"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bukan gagal mencintai
"Cinta memang buta. Tetapi, tetap saja, meskipun begitu, harus tetap berlogika."
Kedua mata Raina terpejam dengan erat, giginya menyatu dengan rapat, meski sempat terhanyut beberapa saat, pada akhirnya akal sehatnya membuatnya kembali waras.
"Jangan buat kesalahan yang sama," ujar Raina dengan memegang lengan Brian pelan, kemudian mengecup singkat punggung tangannya. Raina bahkan mengecup sebanyak yang dia ingin, meski sebenarnya ada rasa yang begitu menggelora, tetapi dia tetap tidak ingin, sesuatu yang lain semakin memperburuk keduanya.
"kita memang gagal saling memiliki, tetapi kita tidak pernah gagal dalam mencintai. Kalau benar kamu mencintai ku, maka kamu tidak akan melakukan hal tidak pantas itu." kata Raina dengan memandang tajam kedua mata Brian. Meski hanya sesaat, karena pada akhirnya, Raina tetap tidak bisa menatap kedua bola mata itu terlalu lama.
"biarkan cinta kita, abadi selamanya di dalam hati kita, jangan pernah mencoba membuatnya menjadi duri, sehingga membuat orang lain terluka karena hadirnya." sambung Raina lagi dengan pelan.
Tubuhnya segera luruh, kepalanya dengan pelan dia rebahkan di atas pangkuan Brian, yang masih mendengarnya dengan setia, sedetik kemudian kedua tangan Brian mengusap pelan rambutnya.
Rambut yang semakin indah memanjang, karena dia dulu pernah berpesan, agar rambutnya tetap panjang. Meski sejujurnya Brian tidak tahu, apa alasan Raina tidak memotong rambutnya, memang karena inginnya, atau karena tidak sempat saja.
Akan tetapi, Brian ingin egois, dengan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Raina melakukan itu untuknya. Ponsel Brian bergetar, membuat Raina seketika mengangkat kepalanya dengan pelan, karena ponsel Brian berada di saku celananya.
"Selalu saja seperti ini." ucap Brian dengan malas, Raina tahu, itu pasti Alicia yang sedang mencari keberadaan Brian.
"di matikan?" tanya Raina dengan heran.
"aku besok ke Australia lagi," ujar Brian dengan malas.
"aku tidak ingin, tapi aku juga tidak bisa di sini terlalu lama, apa lagi melihatmu bersama Noah." ujar Brian lagi dengan pelan.
Sementara Raina, mendengarkan dengan seksama, apa yang menjadi keluh kesah yang di rasakan oleh Brian.
"kalian akan menetap?" tanya Raina akhirnya.
"kenapa kalian memanggilnya Noah?" tanya Raina lagi, dia sangat penasaran, kenapa Bara memiliki dua panggilan yang berbeda.
"memang itu namanya." jawab Brian tak bersemangat.
"dia memperlakukan mu dengan baik kan?" tanya Brian kemudian.
"sejauh ini, iya."jawab Riana pelan.
Keduanya terus bercakap selama beberapa saat, hingga Brian mengatakan mengapa dia harus kembali ke Australia dengan segera, selain dia harus menyelesaikan studinya, dia juga berencana ada beberapa pekerjaan di sana. Dan jujur saja, Raina tidak tertarik untuk mendengarnya, karena Raina sudah sangat mengantuk. Hingga beberapa saat kemudian, Raina benar-benar tertidur dengan memeluk lengan Brian.
****
Raina terbangun, dengan Brian yang memeluknya dengan erat, keduanya tidur di lantai, namun beralas selimut tebal, yang dahulu di simpan Raina di dalam lemarinya. Dahulu, selimut itu pemberian Brian dari kamarnya, saat itu, Raina mengatakan kalau dia tidak memiliki selimut tebal. Jadi, Brian memberikan selimutnya kepada Raina, yang pada akhirnya tidak di pakai sama sekali, karena tidak cocok untuk suhu kamarnya yang dingin.
Raina dengan pelan, melepaskan diri dari Brian, setelah di rasa aman, dia segera mencoba untuk keluar dari rumah itu, Raina mendorong pelan sepeda motor miliknya, hingga ke tepi jalan, dan kemudian dia mengendarainya dengan kecepatan sedang.
"ceklek!"
Raina membuka jendela kamarnya, dia tidak mungkin masuk melalui pintu depan, karena dia sedang kabur dari rumah.
"hah!"
Raina sangat terkejut, ketika mendapati Bara yang seperti sudah menunggu dirinya di balik jendela hitam itu.
"maaf," ucap Bara dengan memeluk Raina pelan, Raina yang tidak siap mendapat pelukan itu terhuyung kedepan hingga menindih Bara yang berada di hadapannya.
"mas kamu_"