Reta Cahya Pariwara. Terlahir sebagai pewaris tunggal kerjaan bisnis sang Kakek, membuat Reta sudah harus memahami dunia usaha sejak dari usia muda.
Karena memiliki tanggung jawab yang begitu besar terhadap perusahaan, membuat kehidupannya selalu disetir oleh sang Kakek yang berwatak tiran, termasuk dalam urusan Jodoh. Reta bahkan dipaksa untuk menerima sebuah perjodohan yang Kakeknya lakukan.
Dan saat perjodohan sudah terjalin. Reta malah kembali dipertemukan dengan Rio-Pria yang merupakan cinta pertamanya. Pertemuan yang sebenarnya sudah didambakan ke-duanya hingga mereka tanpa sengaja melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, sampai mengakibatkan janin tumbuh dirahim Reta.
Akankah Reta memilih bersama Rio setelah mengetahui dirinya yang tengah mengandung? Atau lebih memilih tetap bersama dengan Pria yang telah dijodohkan padanya karena begitu banyak halangan yang datang menghalangi mereka agar tidak bisa bersama. Penasaran? Langsung baca yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35. Kedatangan Maximilan.
"Sepertinya kau baru saja ketahuan membuat masalah." Perkataan Agam menghentikan langkah Reta. Ia menatap pada sepupunya itu. "Kau memiliki kekasih dan menyembunyikannya dari kakek?"
Reta terdiam dengan tatapan yang terus mengunci sosok sepupunya itu. Setelah menemui Oma bersama Agam secara pribadi dan mendapatkan beberapa nasehat, Reta menyadari jika Oma sepertinya mengetahui pernikahannya, hingga Oma sempat menyebut pernikahan yang dirahasiakan.
"Apa wanita itu adalah wanita yang kau bayar untuk menjadi kekasih pura-pura mu?" tanya Reta balik. Dilihat dari cara Oma memberikan nasehat pada mereka, sepertinya Reta tidak akan salah jika menebak saudara sepupunya ini juga telah melakukan hal yang konyol.
"Enak saja! Hena adalah kekasihku!"
Reta tersenyum mendengar Agam yang dengan cepat memberikan sanggahan. Ia kembali melanjutkan langkah, disusul dengan Agam yang berjalan di sisi kanannya.
"Aku sudah menikah," kata Reta seiring langkah. Ia memilih mengatakan hal yang sebenarnya pada saudara sepupunya itu.
"Hm."
"Kau tidak terkejut?"
"Pernikahanmu terdaftar secara resmi." Dengan terus membawa langkah, mereka berdua tetap membuka suara dengan santainya. "Tidak akan sulit untuk diketahui."
Reta menghela napas dan mengangguk kecil, tanda setuju dengan apa yang dikatakan Agam. Jika sepupunya itu sudah mengatakan demikian, maka tidak perlu diragukan lagi, benar seperti dugaannya jika Oma memang telah mengetahui pernikahannya.
Reta bahkan mengusap pelan bagian perutnya. "Apakah keluarga yang lain juga mengetahui tentang kehamilannya?" batin Reta.
"Jangan terkesan disembunyikan," kata Agam. Ia menghentikan langkah saat mereka berdua sudah melewati taman. "Jika terasa sulit menghadapinya sendiri, maka cobalah cari bantuan."
Reta juga menghentikan langkah, tangannya juga segera berhenti dari aktivitas yang tanpa sadar akan selalu ia lakukan jika kini merasa cemas. Naluri sebagai seorang ibu yang selalu mengkhawatirkan kondisi sang anak mulai menghinggapi Reta.
"Aku akan mengingatnya," jawab Reta.
Dan setelahnya Agam berpamitan pada Reta. Sepupunya itu segera menuju mobil di mana seorang Wanita yang Agam sebut sebagai kekasihnya telah menunggu.
"Anda harus segera kembali, Nona."
Suara itu membuat Reta melepaskan pandangan dari kepergian Agam. Ia berpaling dan mendapati salah satu orang Kakeknya kini sudah berada di dekatnya.
"Kembali ke mana?"
"Mansion utama."
Reta tersenyum sinis mendengarnya. Yang benar saja jika orang Kakeknya akan mengatakan jika Reta harus kembali ke apartemen suaminya.
