang dengan membawa senjata api.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu lama Gladys dan para anggota nya menembaki mereka semua, tepat di bagian jantung. Mereka yang tidak berbekal ilmu bela diri serta cara menembak tentu saja akan sangat mudah untuk di lumpuhkan.
Langkah terakhir mereka harus menempelkan material lateks yang nanti nya akan dibuat wajah, agar mirip dengan mereka. Dengan begitu Baron tidak akan tahu jika wanita penghiburnya di klub sudah tewas dan di gantikan oleh para wanita, dari klan The Wolves.