Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Sudah terlambat
Kehadiran baby Zain membuat Ifa semakin kuat. Tak mudah mengeluh bahkan sudah tak pernah lagi.
Walau masih ada rasa tak enak Ifa selalu memilih diam saja.
Setiap detik Ifa merasa kan perasaan yang begitu membuncah. Ifa tak tahu. Yang jelas Ifa seolah tak ingin jauh-jauh dari baby Zain.
Katanya, baby Zain mirip Akmal sejak baby. Tapi, bagi Ifa tak ada kemiripan sama sekali. Yang ada baby Zain malah terlihat semakin mirip dengan Ifa sendiri. Seolah Allah menyembuhkan luka Ifa dengan cara yang tak pernah Ifa sadari sekalipun.
Kasih sayang Ifa selalu tercurahkan pada baby Zain. Namun, baby Zain terlihat tak baik-baik saja.
Seiring berjalannya waktu, keadaan baby Zain bukannya membaik malah buruk. Bahkan kerap kali baby Zain menangis keras. Sampai wajahnya memerah. Suhu tubuhnya juga tidak stabil.
Melihat putranya sakit membuat perasaan Ifa tak karuan.
Bahkan baby baru satu bulan lebih itu harus di rawat di rumah sakit. Wajahnya begitu pucat bahkan harus menggunakan oksigen karena pernafasannya pendek. Denyut jantungnya juga lemah.
Hb yang begitu rendah sejak di lahirkan. Kini semakin parah saja. Ifa benar-benar takut Allah mengujinya lagi.
Baru saja Ifa merasakan kebahagiaan akan lahirnya baby Zain. Ifa berharap semua akan baik-baik saja.
Namun, perkataan dokter tadi membuat Ifa semakin merasakan rasa takut yang luar biasa.
"Babay Zain memiliki golongan yang sangat langka (AB+). Baby Zain membutuhkan transfusi darah. Dan harus segera di dapatkan. Jika tidak kondisinya semakin memburuk."
Ifa mengigit bibir bawahnya. Tangis tak bisa Ifa bendung lagi. Mengetahui kenyataan jika putranya dalam keadaan tak baik-baik saja.
Rumah sakit tempat Baby Zain di rawat sudah tak ada lagi stok darah. Apalagi golongan darah baby Zain yang sangat langka.
Jalan satu-satunya yaitu harus mencari orang yang golongan darahnya sama.
Ifa sudah berusaha tapi tak ada. Jalan satu-satunya yaitu Akmal. Semoga saja Akmal atau keluarganya ada yang sama.
Namun, harapan tinggal harapan. Harapan itu lenyap seketika. Tatkala Akmal ataupun keluarganya tak bisa mendonorkan darah.
Hati Ifa semakin hancur. Harus kemana lagi Ifa mencari.
Dalam keputusasaan, Ifa berjalan gontai ke ruang di mana putranya di rawat. Ifa hanya bisa menatap dari luar.
Sungguh malang sekali baby itu. Baru saja bisa merasakan kehidupan dunia kini harus di hadapkan dengan situasi yang sangat menyakitkan. Kenapa tak Ifa saja yang sakit. Bukan baby Zain. Baby Zain terlalu kecil untuk merasakan sakit.
Ifa tak menyangka jika cobaan terus bertubi-tubi menghantam dirinya. Ifa bukan karang yang dengan senang hati di terpa ombak. Ifa begitu lemah. Ifa rasanya tak kuat jika terus seperti ini.
Mata bengkak, menandakan jika sejak tadi tak hentinya menangis.
Ifa mengusap kasar air matanya melihat baby Zain bergerak-gerak. Tak lama bunyi nyaring terdengar membuat Ifa panik.
"Dokter!!!"
Teriak Ifa menggema, berlari mencari dokter. Untung saja dokter yang menangani baby Zain ada di ruangannya hingga Ifa tak perlu lama mencari.
Sang dokter tergesa-gesa masuk. Memeriksa keadaan baby Zain. Wajahnya begitu tegang, bahkan tatapan matanya tak pernah diam.
Ifa mematung, menatap dengan penuh kecemasan di luar.
Tak lama dokter keluar dengan raut tak mengenakan.
"Maaf, apa ibu belum menemukan pendonor untuk baby ibu?"
"Maaf, dok."
"Kita tak bisa menunggu terus. Keadaan pasien semakin buruk."
Bibir Ifa merapat, tenggorokannya terasa kering sampai meneguk ludah kasar. Keadaan baby Zain menghantam dada Ifa. Terasa sakit dan sesak. Apa yang harus Ifa lakukan.
"Saya akan berusaha dok."
"Dokter."
Seorang suster berlari tergesa-gesa menghampiri sang dokter dan Ifa.
"Ada apa, Sus?"