Baru saja Reta ingin mengatakan sesuatu, namun urung ia lakukan saat ponselnya terdengar berdenting; tanda ada sebuah pesan yang masuk.
"Kau baik-baik saja, Manis? Jangan pikirkan hal apa pun untuk sekarang. Jaga kesehatanmu dan si kecil. Kita akan secepatnya kembali bersama."
Begitulah pesan yang kini Reta baca. Ia dengan cepat membalas, agar Rio tidak terlalu merasa khawatir akan keadaan dirinya.
"Nona, kita harus segera kembali." Orang suruhan Tuan Zico kembali meminta pada Reta untuk segera beranjak, Pria itu bahkan sudah membukakan pintu mobil untuk Nona Reta.
"Kalian tidak sabaran," kesal Reta. Ia mulai membawa langkah untuk masuk ke dalam mobil. "Hanya pulang saja, sampai meminta pada ku berulang kali." Wanita yang tengah hamil itu menggerutu, meluapkan bentuk kekesalannya pada orang suruhan Tuan Zico.
"Maafkan kami, Nona. Tuan Besar telah menunggu Anda karena Tuan Maximilan akan segera tiba."
Reta langsung mematung di depan pintu mobil setelah mengetahui alasan apa yang membuat mereka berulang kali meminta Reta untuk segera kembali, namun itu hanya sesaat. Setelahnya Reta masuk ke dalam mobil yang segera melaju meninggalkan kediaman Oma Chintya.
Kendaraan roda empat itu melaju cukup kencang dan berhasil kembali memancing kekesalan Reta. "Kalian ingin membunuhku! Pelankan laju mobilnya!"
Pria yang kini mengemudikan mobil itu segera menuruti keinginan Reta dengan sedikit mengurangi kecepatan.
Reta yang duduk di kursi penumpang bagian belakang terlihat memberengut. Mood wanita hamil itu tiba-tiba saja hancur, terlebih mengetahui tentang kedatangan Max.
Saat tiba di mansion sang Kakek, netra Reta sudah lebih dulu menangkap keberadaan Tuan Zico yang sepertinya memang menunggu kedatangannya.
"Maximilan akan segera datang. Pesawatnya akan landing sebentar lagi."
"Kabar yang tidak penting," batin Reta, namun ia hanya berdehem dan ingin segera masuk ke kamar tidurnya meninggalkan Tuan Zico.
"Ganti pakaian mu. Kita akan menyambut kedatangannya di bandara."
Tak dapat menutupi rasa terkejutnya, Reta sempat membulatkan mata, tapi dengan cepat juga ia mengembalikan ekspresinya. Reta tidak habis pikir, Kakeknya meminta dirinya agar menunggu kedatangan Max di bandara malam-malam begini. Jelas saja Reta tidak akan melakukannya.
Setelah memberikan deheman yang Tuan Zico artikan sebagai persetujuan Reta. Ia segera melangkah menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya yang ada di lantai dua. Alih-alih bersiap mengganti pakaian seperti yang Kakeknya minta, Reta malah terlihat langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang begitu luas.
Reta memilih untuk beristirahat lebih cepat dari biasanya. Ia juga tak lupa mengusap pelan permukaan perutnya. Seperti pesan yang Rio kirimkan. Ia harus menjaga kesehatan dirinya dan juga calon anak mereka,
Dan tak lama setelah itu, Reta tenggelam dalam tidurnya, meninggalkan Kakek yang ternyata masih menunggu Reta selesai bersiap.
*
*
*
Bersamaan dengan itu, di dalam pesawat yang sebentar lagi akan mendarat, Maximilan duduk dengan tenang.
"Tuan ini berkasnya." Asisten pribadi Maximilan itu menyerahkan satu map berisi apa yang diminta sang Tuan beberapa saat yang lalu.
Butuh waktu beberapa saat untuk Max mengamati laporan yang ada di tangannya. Sebelum....
"Ternyata semuanya benar." suara itu terdengar dalam dan menekan. Tangannya mengepal dengan sorot mata yang tajam. "Mereka berniat mempermainkan ku?"
Asisten Max hanya diam saat melihat sang Tuan yang begitu marah setelah memeriksa berkas yang telah ia berikan.
☕️☕️ lagi buat ka author...