Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Awalnya Ginran menahan diri untuk bertanya, namun dia terus merasa gelisah. Ia harus tahu apa yang Kaiya takuti sampai-sampai ambruk seperti tadi. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.
"Apa yang terjadi tadi? Ada masalah apa?" tanya Ginran menatap Kaiya serius.
Kaiya menarik napas dalam-dalam dan tetap duduk kaku di samping Ginran, tidak bersuara. Namun Ginran melihat tangan Kaiya Mulai gemetar lagi. Ginran lalu mengulurkan tangannya dan menggenggam sebelah tangan Kaiya. Tangan itu terasa dingin, namun Kaiya tidak menarik kembali tangannya.
Ia membutuhkan kehangatan yang diberikan oleh Ginran, kalau tidak dirinya akan mulai menggigil dan lama kelamaan bisa kambuh. Semua pengobatan yang dia jalani selama ini akan menjadi sia-sia. Setidaknya dia membutuhkan Ginran sampai keadaannya membaik, sampai dia lupa akan masa lalu kelam yang masih terngiang-ngiang dalam otaknya sekarang ini.
"Mau cerita?"
Napas Kaiya tercekat di tenggorokan dan tangannya yang berada dalam
genggaman tangan Ginran berubah kaku. Ia sama sekali tidak memandang Ginran namun wajahnya terlihat resah dan bibirnya mulai bergetar.
Hal itu membuat Ginran berpikir bahwa Kaiya memang pernah mengalami kejadian yang membuat gadis itu menjadi trauma berat. Ginran sangat bingung. Banyak pertanyaan berseliweran dalam benaknya. Dia harus tahu kejadian seperti apa yang menimpa Kaiya dulu, tapi tidak sekarang.
Ginran memutuskan tidak akan bertanya lagi karena Kaiya tampaknya tidak baik-baik saja dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan. Gadis itu lebih butuh istirahat sekarang.
"Lupakan pertanyaanku. Lebih baik kamu istirahat sekarang." gumam Ginran kemudian berdiri dari sofa dan menuntun Kaiya ke dalam kamar. Kaiya tidak menolak. Ia membiarkan dirinya dituntun oleh Ginran.
Ginran memperlakukannya dengan sangat amat lembut. Seperti pada masa mereka masih dekat dulu. Lutut Kaiya masih terasa kaku hingga Ginran harus menggendongnya dan membaringkan gadis itu ke tempat tidur lalu menyelimutinya.
Ginran menarik kursi di meja belajar Kaiya dan duduk di sisi ranjang. Ia belum berniat pulang. Tidak ada siapa-siapa di sini. Ia ingin menghubungi salah satu dari keluarga Kaiya namun tidak tahu siapa yang harus dia hubungi. Kaiya sendiri sepertinya memang tidak berniat sama sekali untuk menghubungi keluarganya. Karena ketika dia bertanya tadi, gadis itu hanya diam tidak menjawab.
Ginran terus mengamati Kaiya. Gadis itu tampak pulas sehingga Ginran yang melihatnya tak bisa menahan senyum. Tangannya terangkat merapikan anak rambut Kaiya yang berjatuhan, lalu mengecup kening gadis itu singkat dan mengusap-usap kepala gadis itu.
"Sebenarnya ada apa sama kamu?" gumam pria itu dengan tatapan sedih. Ia memang marah pada gadis ini, tapi melihatnya tidak berdaya seperti ini membuat hatinya makin pedih. Pria itu ikut merasa sakit. Sebenarnya yang paling dia butuhkan sekarang adalah, Kaiya bersedia memulai kembali dengannya. Karena sebesar apapun kesalahan yang pernah gadis itu lakukan dulu, bagi Ginran semuanya telah tertutupi dengan rasa sayangnya yang amat besar terhadap gadis ini.
Ginran terus menemani Kaiya sampai tidak menyadari hari sudah pagi. Jam telah menunjukan pukul enam pagi ketika pria itu terbangun. Ia merenggangkan seluruh tubuhnya sambil menguap. Pandangannya turun ke Kaiya yang masih terlelap di atas ranjang. Belum ada tanda-tanda akan bangun. Wajah Kaiya di pagi hari entah kenapa makin terlihat cantik di mata Ginran. Pria itu tidak tahan untuk memberikan kecupan ringan sekali lagi di kening gadis itu.
Hampir satu jam Ginran menunggu tapi Kaiya belum bangun-bangun juga. Pria itu membelai wajahnya penuh sayang lalu keluar dari situ. Dia ada kuliah pagi jadi harus pergi sekarang. Ginran mencondongkan badannya dan mendekatkan wajahnya ke telinga Kaiya.
"Aku pergi dulu ya," bisiknya lembut, walau dia tahu gadis itu masih ketiduran.
***
Dikampus...
