Annisa memimpikan pernikahan yang bahagia bersama lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tetapi siapa sangka dirinya harus menikah atas permintaan sang Kakak. Menggantikan peran sang Kakak menjadi istri Damian dan putri mereka. Clara yang berumur 7 tahun.
Bagaimana nasib Annisa setelah pernikahannya dengan Damian?
Mampukah Annisa bertahan menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk Clara?
Temukan kisahnya hanya di sini!^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PESTA ANDI
Damian tiba di sebuah pesta mewah yang diadakan di hotel besar di pusat kota. Begitu ia masuk ke aula yang dipenuhi tamu-tamu elegan, ia langsung disambut oleh Raka, sahabatnya yang sudah tiba lebih dulu. Raka tersenyum lebar, menggoda Damian dengan anggukan.
"Hei, akhirnya datang juga," ujar Raka sambil menepuk pundak Damian. "Gimana, siap-siap ngeliat cewek cantik?”
Damian hanya mengangkat alis, sedikit bingung. "Cewek cantik siapa, sih? Bukannya ini pesta biasa?”
Raka terkekeh sambil memiringkan kepalanya ke arah salah satu sudut ruangan. “Itu, Katrina. Adiknya Andi yang baru pulang dari Amerika.”
Damian mengikuti arah pandangan Raka, lalu mendapati sosok wanita yang sedang tersenyum ramah di antara beberapa tamu lain. Katrina terlihat berbeda dengan kebanyakan orang di ruangan itu. Rambut blonde-nya berkilau dalam pencahayaan ruangan, tergerai lurus dengan beberapa helai yang sengaja dibiarkan menggantung di bahunya. Ia mengenakan gaun merah yang membingkai tubuhnya dengan anggun, tetapi tetap memancarkan aura percaya diri yang sangat Amerika.
"Dia memang bikin suasana beda, ya?" Damian berujar sambil mengamati Katrina dengan penuh perhatian. Penampilannya mencolok namun menarik, dan Damian tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terpesona sejenak.
Raka menepuk bahunya lagi sambil terkekeh. “Iya. Andi bilang dia balik buat bantu urusan keluarga, tapi kayaknya sih juga sekalian buat ngembangin bisnisnya di sini.”
Damian tersenyum tipis. “Ya, menarik. Punya kemampuan bisnis sekaligus penampilan yang beda dari kebanyakan orang di sini.”
Tak lama, Andi datang menghampiri mereka sambil membawa Katrina di sisinya. Andi menyapanya ramah, memperkenalkan Katrina pada Damian. “Damian, kenalkan, ini adikku, Katrina. Katrina, ini Damian—orang yang sering aku ceritakan.”
Katrina tersenyum, menyambut Damian dengan tangan terbuka. "Damian! Akhirnya ketemu. Andi sering banget cerita tentang kamu. Nice to meet you!" ucapnya dengan logat Amerika yang kental.
Damian menyambut uluran tangan Katrina dengan hangat, merasakan energi ceria yang terpancar darinya. "Senang bertemu denganmu, Katrina. Andi juga sering cerita tentangmu—tentu saja dalam batas wajar," tambahnya sambil tersenyum kecil.
Katrina tertawa kecil, menatap Damian dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. "Well, I’m glad to finally be back here. I’ve heard a lot about this place. Dan kamu juga banyak terlibat di dunia bisnis, kan? Mungkin nanti kita bisa diskusi lebih banyak soal itu.”
“Dengan senang hati,” Damian membalas, merasa sedikit terpicu oleh semangat Katrina yang menyegarkan.
Percakapan mereka berlanjut dengan ringan, membuat Damian sejenak melupakan beban pikirannya. Katrina, dengan gayanya yang supel dan penuh percaya diri, mampu membuat Damian merasa nyaman. Raka dan Andi hanya bisa tersenyum melihat bagaimana Damian perlahan terbawa suasana, seolah menikmati malam itu tanpa memikirkan permasalahan rumah tangganya.
Andi tampak sedikit gelisah di tengah pesta, meskipun acara ini seharusnya menjadi momen istimewa menyambut kepulangan Katrina. Sejak pertama kali bertemu Annisa, yang tak lain adalah istri Damian, pikirannya terus saja kembali pada sosok wanita itu. Ada sesuatu tentang Annisa yang membuatnya sulit mengalihkan perhatian, meskipun ia tahu batas yang harus ia jaga.
Sambil membawa segelas minuman, Andi mencoba menyibukkan diri mengobrol dengan tamu-tamu lain, tetapi tatapannya sering terarah kosong, memikirkan pertemuan mereka. Raka yang memperhatikan gelagat Andi langsung menepuk bahunya.
