Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Acara Sederhana
Di Ruang Rawat Ziel, Zion dan Elin sedang duduk di samping tempat tidur Ziel yang masih terbaring lemah dengan selang infus. Bocah itu tampak tertidur dengan wajah pucat, sementara Elin mengusap lembut rambutnya. Di tengah suasana yang hening, Ello dan Diandra masuk dengan perlahan, saling pandang sejenak untuk saling menguatkan.
Zion menoleh dan tersenyum tipis melihat keduanya masuk. "Ada yang ingin kalian bicarakan?"
Ello mengangguk, wajahnya terlihat serius. "Kakak ipar, Kak Elin, kami sudah memikirkan ini baik-baik." Ello menghela napas sejenak, lalu melanjutkan, "Aku dan Diandra… kami memutuskan untuk menikah."
Zion dan Elin terkejut mendengar keputusan itu. Mereka saling pandang sebelum akhirnya Zion menanggapi, "Ello, Diandra, kalian tidak perlu merasa terpaksa untuk menikah hanya karena Ziel."
Elin menambahkan, "Kami akan terus mencoba membujuk Ziel. Kalian tidak perlu membuat keputusan sebesar ini hanya demi Ziel."
Ello menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya dengan tatapan penuh keyakinan. "Aku tidak merasa terpaksa, Kak. Keputusan ini... lebih dari sekadar keinginan Ziel. Aku sudah memikirkannya dengan hati-hati. Aku ingin membuktikan bahwa perasaanku pada Diandra bukan karena bayang-bayang Diana. Diandra pantas mendapatkan seseorang yang siap menjaganya, dan aku ingin jadi orang itu."
Diandra tampak menunduk malu, tetapi setelah beberapa detik, ia memberanikan diri bicara. "Sebenarnya, aku juga menyukai Ello, Kak Zion, Kak Elin." Ia menatap Zion dan Elin sejenak sebelum menunduk lagi. "Tapi aku selalu menyimpannya dalam hati, karena... aku merasa aku tak pantas untuknya. Aku bahkan tak tahu asal-usulku. Aku tak ingin Ello dan keluarganya terbebani karena masa laluku yang tak jelas."
Elin tersenyum lembut, mendekat dan menggenggam tangan Diandra. "Diandra, asal-usulmu tidak mengurangi nilaimu sedikit pun di mata kami. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini."
Zion pun tersenyum dan mengangguk, akhirnya melihat ketulusan di mata Ello dan Diandra. "Kalau memang ini keputusan kalian, kami mendukung sepenuhnya."
Diandra menunduk, tampak menahan rasa haru, lalu ia bicara dengan suara bergetar. "Aku juga ingin meminta maaf, Kak Zion, Kak Elin. Aku menyesal karena sempat mencoba pergi dari rumah tanpa pamit. Saat itu, aku merasa begitu malu karena keputusan bodoh itu... rasanya seolah aku tak menghargai kalian yang telah begitu baik padaku."
Elin menggenggam tangan Diandra erat, menenangkannya. "Diandra, kami mengerti. Kamu pasti merasa takut dan khawatir. Kami tidak pernah menyalahkanmu."
Zion juga menepuk bahu Diandra dengan lembut. "Kami semua di sini untuk saling melindungi. Jangan merasa terbebani dengan masa lalumu atau apa pun yang menakutkanmu. Kamu adalah bagian dari keluarga ini."
Ello menatap Diandra dengan senyuman kecil, merasa lega mendengar Zion dan Elin memahami mereka berdua. "Diandra, kamu tak perlu merasa bersalah lagi. Kita akan menjalani ini bersama, dan kita tidak perlu terbebani oleh masa lalu."
Diandra menatap Ello dan tersenyum lembut, merasakan kehangatan dan dukungan yang mereka berdua dapatkan dari keluarga Mahendra. Perlahan, ia merasa ada harapan baru untuk masa depan yang akan mereka bangun bersama.
Zion dan Elin saling memandang dengan penuh harapan, merasakan bahwa keputusan ini akan membawa Ello dan Diandra pada kebahagiaan yang telah lama mereka cari.
Mendengar bahwa Ello akan menikahi Diandra, Ziel akhirnya kembali mau makan dan bicara. Kebahagiaan terlihat jelas di wajahnya, meskipun tubuhnya masih lemah dan wajahnya masih pucat.
Pagi Hari Pernikahan
Di kamar Ello, Zion memasuki ruangan, menepuk bahu adiknya dengan senyuman lembut. "Sudah siap, El?"
