Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.
Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.
Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : KELEMAHAN TORPAN
Torpan perlahan-lahan membuka matanya untuk menemukan dia sedang berbaring di padang rumput dengan wajah yang terasa sakit, nampaknya dia baru saja dipukul oleh seseorang.
Ketika dia akan berdiri, seorang pria berusia sekitar 45 tahun berambut hitam pendek serta bola mata hitam gelap berjalan mendekat "Aku sarankan kau jangan bergerak dulu, istirahat lebih lama lagi, Torpan".
Mengabaikan nasihat pria tersebut, Torpan duduk sambil memegang wajahnya "Apakah aku kalah dari mu lagi, yang mulia?".
"Seperti biasa, kau nyaris menang. Namun aku berhasil melakukan serangan balik di saat-saat terakhir. Puluhan tahun telah berlalu sejak kekalahan pertamamu dariku, tapi kau tetap belum bisa menghilangkan kelemahanmu itu, Torpan", kata pria tersebut duduk di samping Torpan "Padahal dari segi kekuatanmu murni, sangat sedikit orang yang mampu menjadi lawanmu, bahkan dapat dikatakan tak ada. Tetapi kau mempunyai kelemahan yang begitu fatal".
Torpan kesal mengingat dia selalu kalah walaupun telah bertarung melawan orang ini selama bertahun-tahun "Apa yang kau katakan? Di seluruh dunia, mungkin cuma dirimu yang mampu menyerang kelemahanku sekalipun aku terus mencoba melindunginya. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa tubuhmu selalu begitu fleksibel setiap kali kau hampir kalah, yang mulia".
"Cara bicaramu memang kurang sopan ya, namun aku rasa itulah dirimu! Selama kau tetap setia kepadaku, aku tidak keberatan tentang cara bicaramu", kata pria tersebut mengangkat pundaknya mengabaikan cara bicara Torpan yang buruk "Tubuhku seperti bergerak sendiri setiap waktu aku hampir kalah, seperti insting agar tetap bertahan hidup! Tapi siapa yang berpikir, Torpan seorang jendral yang begitu hebat sampai-sampai dianggap setara melawan ratusan pasukan sendirian mempunyai kelemahan fatal yaitu wajahnya. Selama kau terkena pukulan kuat di wajah, kau pasti selalu kehilangan kesadaranmu, kau benar-benar perlu memperbaikinya atau kau tidak akan pernah mempunyai kesempatan menang dariku".
"Seperti yang aku katakan, aku selalu mencoba melindungi wajahku. Selain itu, dari puluhan ribu orang yang telah melawan ku, belum pernah ada yang mampu menyerang wajahku kecuali kau. Perlu diakui, kau memang hebat membuatku lengah dan memanfaatkan semua celah yang ada, menyerang ke wajahku! Seperti yang diharapkan dari orang yang aku ikuti, kau bukan pertarung terkuat yang aku lawan namun kau hebat bertarung, Tuan Myro", kata Torpan penuh rasa kagun dari dasar hatinya.
...----------------...
Torpan membuka matanya menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi, dia memimpikan sebuah kisah lama yang tak akan terulang lagi.
Melihat sekitar, Torpan sadar dirinya sedang berbaring di atas sebuah tempat tidur "Aku kalah lagi ya?".
Setelah sedikit kecewa selama beberapa saat, Torpan tiba-tiba tertawa "Meskipun aku kalah, tetapi hasilnya bagus! Tuan nampaknya belum mengingatnya, tapi ia tetap mempunyai gaya bertarung yang sama. Penampilan serta nama bisa disamarkan oleh orang lain, sedangkan cara bertarung beda, setiap orang mempunyai cara bertarung khusus mereka sendiri walau mereka dilatih oleh guru yang sama! Aku yakin, cara bertarung licik yang memanfaatkan celah dari serangan yang aku lakukan, cuma Tuan Myro yang mempunyai cara bertarung licik tersebut".
"Siapa yang berpikir, Jendral Torpan yang gagah berani benar-benar kalah melawan Tuan Myro? Dulu aku berpikir kau berbohong dan melebih-lebihkan kekuatan tuan sebagai bentuk rasa hormatmu, ternyata aku salah, kau memang jujur bahwa tuan mampu mengalahkanmu satu lawan satu", kata Lune yang ternyata telah berdiri di dekat pintu tempat istirahat Torpan "Mendengar tawamu yang begitu keras tadi, kau pasti sudah sehat bukan?".