"Lo nggak pulang semalaman?" Darrel duduk disebelah Ginran. Ia bertanya begitu karena melihat pakaian Ginran masih sama dengan yang kemarin. Darrel yakin sekali sahabatnya ini nginap di tempat Kaiya.
Ginran tidak menjawab, hanya tersenyum. Namun hanya dengan begitu saja Darrel tahu jawaban pria itu.
"Gimana keadaannya, lo udah tahu sebabnya apa?" tanya Darrel lagi. Ia sangat penasaran kenapa Kaiya yang tiba-tiba jadi begitu kemarin. Segala hal tentang gadis itu berubah menjadi sangat misterius.
Ginran menggeleng.
"Gue harus cari waktu yang tepat buat cari tahu. Tapi gue akan sewa orang buat selidiki masa lalunya dulu. Gue yakin ada sesuatu dulu." katanya. Ginran sadar benar Kaiya belum siap cerita. Apalagi hubungannya dan gadis itu belum benar-benar membaik. Dia masih harus berusaha agar Kaiya bisa membuka diri padanya.
Ginran telah memutuskan untuk melupakan semua masa lalu mereka yang menyedihkan. Ia ingin memulai hidup baru dengan gadis itu, karena seberapa pun kerasnya ia mencoba melupakan Kaiya, dirinya tidak sanggup. Lebih baik melupakan kenangan pahit, tetap mengingat kenangan manis yang pernah mereka lewati bersama dan memulai dari awal.
"Lo udah maafin dia?" Darrel menatap Ginran serius. Ia tidak bilang kalau dirinya juga tengah menyelidiki masa lalu Kaiya tiga tahun terakhir.
"Gue nggak pernah bisa benci dia, lo tahu itu." Darrel terkekeh. Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Ginran. Karena Darrel pun sama. Mana bisa dia membenci Kaiya.
"Lo berdua ngobrolin apa? Serius banget." ujar Naomi yang masuk ke ruangan itu. Basecamp mereka tentu saja. Naomi memandangi Ginran dan Darrel bergantian, penasaran apa yang keduanya bicarakan.
"Biasalah, gue ngajakin dia temenin gue latian nembak. Tapi dia nggak mau." sahut Darrel berbohong. Dia dan Ginran sudah sepakat untuk tidak membicarakan tentang Kaiya dulu pada Naomi dan Jiro. Apalagi Jiro sekarang masih marah sekali pada Kaiya. Meski merasa tidak enak telah membohongi Naomi, Darrel merasa untuk sementara keputusan itu akan jauh lebih baik.
"Oh, gue pikir apaan. Kalian nggak masuk kelas? Gue denger pak Irwan udah ada." balas Naomi sembari memasukkan laptop dan peralatan belajarnya ke dalam ransel merah miliknya.
"Gue ijin mau persiapan lomba." ujar Darrel. Naomi mengangguk-angguk kemudian pandangannya berpindah ke Ginran.
"Duluan aja, entar gue nyusul." kata Ginran seolah mengetahui arti tatapan Naomi.
"Ya udah, jangan sampe terlambat." balasnya sekalian kasih peringatan lalu keluar setelah memastikan semua barangnya telah masuk ke ransel.
Sosok Naomi sangat dewasa dan keibuan. Makanya Ginran, Jiro, Darrel dan Kaiya menambahnya ke dalam genk mereka dulu. Karena menurut mereka Naomi pintar dan orangnya jujur dan sangat baik.
Dulu sebelum genk mereka terbentuk, Ginran hanya bersahabat dengan Darrel, kemudian Kaiya datang dan dengan polosnya memaksa ingin menjadi teman mereka juga, lama-kelamaan muncul Jiro bergabung dengan mereka, sampai akhirnya mereka bertemu Naomi yang cocok dengan mereka semua. Terutama sifat dewasanya.
beeeuuhh ... gaya banget lo !!!
ntar bakalan nyesel deh ... 🤪
Spt nya ini awal terbukanya permasalahan Kaiya ....
Dipertemuan pertama sama Kaiya aja, dia udah dapet banyak point penting ttg sesuatu yg berbeda / berubah di diri Kaiya ...
keren Darell ... u'r d'best buat yg ngaku sbg sahabat Kaiya ... *luvluv Darell 😍
pasti Sandra anak manja kesayangannya papa ....
cemen !!! 🤮
keknya udah siap bonyok ...
😅
tapi kamu pasti bisa !!! 💪🏻✊️🌹
katanya cinta Kaiya ...
tp gak berusaha cari fakta yg detil ...
jangan cuma why why aja donk ....
Tambah pinisirin .... 🤔
3 thn itu bukan waktu yg sebentar lhoh ...
bukan cuma Ginran yg berubah ... kan kamu juga ....
gak nyadar ya ? 🤭