LUKA ITU PENYEBABNYA
"Kau yakin nak? Wanita seperti dia? Bukan maksud ayah merendahkannya, tetapi dia berasal dari strata sosial yang lebih rendah dari kita. Selama ini ayah dan ibu diam, karena mengira kau hanya sekedar berpacaran biasa saja, lalu putus seperti yang sebelumnya. Tetapi Valerie? Wanita itu anak yatim piatu, ia bahkan memiliki dua adik yang masih harus ia sekolahkan. Tidak nak, jangan dia!"
*****
Direndahkan! Itulah yang Valerie Maxwel rasakan atas penuturan orang tua calon suaminya. Sejak saat itu, ia berjuang untuk dirinya sendiri dan adik-adiknya. Hingga Valerie menjadi seorang Independent Woman, dan memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan ternama. Valerie pun tak pernah lagi percaya dengan pria, maupun cinta. Namun, kemunculan CEO baru di perusahaannya membuat Valerie bimbang. Pria itu bernama, Devan Horwitz . Pria dengan usia tiga tahun lebih muda dari Valerie. Dan memiliki segudang daya tariknya untuk memikat Valerie.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Semesta Ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Itu Penyebabnya
* * *
Aku mengerti, hidup memang terkadang tak seperti yang kita harapkan. Setelah cukup panjang kita menata apa yang akan kita jalani untuk masa depan, terkadang hasil akhirnya bisa sangat berbeda dari yang kita impikan. Sejujurnya tidak masalah soal itu. Tetapi kenapa tolak ukur dari orang lain sebagai pemicu rusaknya rencana yang ingin kita bangun? Apakah aku memang selemah itu? Apakah aku memang serendah itu hingga kalian mengatakan banyak hal yang kalian sendiri bahkan tidak tahu seperti apa diriku yang sebenarnya. Apakah kalian tahu seperti apa aku menjalani hidupku? Namun seenaknya saja kalian menilai, dan merusak semuanya. Kini pun aku sadar, tidak lagi ada yang bisa aku percaya dari manusia. Apalagi, tentang yang namanya Cinta. Aku merasa omong kosong dengan semua itu. Hatiku sudah mati, luka yang kalian berikanlah yang menjadi pemicunya. Sudah delapan tahun berlalu, namun sungguh ketika mengingatnya hatiku masih terasa sakit. Efek dari kejadian itu, membuatku tak bisa membuka hati untuk pria manapun. Bukan aku gagal move on darinya, tetapi karena luka yang ia dan keluarganya sayatkan dihatiku. Tetapi lihatlah sekarang, karena kalian akhirnya aku bangkit dan menjadi diriku saat ini. Haruskah aku berterima kasih di atas rasa sakitku pada kalian? Tidak sama sekali, karena aku berjuang sendirian dengan kerja kerasku selama ini. Hingga aku disebut sang Independent Woman.
* * *
Sepasang insan ini berjalan bergenggaman tangan dengan senyuman yang selalu terukir di bibir keduanya. Sosok gadis berusia 22 tahun itu akhirnya menyelesaikan masa kuliahnya setelah empat tahun ia berjuang seorang diri.
Valerie Maxwel, akhirnya merasa lega setelah satu tahap impiannya selesai yakni mendapatkan sebuah gelar pendidikan S1 yang ia harapkan. Valerie menoleh ke samping menatap seorang pria tampan dengan jas kerjanya.
Joshua Coppen, sosok pria berusia 25 tahun itu terus menggenggam tangannya dengan lembut. Valerie melihat sebuah impian dan harapan di wajah pria itu. Bolehkan ia berharap pada manusia untuk kali ini?
Valerie adalah anak yatim piatu, dengan dua orang adik laki-laki dan perempuan. Kedua adiknya masih sekolah, di Sekolah Menengah Atas. Gadis itu berjuang sembari berkuliah, bekerja paruh waktu dan menggunakan sisa uang tabungan dan asuransi yang di tinggalkan orang tuanya untuk mereka sejak empat tahun lalu.
Joshua, tempat dimana Valerie pulang jika ia merasa lelah selama hampir lima tahun ini. Pria itu adalah kekasihnya.
Joshua tersenyum tampan menatap Valerie, "Kenapa terus menatapku?"
Valerie memeluk lengan Joshua dengan senyuman manis dan polosnya, "Akhirnya aku tamat."
Joshua mengangguk, "Haruskah kita merayakannya sayang? Aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
Valerie pun tersipu malu, gadis itu mengangguk setuju. Keduanya menuju mobil pria tersebut, dan masuk ke dalam. Joshua bahkan membukakan pintu untuk Valerie, lalu saat di dalam mobil sebelah tangan pria itu selalu menggenggam tangan Valerie sembari sebelah tangan lagi fokus menyetir.
