Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Lasya belum bisa tidur. Dia hanya bisa merebahkan dirinya di atas kasur saja. Netranya melihat ke arah luar jendela. Sangat sengaja dia membuka gorden. Dia butuh ketenangan, semenjak datangnya Bianka ke rumah ini. Lasya menjadi gusar tak karuan.
Di tambah lagi sampai sekarang Andrian belum kembali, sedangkan jam sudah menunjuk pada angka 10.
Lasya sejenak memejamkan mata. Berusaha mengistirahatkan otaknya yang overthinking.
Hatinya kacau. Dia sangat berdebar, dia sesak sekaligus perih.
" Mas, kenapa kamu belum pulang juga."
Ucap Lasya hanya bisa bicara sendiri.
Tanpa terasa tetesan air mata jatuh di sudut matanya. Ini sangat sakit, bahkan lebih sakit daripada yang dia bayangkan.
" Apa kamu bermalam dengannya mas? Kenapa kamu pilih dia? Apa kehadiran ku ini tidak kamu akui."
Lasya hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Dia sadar akan pernikahan ini yang dari awal beresiko. Tapi dia tidak menyangka kalau Andrian akan membiarkannya begitu saja dan memilih wanitanya secara terang-terangan.
Di sisi lain, di sebuah kamar hotel.
Andrian dan Bianka sedang memadu kasih. Desahan dan erangan nikmat terdengar sangat nyata. Peluh keringat bertetesan, menjadi saksi bisu bagaimana ganas nya seorang Andrian di atas ranjang.
Bianka sampai mendongak kewalahan. Dia mengigit bibir bawahnya, menyalurkan hasrat kenikmatan yang tengah dengan hebat dia rasakan.
" Argh... "
PLAK..
Merasa gemas Andrian menampar pant4t Bianka. Membuat sang wanita ini memekik merasakan sakit dan enak.
Gerakan ke dua manusia ini saling beradu. Bianka yang tak mau kalah dia sudah mengubah posisi mengambil alih kendali.
Dia melakukan apa yang ingin dia lakukan. Dia meraih kenikmatan dengan gerakannya sendiri.
" Ouh.."
Bianka sampai mendongak merasakan reaksi yang luar biasa. Andrian yang berada di bawah menggerakkan tangannya memainka bola-bola yang bergerak seiring gerakan wanita yang ada di atasnya.
" Argh... gerak Andrian, aku mau kamu gerak juga."
Sesuai permintaan. Andrian langsung menggerakkan pinggulnya. Bergerak secara liar, membuat Bianka mendesah tak karuan.
" Lagi lagi An, lebih cepat sayaaanng."
PLAK..
" Argh..."
" Hah hah hah..."
•
Sang mentari sudah menampakkan sinarnya di atas sana. Lasya sudah berdiri di balkon. Dia dari tadi malam belum tidur. Rasa kantuk sama sekali tidak menyapanya. Yang ada hanya otaknya yang terus memikirkan Andrian, Andrian, dan Andrian.
Lasya tersenyum getir. Dia menyeka air mata yang kembali keluar.
" Ini sudah pagi mas, tapi kamu belum pulang juga."
Sungguh malang sekali nasib-nya ini. Dia adalah wanita yang masih berstatus pengantin baru. Tapi suaminya sudah meninggalkannya sendiri bahkan tak pulang tanpa memberikan kabar.
Perasaan yang tak karuan ini berimbas ke tubuhnya. Sekarang dia jadi malas ingin melakukan apapun. Lagian untuk apa? Walaupun dia masak, toh Andrian tidak ada.
Sungguh ini tak berguna.
Dia kembali menuju kamar. Dengan perasaan malas merebahkan tubuhnya kembali ke kasur.
Memeluk erat selimut yang sebagai pelampiasan kesepiannya.
" Selamat pagi tuan Andrian."
Andrian kini baru tiba di perusahaannya. Dia di sana sudah berjalan bersama Bastian dan juga Salsa.
Langkah tegak Andrian serta kewibawaan Andrian terlihat begitu dominan. Membuat siapapun yang melihatnya menunduk.
TING..
Pintu lift sudah terbuka. Andrian dan ke dua pegawainya ini masuk ke dalam sana.
Salsa yang menoleh tanpa sengaja melihat bekas percintaan di leher Andrian.
Seketika dia menipiskan bibirnya. Tidak menyangka kalau istrinya Andrian bisa seganas itu juga.
TING..
Lift terbuka. Ketiga orang ini melangkah lagi menuju ruangan Andrian.
" Tuan, tadi malam papa tuan menelpon saya."
" Kenapa?"
" Papa tuan bilang tuan di suruh menelpon beliau."