Torpan menatap wanita cantik yang selalu membawa bukunya itu dan sedikit mengingat masa lalu "Kenapa bersikap begitu dingin? Apakah kau tetap menyimpan dendam dari masa lalu?".
"Bagaimana mungkin aku tidak marah? Sebuah dosa besar bagi punggawa mencoba membunuh tuannya", kata Lune yang matanya kembali fokus pada buku "Apabila kau bukan veteran yang telah mengikuti tuan Myro jauh lebih lama dan awal dariku serta mempunyai kesetiaan yang tak perlu diragukan, aku pasti melakukan pembunuhan kedua kalinya padamu. Selain itu, bukankah orang yang dendam kepadamu adalah dirimu? Kau pernah mati di bawah tanganku".
"Masa lalu biarkan masa lalu, sekarang kita mengikuti tuan yang sama lagi, kenapa harus terus saling bertarung maupun menyimpan dendam?", kata Torpan menggelengkan kepalanya "Berapa lama aku kehilangan kesadaran? Apakah pasukan yang bersama ikut dibunuh? Apa tujuan kalian berikutnya?".
Lune berkata penuh rasa peringatan "Sebagai seorang tahanan, kau terlalu banyak tanya! Ya, aku tak terlalu keberatan, tetapi aku sarankan supaya kau tetap berhati-hati di depan Ares. Berbeda dari ku yang memaafkan perlakukan kurang ajarmu kepada tuan kita, Ares bukan orang yang akan melepaskan mereka yang berani mencoba membunuh Tuan Myro dengan mudah. Meskipun aku tahu tujuanmu sejak awal bukan membunuh Tuan Myro melainkan memeriksa identitasnya apakah dia memang Tuan Myro dari cara bertarungnya, Ares maupun Tusen pasti menolak menerima alasan tersebut, butuh beberapa waktu sebelum mereka bisa menerimamu lagi".
"2 hari telah berlalu sejak kau kehilangan kesadaran, kita sedang bergerak meninggalkan Provinsi Alka dalam perjalanan menuju Provinsi Unthem, seharusnya dua hari lagi kita akan meninggalkan Provinsi Alka. Sedangkan bawahanmu, mereka menjadi tahanan, nampaknya Tuan Myro menunggu kau sadar lalu berbicara bersamamu sebelum memutuskan bagaimana memperlakukan mereka. Aku sarankan jangan melakukan tindakan bodoh lagi pada tuan, beberapa hari yang lalu aku tidak ikut campur sebab aku yakin tuan akan menang. Selain itu, untuk membuatmu yakin, kalian perlu berhadapan satu lawan satu".
"Sekarang kau telah tahu bahwa Tuan Myro memang dirinya, apabila kau berani menyerangnya lagi, aku akan menganggapmu menjadi pengkhianat. Tanpa perlu membuat Tuan Myro mengotori tangannya, aku sendiri yang akan membunuhmu saat waktu seperti itu tiba layaknya masa lalu. Istirahatlah dulu, aku akan memanggil tuan".
Lune pergi tanpa menunggu jawaban dari Torpan, dia tahu Torpan bukan orang bodoh yang tidak memahami peringatannya. Selain itu, Lune mengetahui bahwa Torpan merupakan orang yang setia, setidaknya hingga akhir dibunuh oleh Lune, dia terus melaksanakan perintah Myro.
Torpan menatap kepergian Lune yang membuatnya mengingat waktu Lune di masa lalu yang membentuk jalan berdarah bagi tujuannya sendiri, bahkan Torpan adalah salah satu korban dalam jalan berdarah tersebut "Benar-benar wanita yang menakutkan! Sosoknya tetap membekas di kepalaku, sosok iblis yang kehilangan hatinya, aku harap hal tersebut tidak akan terulang kali ini".
Menunggu selama sekitar 10 menit, sosok Myro muncul dari pintu kamp Torpan "Bagaimana keadaanmu? Apakah ada keluhan?".
Torpan melirik ke arah tangan kiri Myro yang dililit perban "Daripada mengkhawatirkan tentang diriku, bukankah kondisi lukamu jauh lebih buruk? Kau harus lebih perhatian terhadap kondisimu sendiri, Tuan Myro! Jangan lupa, ketika raja mereka terluka maka para punggawanya pasti merasa khawatir".
Mendengar Torpan memanggilnya tuan, Myro menunjukkan wajah aneh "Tunggu, meskipun aku mengalahkan dirimu, kita baru pertama kali bertemu saat bertarung kemarin. Bukankah kita seharusnya mengobrol dulu sebelum kau memutuskan mengikutiku dan memanggilku sebagai tuanmu?".