Kiara Pratiwi menangis didalam kamarnya, setelah mengetahui pernikahan suaminya Devan Kalandra,tidak pernah terpikirkan oleh Kiara kalau Devan akan mengkhianatinya.
Kiara sangat terkejut dengan apa yang dia alami sekarang seperti disambar petir disiang bolong,
Sera sahabat yang sangat dia sayangi, mereka telah mengkhianati Kiara, Devan pernah mencintai Sera tapi Sera memilih dan menikah dengan Haris.
Apa dulu mereka saling mencintai tapi jodoh nggak berpihak pada mereka berdua, apa aku yang jadi orang ketiga diantara mereka.
kejadian yang tadi siang dia lihat di sebuah restoran membuat Kiara ragu akan semua kata cinta Devan padanya.
Kiara menepuk dadanya yang terasa sesak dan menarik nafas panjang “aku ihklas menolong mu Sera dan juga Kafi anakmu tapi kenapa kalian menikam ku dari belakang, ini balasan yang aku dapatkan dari mu”
Kiara mengepalkan kedua tangannya, pengkhianatan Devan dan Sera membuat dunianya hancur, apa Kiara sanggup menghadapinya atau Kiara akan pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 Kekhawatiran Devan
Pagi harinya Kiara seperti biasa bangun tidur lalu membersihkan badannya dikamar mandi, setelah melaksanakan kewajibannya Kiara lalu membangunkan Devan yang akan berangkat keluar kota.
"Mas,,bangun siap siap katanya mau berangkat pagi" Kiara mengguncang tangan suaminya agar cepat bangun dari tidurnya, baru kali ini semenjak menikah Kiara membangunkan suaminya dengan cara mengguncang tangannya, biasanya dia akan mencium lembut pipi suaminya itu.
Devan mendengar suara Kiara membangunkannya membuka matanya lalu mengusap kedua matanya agar menjadi jelas penglihatannya.
"Jam berapa sayang?" Tanya Devan dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Jam 5 mas" jawab Kiara tiba tiba telpon genggam devan berbunyi nyaring membuat Kiara menoleh ke arah layar handphone nya dan terlihat nama Sera disana, kebetulan Kiara berdiri didekat nakas dimana Devan meletakkan handphonenya.
Kiara langsung keluar meninggalkan kamar itu setelah melihat yang menghubungi Devan adalah Sera istri kedua suaminya, Devan meremas rambut dikepalanya menandakan dia sangat kesal dengan Sera, semalam sudah dikasih tau jangan menelpon dulu biar nanti Devan yang menghubunginya.
Deban mau marah tidak tau mau marah sama siapa akhirnya dia mengangkat telpon dari istri keduanya itu.
"Sera..mas sudah bilang jangan menelpon dulu biar nanti mas yabg telpon kamu" tegas Devan dengan suara yang sedikit tinggi, Sera diseberang sana langsung kaget karena baru pertama kali dibentak oleh Devan.
"Maaf mas, aku cuma mencoba membangunkan kamu, karena kamu mau berangkat pagi pagi sekali" jawab Sera takut takut, Devan menyadari suaranya yang tinggi membuat Sera menjadi takut.
"Ya sudah Ra terimakasih sudah membangunkan mas, tapi tadi Kiara melihat telpon kamu yang masuk" jelas Devan mencoba memberitahu keadaan yang terjadi.
"Maaf mas, kalau aku membuat kalian bertengkar lagi, aku tutup ya, hati hati dijalan" ucap Sera setelah itu dia pun mematikan sambungan telponnya.
Devan segera masuk kekamar mandi tidak berapa lama dia pun selesai memakai baju dan segera turun kebawah sambil membawa koper isi pakaiannya untuk 3 hari.
Kiara sudah selesai membuatkan sarapan untuk suaminya itu, walau yang memasaknya bik jum. Sekarang bik jum sedang meletakkan sarapan dimeja makan. Kiara sudah duduk dimeja makan menunggu suami pengkhianat nya untuk sarapan bersama.
Tadinya dia tidak mau menemani Devan sarapan, setelah dia pikir lagi akhirnya dia memutuskan untuk.menemani suaminya itu sarapan, dia tidak mau Devan berpikiran kalau dia merasa cemburu melihat Sera tadi menelpon suami mereka.
Devan semakin was was melihat ketenangan Kiara menghadapi masalah mereka, dia benar benar takut saat ini, ingin rasanya dia membatalkan perjalanannya keluar kota kali ini, tapi masalah di proyek harus segera diselesaikan.
"Sayang kamu hari ini mau kemana?" Tanya Devan dia ingin tau apa yang akan dilakukan istrinya selama dia keluar kota.
"Nggak kemana mana mas, lagi males keluar" jawab Kiara sambil mengambilkan sarapan untuk Devan dan untuk dirinya sendiri.
Mereka pun makan dalam diam hanya suara sendok dan piring yang beradu yang terdengar diruangan makan itu.
Kiara menoleh kearah depan karena terdengar bunyi mesin mobil yang masuk kehalaman kediaman mereka. Devan tau siapa yang datang karena kemaren dia menyuruh Ari untuk menjemputnya kesini.
"Itu Ari, aku memang suruh jemput kesini" jelas Devan pada Kiara yang hanya diam mendengar penjelasan darinya.
Tidak berapa lama mereka selesai sarapan paginya, segera Devan kedepan menghampiri Ari yang saat ini menunggunya di depan sambil duduk dikursi yang ada diteras rumahnya.
Devan berbicara sebentar dengan Ari, lalu dia pun masuk kedalam untuk mengambil koper pakaiannya dan berpamitan pada Kiara yang saat ini berada di taman belakang rumah.
"Sayang mas berangkat dulu ya, kamu hati hati dirumah kalau ada apa apa segera hubungi mas" pamit Devan pada Kiara yang hanya menatap wajah suaminya dan mengangguk.
"Sayang kamu kenapa, dari tadi diam saja" tanya Devan
"Terus aku harus apa, nggak mungkin juga teriak teriak dikira orang g*la" jawab Kiara
"Kamu kalau mas ajak bicara jawabnya pendek pendek kalau nggak cuma diam" ucap Devan lagi
"Aku lagi malas bicara sama kamu mas, nggak ada yang penting untuk dibicarakan, kalau mau jalan sekarang jalan aja mas nanti keburu siang" usir Kiara pada Devan yang masih berdiri didepannya.
Devan tau kalau dia sedang di usir pergi sama Kiara, dia hanya bisa menahan kesal melihat sikap Kiara yang ketus padanya. Yang bisa Devan lakukan hanya bersabar menghadapi kemarahan istrinya itu.
Devan tau kalau Kiara tidak memiliki saudara lagi karena dia anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah meninggal, yang dipunyai Kiara hanya keluarga yang di panti ibu Kasih.
"Ya sudah mas jalan dulu ya" dia mendekat menghampiri Kiara dia ingin berpamitan seperti yang biasa mereka lakukan kalau Devan keluar kota tapi istrinya itu berusaha menghindar.
"Hati hati mas dijalan, koper kamu sudah dibawa, nanti lupa, kasian Ari menunggu sudah kelamaan" ucap Kiara dia enggan melakukan seperti biasanya.
Devan yang gregetan liat kelakuan Kiara dari semalam yang terus menghindarinya langsung menarik Kiara dan dipeluknya dengan erat serta di mencium wajah dan mengecup bibir istrinya sambil memegang kedua pipi Kiara yang membuat Kiara kaget dengan tingkah Devan padanya.
Habis mencium dan memeluk istrinya dengan paksa baru Devan beranjak pergi dari sana.
"Hati hati dirumah Kia, mas jalan sekarang, nanti mas telpon" ucap Devan sambil senyum tipis melihat muka cemberut Kiara yang tadi dia peluk dan cium dengan paksa.
Kiara yang kaget karena perbuatan Devan hanya menatap kesal pada suaminya yang sekarang berjalan kedepan sambil tersenyum.
"Iiihhh nggak sudi banget gw dicium sama manusia pengkhianat itu" gumam kiara dalam hati sambil mengusap pipi dan bibirnya dengan tissue.
Bik jum sempat melihat tingkah Devan tadi pada Kiara, dia hanya bisa berdoa untuk kebaikan mereka berdua, bik jum sudah tau akan permasalahan majikannya itu, bik jum sangat menyayangkan apa yang terjadi diantara kedua suami istri itu.
Mobil Devan sudah keluar dari halaman kediaman mereka, Kiara pun jalan menuju ruang keluarga untuk istirahat sebentar, dia segera menghubungi orang otang yang telah mengurus semua keperluannya.
Saat ini Devan sedang menghubungi Sera untuk berpamitan keluar kota 3 hari.
"Mas tadi Kiara nggak marah kan, kalau aku telpon mas devan?" Tanya Sera dia tadi hanya berniat untuk membangunkan devan nggak ada maksud lain sialnya malah Kiara melihat kalau dia yang menelpon Devan.
"Nggak kok Ra, ya sudah mas pamit ya kamu hati hati dirumah, kafi dijaga jangan sampai salah makan lagi, dia baru sembuh kemaren" pesan Devan pada Sera.
"Hati hati mas nanti kalau sudah sampai kasih kabar ya" ucap Sera.
jadi devan pun gak tau kl sera sakit?
tetep sakit jadi kiara, karena tau devan emang cinta ma sera