Ello menatap bayangannya di cermin, menarik napas dalam-dalam. Sejenak ia tak menjawab, tetapi kemudian mengangguk perlahan. "Entahlah, Kak. Aku... aku merasa semuanya bergerak terlalu cepat."
Zion mengangguk memahami. "Aku tahu ini berat. Tapi, yang kamu lakukan bukan sekadar memenuhi keinginan Ziel. Ini adalah keputusan yang kamu buat untuk dirimu sendiri, kan?"
Ello terdiam, menimbang kata-kata Zion. "Aku... aku ingin melindungi Diandra, tapi aku juga takut jika keputusan ini hanya karena masa laluku."
Zion tersenyum hangat. "Tidak ada salahnya mengawali sesuatu dengan niat melindungi, El. Biarkan waktu yang menjawab apakah perasaanmu lebih dari sekadar tanggung jawab. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."
Ello tersenyum kecil, merasa sedikit tenang setelah mendengar kata-kata kakaknya.
Di Kamar Diandra
Diandra berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya dalam balutan gaun sederhana. Elin masuk, membantu menata rambut Diandra sambil tersenyum hangat. "Kamu terlihat cantik, Diandra. Ello beruntung."
Diandra tersenyum lemah, menunduk. "Aku... aku takut, Kak. Bagaimana jika semua ini justru membuat kalian dalam bahaya karena aku?"
Elin meraih tangan Diandra, menatapnya dengan lembut. "Diandra, kamu tidak perlu merasa takut. Kita semua akan baik-baik saja. Keputusan ini bukan hanya demi Ziel, tapi juga untuk memberi kalian berdua kesempatan. Dan kita semua di sini untuk mendukungmu, apa pun yang terjadi."
Diandra mengangguk pelan, merasa sedikit lega namun tetap ragu. "Terima kasih, Kak Elin. Aku hanya ingin tidak mengecewakan siapa pun."
Elin tersenyum, memberi Diandra pelukan singkat sebelum beranjak keluar.
***
Upacara pernikahan sederhana diadakan di rumah keluarga Mahendra dengan dihadiri oleh keluarga inti dan beberapa orang terdekat. Pernikahan Ello dan Diandra berlangsung dalam suasana yang penuh harapan, tetapi juga penuh dengan emosi campur aduk dari kedua mempelai.
Di halaman rumah, upacara sederhana berlangsung dengan suasana yang penuh haru. Ziel, yang berdiri di samping Ello, tampak sangat bahagia dan tak bisa menyembunyikan senyumnya. Sementara itu, Ello dan Diandra berdiri bersebelahan, saling menatap sesekali dengan perasaan yang sulit diungkapkan.
Ketika penghulu meminta Ello mengucapkan janji pernikahan, Ello mengambil napas dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya. "Saya berjanji... akan menjaga dan melindungi Diandra. Saya mungkin belum memahami sepenuhnya perasaan saya... tetapi saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuknya."
Suasana hening sejenak setelah Ello selesai berbicara. Diandra menatapnya, terharu namun juga diliputi ketidakpastian. "Saya... saya akan berusaha mendampingi Ello dan berterima kasih atas semua kebaikan keluarga ini pada saya. Meskipun saya tidak tahu masa lalu saya sepenuhnya, saya akan mencoba yang terbaik untuk menjalani masa depan yang baik... untuk kita."
Mendengar itu, Ziel tak bisa menahan diri lagi. Ia tersenyum lebar dan bertepuk tangan, melompat kegirangan hingga membuat yang lainnya ikut tersenyum kecil.
Di ruang keluarga, John dan Pak Hadi berdiri bersama Zion, Elin, Ello, dan Diandra. Setelah memberikan ucapan selamat untuk Ello dan Diandra, John tersenyum, matanya menyiratkan rasa bangga. "Selamat, Ello. Diandra. Semoga kalian selalu bahagia," ucapnya hangat.
Pak Hadi, yang biasanya serius dan tak banyak bicara, menambahkan dengan anggukan tegas, "Semoga pernikahan kalian penuh berkah dan kebahagiaan." Senyum samar terlihat di wajahnya, memperlihatkan sisi lembut dari sosok yang biasanya terlihat tegas.
Zion, yang memperhatikan John, tiba-tiba mengangkat alis dan menatapnya penuh rasa ingin tahu. "John, kapan giliranmu menikah? Atau jangan-jangan kau akan terus menjomblo?"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued