Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cibiran
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Gladys menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan melihat ada dua perempuan yang berjalan menghampirinya dengan penampilan sangat elegan.
mereka seperti orang yang sedang berpesta.
Salah satu dari mereka berhenti tepat di depan Gladys, lalu melipat kedua tangannya di depag dada.
"Apa kau yang bernama Gladys?"
Dari wajahnya jelas wanita itu tidak menyukai Gladys, Namun Gladys merasa tidak mengenalinya sehingga tidak ingin berlama-lama membuang waktunya untuk berurusan dengan mereka.
"Maaf, saya rasa saya tidak mengenali kalian." Jawab Gladys dengan sopan.
Meskipun di telinga mereka terdengar menggelikan.
"Gak penting kau mengenali kami atau tidak. di sini kami hanya ingin kau tau diri, Clara sudah kembali. jadi, tahu dirilah dan segeralah tinggalkan Nathan."
Seketika pupil mata Gladys menyipit.
Bagaimana bisa kedua orang ini mengenal adiknya? apakah keduanya adalah teman Clara? tapi, bagaimana bisa keduanya tau tentang hubungan ketiganya, apakah selama ini Clara menceritakan kisah mereka pada orang lain.
Kedua wanita itu nampak menatap Gladys dengan hina. Gladys menyadari ada sorot mata kebencian yang di perlihatkan oleh kedua wanita asing yang menghalangi langkahnya itu, sehingga membuat nya memilih untuk segera pergi dari sana.
"Hei, Mau kemana kau? Kami belum selesai bicara!"
Salah satu dari mereka terpaksa menarik tangan Gladys, agar kembali pada tempatnya semula.
Awalnya mereka ingin bicara baik-baik, namun melihat Gladys yang tak menggubris ucapan mereka. agaknya mereka mulai berubah pikiran.
"Kenapa, kaget? apa kamu terlalu menikmati peran menjadi Nyonya Nathaniel Collins Haditama, sehingga kau tidak mau melepaskan gelar itu untuk Clara?"
Gladys menggigit bubur bawahnya, Wajahnya memucat, kuku-kuku carinya mulai memutih. perutnya terasa mual hingga Akhirnya ia tak tahan lagi untuk tidak memuntahkan isi perutnya.
Uwekkkkk
Ahhhhhhgrh
Dua wanita itu berteriak, merasa jijik dengan apa yang di lakukan Gladys pada mereka.
Gladys muntah tepat mengenai baju mahal mereka.
"Dasar wanita jorok, menjijikkan."
"Benar, pantas saja Nathan tidak menyukaimu, kau itu benar-benar tidak bisa di banggakan."
Gladys hanya diam tak menanggapi ocehan keduanya, Ia lebih memilih membersihkan mulutnya dari sisa kotoran yang menempel di sana, ketimbang menimpali apapun yang di ucapkan keduanya.
Selepas meluapkan amarah mereka, keduanya pun memilih pergi.
Gladys ikut berbalik dan pergi dari sana tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut tipisnya.
Gladys tak langsung pulang, Ia memilih untuk berdiam diri di sebuah taman untuk merenungi nasibnya.
Selepas kepergian Gladys Nathaniel tak bisa tenang entah kenapa otaknya selalu memikirkan Keadaan Gladys, hingga akhirnya ia memutuskan untuk segera pulang.
Melihat itu, Clara tentu saja tak tinggal diam. wanita itu langsung mencekal tangan Nathan untuk menghentikannya.
"Kak, kau mau kemana?"
"Lepaskan, Ra! aku harus pulang." Jawab Nathan, lalu melepaskan tangan Clara yang memegangi tangannya.
"Tapi, kak, acara kita belum selesai. aku tidak enak jika mereka menanyakan keberadaan kakak nantinya, kun mohon jangan pergi!"
Untuk kali ini, Clara ingin bersikap egois. ia tidak akan membiarkan acara penyambutannya gagal hanya karena Nathan ingin segera pulang.
"Clara, Kali ini aku tidak bisa. Maaf jika mengecewakanmu!"
Nathan tetap kekeh pada tujuan awalnya, Entah kenapa ia merasa jika Gladys sedang tidak baik-baik saja. ia merasa bersalah karena mengikuti keinginan Clara, nunggu mengerjai kakaknya.
