"Aku akan membantumu!"
"Aku akan mengeluarkan mu dari kehidupanmu yang menyedihkan itu! Aku akan membantumu melunasi semua hutang-hutang mu!"
"Pegang tanganku, ok?"
Pada saat itu aku masih tidak tahu, jika pertemuan ku dengan pria yang mengulurkan tangan padaku akan membuatku menyesalinya berkali-kali untuk kedepannya nanti.
Aku seharusnya tidak terpengaruh, seharusnya aku tidak mengandalkan orang lain untuk melunasi hutangku.
Dia membuat ku bergantung padanya, dan secara bersamaan juga membuat ku merasa berhutang untuk setiap bantuan yang dia berikan. Sehingga aku tidak bisa pergi dari genggamannya.
Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang gratis. Ketika kamu menerima, maka kamu harus memberi. Tapi bodohnya, aku malah memberikan hatiku. Meskipun aku tahu dia hanya bermaksud untuk menyiksa dan membalas dendam. Seharusnya aku membencinya. Bukan sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Mesum?
Elio menggendong tubuh Luna yang terbalut selimut dan memasukkannya ke dalam bathtub berisi air es.
"Merepotkan orang aja!" gerutu Elio.
Elio menghela napas beratnya, lalu duduk di pinggiran bathtub dan membelakangi Luna. Dia menatap pantulan dirinya di kaca. Bekas luka sepanjang kening hingga bawah mata itu membuatnya mengingat masa lalu.
Masa lalu nya seperti bekas luka di wajahnya itu. Mungkin hanya sekedar memudar, tetapi tidak akan menghilang sepenuhnya.
"Dingin~"
Di alam bawah sadarnya, Luna mencengkeram ujung baju Elio. Membuat Elio terkejut dan menoleh.
"Sial, kupikir dia sudah sadar.." gerutu Elio.
Sepuluh menit telah berlalu tanpa Elio sadari. Dia menatap Luna yang masih terbalut selimut di dalam sana. Menatapnya lumayan lama hingga akhirnya dia mulai menyelipkan tangannya ke dalam selimut dan melepas pengait bra Luna. Kemudian beralih ke bawah dan melepas celana dalamnya.
Dia terlihat cukup tenang untuk melakukan hal yang sebenarnya cukup memalukan untuk dilakukan.
Setelah itu dia meraih bathrobe yang tadi telah dia siapkan. Lalu menggantungkan benda itu di bahunya.
Kemudian membuka selimut yang membungkus tubuh Luna, dan mengangkat tubuhnya yang telanjang. Dia melepas bra yang masih tergantung di pundak Luna, lalu membungkus tubuhnya dengan bathrobe yang dia bawa.
"Kau berutang dudi padaku, gadis nakal!" bisik Elio.
Dia membawa Luna kembali ke tempat tidurnya, lalu kembali ke kamar mandi untuk melepas pakaiannya yang basah.
Beberapa saat kemudian dia kembali dengan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya.
"Arghhh! Pria mesum!" teriak Luna.
"Dia bangun lebih cepat dari dugaan ku," gumam Elio.
Tak menghiraukan gadis yang tidak tahu apa-apa itu, dia masuk ke walk in closet dan memakai pakaiannya. Kemudian keluar dengan membawa kaos dan celana panjang.
"Pakai itu!" serunya seraya melempar pakaian itu pada Luna.
"Aw~" lirih Luna saat pakaian itu mengenai wajahnya yang memar.
"Dasar manusia mesum! Sudah berapa kali kau melepas pakaianku?!" seru Luna.
"Jadi hitung sendiri, sudah berapa kali aku menolong mu!" jawaban yang singkat dan padat itu cukup untuk membungkam Luna.
Luna menunduk, tak ingin menatap pria menjengkelkan di depan sana. Namun dia malah semakin kesal setelah melihat belahan dadanya. Mengingat dibalik bathrobe yang dia kenakan dia tidak mengenakan apapun.
Dia merapatkan bathrobe nya dengan kesal. Kemudian merintih kesakitan karena luka memar nya.
"Tunggu apa lagi? Cepat pakai!"
"Atau kau juga ingin aku yang memakaikannya?" lanjut Elio dengan senyum mengejek.
Luna menghela napas pasrah. Kemudian mengambil pakaian yang tadi jatuh ke pangkuannya. Dia mengerutkan keningnya menatap baju warna putih yang ada dia beberkan dengan kedua tangannya.
"Kau sengaja memberiku warna putih, kan?! Dasar mesum!" teriak Luna seraya melempar kembali pakaian itu dan mendarat lah dibawah kaki Elio.
Elio menatap bajunya yang bagaikan keset itu. Kemudian mendongak dan menatap Luna dengan tatapan tajam. Namun kemudian dia kembali tersadar kalau Luna tidak mengenakan pakaian dalam.
"Ck!" decak nya seraya memijat pangkal hidungnya.
Dia menendang baju yang ada di bawah kakinya itu hingga berhenti didepan pintu kamar mandi. Lalu berjalan ke walk in closet nya untuk mengambil baju yang lain.
"Jangan banyak omong dan cepat ganti bajumu!" seru Elio seraya melempar kemeja warna hitamnya ke samping Luna.
Luna melirik kemeja yang baru saja mendarat itu. Lalu menatap Elio dengan tatapan yang menunjukkan bahwa dia ingin sekali protes.
"Emm~" gumam Luna.
Elio menyandarkan tubuhnya di pintu walk in closet nya dengan tangan yang dilipat di dada.
"Sepertinya kaos biasa lebih nyaman.." gumam Luna.
"Kau mau pakai atau tidak?!"
Luna meringis sambil mengangguk. Kemudian menyeret tubuhnya dan duduk di samping tempat tidur. Saat hendak berdiri, tiba-tiba saja dia terjatuh.
Untuk beberapa saat dia membeku di tempatnya terjatuh.
'Apa kakiku patah?' batinnya.
'Tulangku rasanya seperti remuk semua..'
Elio tak bergeming sedikitpun. Hingga sampai Luna menatapnya dengan derai air mata di wajahnya.
Entahlah, setiap kali melihat wajah itu menangis, dia merasa sangat senang dan juga lega. Seolah dia telah menang.
"Apa kakiku patah?" tanya Luna pada Elio.
"Mana aku tau. Itu kan kakimu, bukan kakiku.." jawab Elio tak berperasaan.
Luna mencoba untuk berdiri, berulang kali hingga membuatnya menyerah.
"Tidak bisakah kau mengatakan minta tolong?" tanya Elio yang saat ini sudah berada di hadapan Luna.
Dengan kepalanya yang tertunduk itu dia berkata, "Tolong aku.."
mampir juga dong ke karya terbaruku. judulnya "Under The Sky".
ditunggu review nya kaka baik... 🤗