"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan Kembali Seperti Semula
Seorang pria tengah membuka kedua kelopak matanya, hari-harinya merasa lelah dan tak bertenaga. Dia membuka pintu kaca kamar mandinya dan melepaskan pakaiannya, lalu menyalakan air showernya.
Elmer membuka pintu kamar mandinya, sudah cukup ia bermanja-manja dengan airnya. "Bibi Ang?" sapa Elmer dengan penuh tanda tanya, ia tidak pernah melihat Bibi Ang ke kamarnya dan menyiapkan pakaiannya. Selama ini Gegelah yang menyiapkan baju kerjanya.
"Ehem, siapa yang menyuruh kalian datang kesini?" tanya Elmer. Sebuah pertanyaan bodoh yang ia keluarkan. Selain Gege, Bibi Ang juga memiliki kewenangan untuk menyiapkan segala sesuatu Elmer.
"Nyonya tuan," ucap Bibi Ang.
Elmer mengerutkan keningnya, seakan bisa membaca raut wajah Elmer, Bibi Ang angkat bicara.
"Nyonya sedang tak enak badan tuan," ucap Bibi Ang.
Elmer diam, ia memilih mengambil pakaiannya dan lekas memakainya di kamar mandi. Namun ia ingat, karena ia wanita itu sampai kehujanan.
Ada rasa sakit di hatinya, sedikit perih. Ia pun dengan cepat membuka pintu kamar mandinya dan tak melihat Bibi Ang dan juga pelayan yang mengikutinya.
"Kemana dia?" gumam Elmer. Dia mengambil asal dasinya dan cepat keluar dari kamarnya mencari Bibi Ang.
Bibi Ang yang sibuk tengah menaruh piring di meja makan pun menatap ke arah Elmer. "Sarapannya sudah siap tuan,"
Elmer menatap kursi di sampingnya. Seakan ada sesuatu yang hilang. Ia pun duduk dan mengolesi keju ke rotinya. Hatinya gelisah dan gundah, ia tidak fokus memakan rotinya.
"Bibi Ang, apa kau sudah memanggilkan Dokter?" tanya Elmer.
Bibi Ang tersenyum, ada rasa hangat di hatinya saat tuannya mengkhawatirkan nyonya nya. "Sudah tuan, nyonya sedang .." Bibi Ang menghentikan ucapannya, ia teringat kalau ia tidak boleh mengatakan apa pun.
Elmer merasa aneh, raut wajah Bibi Ang seperti ada yang di sembunyikan. "Ada apa Bibi Ang? Apa ada sesuatu?"
"Tidak Tuan, Dokter hanya mengatakan kalau nyonya demam."
"Pastikan Dokter datang kembali untuk memeriksanya."
Elmer beranjak, dia mengikat dasinya. Kembali ia teringat dengan Gege, wanita itu yang biasanya mengikat dasinya walaupun ia sudah melarangnya.
"Tuan, ini bekal untuk Tuan. Nyonya yang meminta saya untuk menyiapkan bekal untuk Tuan." Tutur Bibi Ang.
"Tidak perlu," ucap Elmer. Dia merasa enggan mengambil bekal itu.
Sampai beberapa langkah, dia menghentikan kakinya. Seakan ia merasa asing dengan ruangan ini. Ia pun menoleh dan menatap sekeliling gorden sekaligus dinding, tidak ada lagi jejak foto di dinding itu dan gorden itu berubah warna menjadi hijau.
Deg
Sesuatu yang sakit kembali menyeruak masuk. "Bibi Ang!" teriak Elmer.
Bibi Ang terburu-buru, langkah kaki pendeknya bagaikan kuda kecil yang di serang monster. "Iya tuan."
"Apa ini? Kenapa ruangan ini berubah?" tanya Elmer tajam.
Bibi Ang menunduk, "Maaf tuan kami hanya menuruti perintah nyonya," jawab Bibi Ang.
Elmer mengeras rahangnya, ia pun kembali menaiki anak tangga dan langsung masuk begitu saja ke dalam kamar yang di tempati Gege.
Seorang wanita pun terkejut, dia langsung menyembunyikan benda itu masuk ke dalam selimutnya.
"Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" tanya Gege bersikap tenang. Sudah biasa baginya di kehidupan lalunya menghadapi sikap Elmer, dan sekarang ia ingin menyerah.
"Apa maksud mu mengubah seluruh ruangan? Apa kau ingin mengatakan Rara sudah pergi?" tanya Elmer tajam.
Gege tersenyum, Elmer salah paham padanya. Padahal niatnya hanya ingin mengatakan bahwa hatinya tidak berubah. Sedikit pun tidak ada jejaknya.
"Tidak, aku rindu pada kakak. Hanya itu," ucapnya menunduk.
"Bibi Ang, aku tidak mau tau. Ruangan tadi ubah kembali, gorden itu dan foto itu."
"Jangan," cegah Gege. Perlahan ia mengangkat wajahnya. "Bagaimana kalau Kakak datang? Dia pasti kecewa. Biarkan seperti itu, biarkan kembali seperti semula."
Elmer mengepalkan kedua tangannya hingga uratnya terlihat, rahangnya mengeras dan kedua netra menajam bagaikan belati yang siap menusuk musuhnya, aura di tubuhnya begitu hitam pekat, seakan hampir meledakkan tubuhnya.
sudah menghilang baru terasa sakit nya
bahwa kehadirannya sungguh berharga....