Namun, Pada akhirnya dirinya pula lah yang kelimpungan karena Gladys tiba-tiba pergi dari sana tanpa menunggunya.
"Kak, Kak tolong jangan pergi!"
Teriakan Clara tak di gubris Nathan, pria itu tetap melangkah pergi meskipun kondisi tengah hujan lebat saat ini.
Sedangkan di sisi lainnya.
Hampir satu jam Gladys duduk di bangku sebuah taman. Di sana ia bebas meluapkan seluruh isi hatinya dengan menangis dan berteriak sesuka hatinya. Tak terasa hujan semakin lebat, sudah menjadi kebiasaan Gladys membawa payung lipat di dalam tasnya, namun hari ini ia tidak mau menggunakannya karena ingin menikmati hujan dengan menangis sepuas hati.
"Dad, Mom, aku rindu." Tangisnya pecah, bayangan masa kecil yang begitu bahagia berputar dalam otaknya.
Beberapa jam kemudian, akhirnya Gladys terstandar dan memilih pergi.
Karena terlalu lama di sana, langit pun mulai menggelap. akhirnya wanita itu memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, tubuhnya nampak menggigil hebat, sepertinya ia sudah sangat kedinginan.
Dari kejauhan pak Harto, supir pribadi keluarga Collins, melihat kedatangan Nona mudanya dengan keadaan basah kuyup.
Reflek pak Harto langsung berlari mengambil payung untuk memayungi Menantu majikannya itu. "Waduh nona Gladys, kenapa basah kuyup begini? Cepat masuk!!"
"Nona, kenapa anda seperti ini?"
Gladys yang baru sampai di depan pintu, sontak menatap ke arah pak Harto yang tadi menyambut kepulangannya.
Namun, belum juga ia menjawab pertanyaan pak Harto, tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang ikut menyambut kepulangan Gladys, dengan tatapan penuh curiga di sertai kerutan di wajah tampannya yang saat ini tengah berjalan menuju ke arah Gladys berdiri.
Plok plok plok
"Ada apa? Ingat pulang kau rupanya!!" Ucapnya dengan nada ketus.
Meskipun sebenarnya dalam hati Nathan, sangat bersyukur karena Gladys akhirnya pulang juga.
Mendengar suara itu, sontak tubuh Gladys menjadi membeku serta hati yang terasa sakit.
Kenapa pria itu sudah pulang? bukankah dia tengah bersama Clara?
"Tuan, sepertinya nona sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya pucat dan bibirnya nampak-----"
"Siapa yang bertanya padamu, Hm?" Ucap Nathan memotong ucapan pak Harto yang sempat menyambut kedatangan Gladys.
Sontak pak Harto langsung menunduk itu menundukkan kepalanya tak berani bersuara Setelah itu, tatapan Nathan kembali ke arah Gladys yang sejak tadi menatapnya dengan sorot mata tak terbaca.
Hingga tanpa menjawab pertanyaan sedikitpun Gladys malah melenggang ingin masuk ke dalam rumah mereka hingga membuat Nathan menggunakan otoritasnya untuk menarik istrinya agar tidak berani meninggalkan dirinya sebelum dirinya selesai bicara.
"Jika kau berani pergi dari sini maka jangan harap bisa keluar dengan bebas lagi sepeti sebelum-sebelumnya!" Ancam Nathan dengan tegas
Mau tidak mau Gadis menghentikan langkahnya. "Ada apa kak? Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanyanya dengan menatap Nathan dengan intensitas.
Sejenak hati Nathan berdesir hebat, entah kenapa ia merasa ada yang hilang dari sorot mata teduh milih istrinya itu kali ini.
Gladys yang biasanya menatapnya penuh cinta, kini seolah kehilangan gairah hidupnya. Sedikit terlintas rasa iba di dalam hati Nathan pada istrinya itu saat ini, namun tiba-tiba kilas balik kehidupan masa lalu mereka membuat hati Nathan kembali menjadi dingin sedingin batu es. Reflek ia memutuskan tatapan mata ke arah lain, agar tidak kembali tertipu dengan keluguan paras istrinya yang menurutnya munafik itu.
"Nona muda"
Kepala pelayan keluarga Collins tiba-tiba muncul, Wanita paruh baya itu nampak panik saat melihat tubuh Gladys yang basah kuyup.