"Saya baru saja mendapatkan kabar. Jika di rumah sakit Bogor ada stok golongan darah Ab+. Namun .., mereka tak bisa mengantar ke sini karena ada sebuah kendala. Kita hanya bisa berangkat ke sana."
Ada secercah harapan di hati Ifa mendengar kabar itu. Ifa berharap, itu bisa membantu baby Zain.
Dokter terlihat diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Dalam kondisi seperti ini dokter harus memutuskan dengan hati-hati.
Keadaan baby Zain sangat buruk apa kuat untuk di lakukan perjalanan ke Bogor. Rasanya tidak. Tapi, itu harapan satu-satunya buat baby Zain. Apalagi melihat tampang Ifa yang memelas membuat dokter tak tega.
"Perjalanan ini cukup beresiko bagi baby."
Apalagi ini, Ifa yang baru saja di beri harapan harus jatuh kembali mendengar ucapan dokter.
"Keadaan baby sangat tidak memungkinkan melakukan perjalanan. Tapi ...,"
"Saya mohon dok."
Pinta Ifa memelas, mengatupkan kedua tangan. Ifa ingin putranya sembuh.
"Baiklah, kita siapkan segera."
"Sus, tolong siapkan ambulance."
"Baik, dok."
Keputusan besar yang harus dokter ambil walau resikonya juga lebih besar. Pasalnya keadaan baby Zain semakin menurun.
Dalam keadaan begini, Ifa tak bisa terus mengandalkan kedua orang tuanya. Apalagi kesehatan mereka juga harus di jaga.
Harfa, yang baru selesai melakukan operasi memilih ikut menemani Ifa. Harfa tak peduli seberapa lelah tubuhnya. Harfa akan selalu berada di samping Ifa.
Di sepanjang jalan, jantung Ifa berdetak kencang. Menatap nanar putranya. Matanya nyaris tak terlihat akibat terus menerus menangis.
Dalam hati Ifa selalu melafalkan doa. Tak hentinya beristighfar juga.
Harfa hanya diam tak tahu harus berbuat apa. Harfa tahu, hari sang kakak sedang terguncang. Di saat seperti ini Harfa hanya bisa diam.
Bahkan kebencian Harfa pada Akmal semakin menjadi. Di saat seperti ini, Akmal entah kemana. Padahal mereka tahu jika baby Zain sedang tak baik-baik saja.
Bukankah, keadaan bagaimanapun di masa lalu. Harusnya Akmal ada mendampingi sebagai bentuk tanggung jawab. Tapi, jangankan membantu, menengok pun tidak.
Malang sekali nasib baby Zain. Masih kecil saja sudah di telantarkan.
Bagaimana Ifa mau dengan laki-laki macam itu. Sungguh tak berperikemanusiaan. Entah apa dalam pikirannya. Yang jelas, Ifa tak akan meminta-minta pada keluarga itu walau untuk baby Zain sekalipun.
Ifa sudah berusaha nyatanya hasilnya sangat menyakitkan. Dan Ifa berharap itu yang terakhir kali Ifa berurusan dengan Akmal.
Jika baby Zain sembuh, Ifa akan membawanya pergi jauh agar baby Zain tak pernah tahu siapa ayahnya.
Perjalanan yang cukup memakan waktu. Pada akhirnya sampai juga.
Ifa menggendong erat baby Zain. Mengikuti langkah dokter masuk kedalam rumah sakit.
Kedatangan mereka memang sudah di sambut, dan saat ini sedang di arahkan ke sebuah ruangan khusus.
"Bertahan lah, nak. Mama mohon."
Gumam Ifa teriris melihat wajah baby Zain yang sudah membiru kontras dengan kulit putihnya.
Baby Zain di ambil alih oleh dokter masuk kesebuah ruangan. Ifa dan Harfa menunggu di luar dengan penuh harapan. Ifa berharap, baby Zain akan kembali sembuh setelah melakukan transfusi darah.
Ifa terus mondar-mandir, menunggu. Melakukan transfusi darah pada baby kurang lebih lamanya selama tiga jam.
Waktu yang terasa begitu panjang bagi Ifa. Namun, belum juga satu jam lamanya. Sang dokter kembali keluar dengan raut wajah sama.
Harfa segera berdiri mendekat. Ifa jangan di tanya. Sejak tadi sudah berdiri di hadapan dokter.
"Ada apa dok? Apa semua baik-baik saja?"
Tanya Ifa cepat. Harfa langsung mengusap punggung Ifa, menguatkan.
"Maaf, semua sudah terlambat. Baby Zain sudah meninggal."
Deg!
Bersambung ..
Maaf ya jika update nya sedikit terlambat. Di daerahku jaringan masih belum stabil. Entah apa gangguan, belum pasti.
Tetap semangatttt
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
Datang untuk nya...