Andrian mendesah kasar. Pagi-pagi sekali, laporan yang dia dengar malah membuatnya badmood.
" Yang lain." Balas Andrian.
Salsa menatap Ipad di tangannya. Dia lalu membacakan scedul apa saja yang di lakukan Andrian hari ini.
Bastian dan Salsa pamit keluar, mereka sudah selesai melakukan laporan.
Kembali dengan Andrian yang seorang diri di ruangannya.
Tiba-tiba saja dia tersenyum. Wajahnya terlihat ceria.
Dia mengambil teleponnya dan menghubungi seseorang.
" Ya, antarkan bunga ke alamat yang aku kirimkan."
•
Ting tong..
Suara bel berbunyi. Dengan malas Bianka membuka pintu ini.
" Nona ada kiriman bunga untuk anda."
Seorang pengantar menyerahkan bunga kepada Bianka. Bianka menatap buket bunga ini dengan ke dua alis yang bertaut.
" Silahkan ada tanda tangani ini."
Jasa pengantar ini memberikan sebuah lembaran. Menyerahkan dan meminta tanda tangan Bianka.
" Terimakasih, semoga anda suka dengan bunganya. Semoga hari anda meyenangkan."
Jasa pengantar ini langsung berlari kecil pergi dari sana.
Bianka menatap bingung bunga di pelukannya ini.
" Siapa yang kirim."
Dia bertanya-tanya. Tapi dia menutup pintu ini dan masuk ke dalam.
Dia membawa bunga ini ke sofa. Dia duduk di sana dan mencari lembaran surat.
" Ini dia."
Bianka yang sudah menemukan langsung membaca isinya. Ternyata oh ternyata.
" Ternyata dari Andrian."
Bianka mencium dan mengendus bunga mawar putih ini. Dia tersenyum dan mengambil foto dirinya dan juga bunga.
Foto ini dia pandang.
" Cantik. Pantas saja Andrian tergila-gila dengan ku."
Bianka mengirimkan foto ini. Dia meletakkan ponselnya lalu membawa bunga ini untuk dia pindahkan ke vas.
Ting...
Andrian menarik ponselnya. Dia membuka pesan yang baru dia terima.
" Dia selalu saja menggoda. Dia sengaja melihatkan belahan dada nya."
Dia tersenyum-senyum sendiri. Terus menerus melihat foto Bianka.
Sangat seksi, Andrian sampai mengusap bibirnya sendiri.
TOK..
TOK..
Andrian mematikan teleponnya.
" Masuk."
" Tuan, nyonya Lasya datang." Lapor Salsa.
Andrian langsung menatap ke arah pintu. Dia melihat Lasya datang dengan membawa bekal makanan.
" Saya permisi tuan."
" Terimakasih ya." Lirih Lasya.
" Sama-sama nyonya."
Lasya menatap kepergian Salsa. Dia lalu melangkah mendekat ke meja Andrian.
" Mas, aku bawakan sarapan untuk mu."
Lasya berdiri dengan membawa bekal ini. Menggenggam bekal ini erat.
" Mas, tadi malam kamu kemana? Kamu lembur ya. Aku tadi malam tunggu kamu loh."
" Kamu pasti belum sarapan kan?! Ini aku bawakan sarapan untuk mu. Kamu makan ya! Aku tadi buatkan Sandwich sama Spageti."
Lasya meletakkan kotak bekalnya ke atas meja. Dia membukanya. Seketika aroma gurih menguar.
Andrian melirik makanan ini. Dia menelan ludah pelan.
Kebetulan sekali dia tadi memang tidak sarapan.
" Ayo mas makan dulu. Kamu mau aku buatkan kopi?"
" Hem, terserah." Balas Andrian acuh.
Lasya mengangguk dan menipiskan bibirnya.
" Ya udah aku buatin dulu ya."
Lasya melangkah pergi dari sana. Dia mendekati meja kerja Salsa.
" Salsa..." panggilnya dengan lembut.
Salsa yang terkejut langsung menegakkan pandangannya.
" Nyonya, anda memanggil saya?"
" Iya. Di sini pantry nya dimana ya? Aku mau buat kopi untuk suami ku "
Salsa senyum-senyum sendiri mendengar Lasya memanggil Andrian dengan kata ' Suami ku'
" Mau saya antarkan nyonya. Ayo, daripada anda nanti tersesat."
" Nggak perlu, kamu pasti sangat sibuk."
Salsa langsung melambaikan tangannya. " Tidak. Ayo mari saya antar."
" Baiklah, terimakasih sudah baik."
" Sama-sama nyonya. Ayo mari.."
Mereka berjalan bersama. Berjalan beriringan menuju pantry.