“Andi, kenapa kayak melamun? Ada yang salah?” tanya Raka, terlihat heran.
“Oh, enggak,” Andi tersadar dan berusaha tersenyum. “Cuma kepikiran aja.”
Raka tertawa kecil, menggeleng sambil menatap sahabatnya dengan penasaran. “Lo gak bisa bohong sama gue, kan? Ini soal Annisa, ya?”
Andi menghela napas, akhirnya mengakui sedikit. “Entahlah, Rak. Gue tahu dia istrinya Damian, tapi... dia kayaknya menyimpan banyak beban sendiri. Gue cuma kasihan.”
Raka menyeringai kecil, memahami perasaan Andi. “Gue ngerti. Annisa emang orang yang baik. Tapi, lu juga tahu, dia ada dalam situasi rumit.”
Andi mengangguk. "Iya, makanya gue juga gak akan macam-macam. Tapi gue gak bisa berhenti mikirin... gimana caranya dia bertahan."
Tiba-tiba, Katrina datang menghampiri mereka dengan senyum riang, membuyarkan percakapan serius di antara mereka. “Hey, apa kalian sedang bicara serius di sini?” tanyanya ceria.
Andi hanya tersenyum tipis, menutup perasaannya dalam hati.
Di tengah percakapan hangat mereka, Katrina melirik Damian yang sedang berdiri sedikit jauh, tampak serius sambil berbicara dengan beberapa kolega bisnis lainnya. Sejak awal pesta, Katrina tak bisa memalingkan perhatian dari Damian—pria yang tampak tenang, dewasa, dan penuh misteri. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Katrina tertarik, meskipun ia tahu Damian bukan orang yang mudah didekati.
Setelah sesaat, Katrina memutar pandangannya kembali pada Andi. “Andi,” katanya dengan nada penasaran, “aku dengar Damian sudah menikah, tapi… kenapa dia datang sendiri malam ini?”
Andi mengangkat alis, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Iya, benar. Damian memang sudah menikah.”
“Oh, aku kira biasanya pasangan menikah datang bersama ke acara-acara seperti ini,” Katrina mengangkat bahu. “Istrinya sibuk, ya?”
Andi tersenyum samar, sedikit enggan untuk membicarakan lebih lanjut, tetapi menjawab dengan santai. “Begitulah. Kehidupan pernikahan Damian… bisa dibilang agak berbeda.”
Katrina mengangguk pelan, meski rasa penasarannya semakin besar. Ia melihat Damian yang kini berbicara dengan Raka, tetapi dari sorot matanya, ia bisa melihat bahwa Damian tampak lebih fokus pada pembicaraan serius daripada menikmati acara. “Hmm, sepertinya dia benar-benar serius, ya? Gak heran dia punya reputasi yang bagus di dunia bisnis.”
Andi tertawa kecil, lalu menambahkan, “Iya, buat Damian, bisnis adalah prioritas utama. Makanya, acara seperti ini buat dia cuma bagian dari rutinitas. Kalau dia bicara serius, pasti soal kerjaan.”
Katrina tersenyum, merasa semakin tertarik. “Ya, gak masalah sih. Aku malah suka pria yang serius. Bikin penasaran dan ada tantangan buat dekatin.”
Andi hanya tersenyum kecil sambil mengangguk, meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa Damian bukan pria yang mudah didekati—terlebih karena pernikahannya dengan Annisa yang rumit dan penuh rahasia.
mudah banget ya jenny menyebarkan fitnahan.
Cobaan, cacian, bahkan sakit hati membuat annisa semakin terpuruk. Dia merasa tak dianggap, yang padahal sudah memberikan yang terbaik buat anak Damian, tapi usahanya itu tidak dihargai sama sekali. Damian menganggap annisa belum pantas mengantikan sosok arum. Annisa wanita kuat dan tabah. sudah dicaci maki tetap saja berharap damian bisa menerima status sebagai istri sah
Annisa terlalu cantik, sehingga teman damian saja jatuh hati padanya. Namanya perasaan tidak bisa dipungkiri, namun masih bisa menjaga pertemanan dan bisnis agar tidak putus.
dalam diam dan tangisan, akhirnya damian sedikit ada perubahan sikap. Buah kesabaran mulai membuahkan hasil, walau harus lewat kumpul keluarga. Semoga semua dipermudah dan annisa bisa menjadi bagian hidup damian selamanya. intinya bersabar dalam tiap cobaan, semua akan ada hasilnya.