"Menyetir saja sayang.." pinta Valerie hendak melepaskan genggaman tangan Joshua.
Joshua tersenyum menggeleng, ia mengecup singkat tangan sang gadis. Bagai ribuan kupu-kupu berterbangan diperut Valerie, dengan dadanya yang bergemuruh bahagia. Begitulah yang Valerie rasakan setiap Joshua menunjukkan Love languagenya pada sang gadis.
Wanita mana yang tidak luluh? Hampir lima tahun mereka menjadi sepasang kekasih. Dan Joshua selalu memberikannya Acts of service yang begitu menyentuh hatinya. Bahkan Joshua sudah mengenalkan Valerie pada orang tuanya. Dan sudah beberapa kali juga Valerie mengunjungi rumah mewah Joshua.
Orang tua Joshua membuka tangan lebar menerima Valerie. Dengan ramah dan sering berinteraksi, membuat hati Valerie semakin yakin dengan pria tersebut. Ya, wanita mana yang tidak tersentuh jika sudah sejauh ini keseriusan itu terlihat.
Valerie tampak cantik dengan gaun terbaiknya saat ini, sebab ia memang baru pulang wisuda. Make upnya juga begitu sangat cantik. Joshua pun kini menjalankan mobilnya ke suatu tempat. Hingga beberapa saat kemudian, sebuah restoran mewah tujuan keduanya. Valerie tersenyum menatap Joshua, "Apa ini sebuah kejutan?"
Joshua tertawa kecil, "Kau selalu saja bisa menebakku."
"Ya, karena kita belum pernah kesini sayang."
Joshua keluar dari dalam mobil, ia membukakan pintu untuk Valerie lalu keduanya berjalan bergenggaman tangan masuk ke dalam.
Joshua membawa Valerie masuk menuju sebuah private room. Dan saat membuka pintu, nyatanya sudah banyak kerabat dan sahabat Valerie disana. Kedua tangan Valerie sampai menutup mulutnya kala sorakan riang yang ia dapatkan.
Dua adik Valerie, orang tua Joshua, dan beberapa sahabat terdekat mereka juga ada disana. Mata Valerie pun berkaca-kaca, kedua adiknya membawa sebuah cake berukuran cukup besar bertuliskan selamat wisuda untuk sang kakak. Valerie pun memeluk kedua adiknya dengan penuh haru, lalu ia menatap orang tua Joshua dan memeluk ibu Joshua.
Kini acara makan malam bersama pun di mulai. Tampak begitu hangat satu sama lain. Saling berbincang ringan dan penuh kebahagiaan. Dan tepat disaat itu, tiba-tiba saja Joshua berdiri dari duduknya. Pria itu lalu menatap Valerie dengan raut wajah seriusnya.
Joshua mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, yakni sebuah kotak kecil. Mata semua insan pun membulat, namun dengan eskpresi yang berbeda-beda. Tentu kedua adik Valerie tersenyum bahagia, sahabat-sahabat mereka juga demikian. Namun orang tua Joshua justru tampak terkejut saat ini.
Joshua kini berlutut di samping Valerie, semua orang tentu tahu apa yang akan pria itu lakukan. Joshua menatap Valerie dengan lekat, "Valerie Maxwel, maukah kau menikah denganku?"
Valerie pun terkejut dan tersenyum haru, matanya berkaca-kaca saat ini. Gadis itupun dengan cepat mengangguk dan menerima cincin pemberian Joshua. Tepuk tangan pun berkumandang dari adik dan sahabat mereka.
Tetapi, sosok Tn Coppen yakni ayah Joshua tampak berdiri lalu keluar dari ruangan tersebut. "Ayah mau ke toilet dulu." ucapnya berlalu pergi.
Ny Coppen ibu Joshua juga tampak tersenyum kikuk. Wanita itu tampak bingung saat ini, namun tak ada satupun kata selamat keluar dari bibirnya.
* * *
Kini Valerie berada di toilet setelah usai menikmati makan malam dan berencana hendak pulang nantinya. Acara itu sebentar lagi akan selesai. Namun saat ia keluar dari toilet dan berjalan menuju private room, langkahnya terhenti tak sengaja melihat sebuah lorong dimana ada Joshua dan orang tuanya disana. Valerie ingin menegur namun tak jadi kala ia mendengar sebuah kalimat.
"Kenapa harus Valerie?" tanya Tn Coppen.
"Benar nak, sungguh kami mengira kau hanya berpacaran biasa saja dengannya. Tidak menyangka kau seserius ini." ujar Ny Coppen.
"Tetapi aku mencintai wanita itu. Dan aku memang ingin menikah dengannya." jawab Joshua.
Tn Coppen menggeleng tegas, "Kau yakin nak? Wanita seperti dia? Bukan maksud ayah merendahkannya, tetapi dia berasal dari strata sosial yang lebih rendah dari kita. Selama ini ayah dan ibu diam, karena mengira kau hanya sekedar berpacaran biasa saja, lalu putus seperti yang sebelumnya. Tetapi Valerie? Wanita itu anak yatim piatu, ia bahkan memiliki dua adik yang masih harus ia sekolahkan. Tidak nak, jangan dia!"
Ny Coppen memegang lengan Joshua, "Pikirkan Joshua, ini masih awal bukan? Batalkan lamaranmu tadi. Berikan ia alasan yang masuk akal, ibu yakin Valerie bisa mengerti. Ibu tidak mau putera ibu justru menjadi beban untuk keluarganya. Ibu tidak bisa membayangkan bagaimana adik-adiknya akan mengikis hartamu Joshua."
"Ayah tidak mau tahu Joshua! Kau putera ayah satu-satunya dan akan memimpin perusahaan besar kita. Kau calon CEO disana. Masih banyak wanita yang pantas untukmu, cukup sudah ayah dan ibu bersikap selalu menerima apa yang kau inginkan. Tapi untuk seorang istri, setidaknya gunakan akal sehatmu Joshua. Valerie, tidak sepadan dengan kita. Ayah akan mengenalkan dan menjodohkanmu dengan seorang puteri konglomerat. Itu jauh lebih layak untukmu, daripada Valerie."
Deg,
Valerie membeku di tempatnya, wanita itu pun berjalan mundur menjauh. Air matanya pun tak bisa ia bendung lagi. Ia hanya gadis lemah yang selama ini berjuang sendirian demi hidup ia dan adik-adiknya. Joshua memang tempat ternyamannya, dan jelas sudah melekat di hatinya.
Sakit, teramat sakit yang Valerie rasakan. Wanita itu pun keluar dari restoran tersebut dan duduk seorang diri di sebuah taman restoran. Tangisnya semakin pecah disana, ia luapkan dengan penuh kekecewaan.
Tak berapa lama sosok Joshua berlari kecil menuju ke arahnya. Pria itu tersenyum seolah tak ada beban apapun. Ia menggenggam tangan Valerie, "Aku mencarimu. Apa mau pulang sekarang sayang? Aku akan mengantarkanmu dan adik-adikmu pulang." ajak Joshua.
Valerie kini menatap Joshua dengan kilatan mata yang tajam sembari melepaskan genggaman tangan pria itu, Joshua pun tertegun atas tatapan tak biasa itu. Valerie kini tampak melepaskan cincin yang tersemat di jari manisnya. Ia menyerahkannya ke telapak tangan pria tersebut.
"Joshua Coppen, kita selesai! Namun satu hal yang ingin aku tegaskan padamu sebelum aku pergi dari hadapanmu. Hampir lima tahun kita bersama, tapi tak pernah sedikitpun aku memakai uangmu untuk kehidupanku. Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya, tetapi setidaknya aku memiliki moral yang lebih baik dari hanya sekedar strata sosial. Jika kalian sudah menyinggung tentang orang tua dan adikku, artinya memang sesakit itu!" jelas Valerie dengan penuh penekanan.
Joshua membeku di tempatnya, tentu ia kini mengerti jika artinya Valerie mendengar percakapannya dengan orang tuanya tadi. Kini gadis itu pun pergi begitu saja meninggalkan Joshua seorang diri.
Air mata Valerie mengalir, namun ia mengusapnya dengan kasar. Rahangnya mengeras, dengan sorotan mata yang tajam.
"Strata sosial? Apa kalian segila itu dengan yang namanya uang? Aku akan membuktikannya jika kalian mau hal seperti itu. Jangan menyepelekan aku! Kalian tunggu dan lihat versi berbeda dari seorang Valerie Maxwel!" ujar Valerie dengan penuh keseriusan.
* * *
klo memang iya...salut padamu boss..tapi klo hanya di mulut saja...sayang sekali...
Valeri wanita tangguh dan berkarisma...jngn sakiti hatinya pak Horwitz...
aku suka caramu...gercep../Good/
semoga devan bisa tegas sm keluarganya dan ga ninggalin vale, kalo itu terjadi kedua kali pada vale fix dia akan mati rasa selamanya bahkan seumur hidup 😥