KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Kusno
“ Tapi Tasim, bagaimana dengan anakku nantinya?” ujar kusno.
“ Kamu tidak perlu menghawatirkan hal itu kusno!! Kamu seorang laki-laki, masih banyak wanita yang mau padamu. Kamu juga masih bisa mempunyai anak dengan wanita lain. Tidak harus bersama dengan Marni." Jawab Tasim sembari menghisap sebatang rokok ditangannya.
“ Aku sudah membuat perjanjian dengan adik marni. Aku juga masih mencintai Marni. Aku tidak bisa mengingkari hal itu," ujar Kusno.
“ Cinta lagi yang kau katakan! Begini saja, agar tidak mencurigakan saat ayah berangkat ke jawa kau ikut saja. Buatlah alasan yang mudah dimengerti oleh istrimu. Marni itu gadis polos yang sangat mudah dibohongi." Jawab Tasim sedikit menopangkan kakinya.
“ Seharusnya dulu aku tidak memperistri Marni jika terjadi seperti ini. Sejujurnya dulu menggunakan pelet saat bertemu dengannya. Saat itu dia masih bertunangan, hingga ia rela meninggalkan tunangannya demi menikah denganku.” Ujar Kusno menjelaskan alur hubungan mereka.
“ Ternyata kamu yang memulai!! Kusno kusno, kamu itu kalau mau pelet wanita yang kaya. Ini malah orang miskin kamu pelet. Pantaslah jika kalian suka bertengkar. Sudah kamu ikuti saranku saja!” jawab Tasim sedikit menggelengkan kepalanya.
Kusno terdiam sejenak memikirkan pendapat Tasim. Karena hari sudah hampir gelap kusno segera kembali kerumahnya. Telihat wajah tasim tersenyum sinis setelah kusno pergi.
“ Aku tak sabar melihat perpisahan mereka, aku yakin Marni akan menangis mengemis-ngemis kembali pada kusno. Marni marni, ini akibatnya jika kamu terus bersama keluarga kami. Aku tidak terima saat kamu usir kusno dari rumahmu," ujar Tasim yang sedang menikmati secangkir kopi sendirian diruang tamu.
Sesampainya kusno dirumah, dia bertindak seolah tak terjadi apapun. Ia menyapa istrinya seperti biasa, sesekali melihat Tisna. Ia juga memperhatikan marni yang masih menyusui Tisna.
Malam ini Tisna menangis terus menerus hingga membuat marni bingung. Disusui tetap saja masih menangis, lalu Marni memberikan Tisna pada Kusno. Setelah digendong kusno Tisna tidak menangis lagi. Sekarang Kusno yang bergantian menidurkan Tisna.
Sesungguhnya kusno sangat mencintai Marni, namun hasutan dari saudaranya membuatnya berfikir berkali-kali. Hingga ia harus memutuskan hal yang seharusnya tidak ia lakukan pada marni.
Sepanjang malam ia berfikir keras untuk mencari alasan yang tepat agar orang tua tidak mencurigainya. Serta ia tidak melukai hati marni. Setelah dirasa ia mempunyai alasan yang tepat ia segera membangunkan Marni dengan perlahan.
“ Marni bangun, bangunlah sebentar ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Ucap Kusno sembari membelai rambut marni dengan lembut.
“ Iya mas ada apa?" tanya marni.
Sebelum mengatakan kusno menarik nafas dalam lalu menghembuskan secara perlahan.
“ Marni besok ayah akan berangkat kejawa, selain itu kamu juga tahu aku sekarang menganggur. Jadi begini marni, aku berencana ikut dengan ayah kejawa untuk mengadu nasib disana. Jika nasibku baik insyaallah aku akan mendapatkan perkerjaan untuk mencukupi kebutuhanmu serta anak kita.” Ujar kusno menjelaskan keinginannya pada marni secara perlahan dan penuh kasih sayang sembari mencium kening Marni.
Marni terdiam sejenak ia mencoba menelaah setiap kata yang diucapkan suaminya. Ia jadi teringat kembali perkataan Sri adik Kusno. Sebenarnya sedikit hancur perasaan marni mendengar perkataan suaminya. Namun apa yang dikatakan suaminya memang benar adanya. Lalu ia teringat juga kasih sayang mertua padanya. Kusno yang memperhatikan istrinya berfikir pasti marni akan menolak keinginannya.
Perlahan Marni membelai wajah suaminya dan menciumnya. Dan keluarlah sepatah kata yang membuat Kusno sedikit sedih.
“ Mas aku sangat menyayangimu sepenuh hatiku. Kamu seorang suami juga seorang ayah dari anak kita, aku berharap kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita mas. Jangan membuat kecewakan kami mas. Aku sebagai istri menerimamu apa adanya, aku belum pernah menuntut apapun darimu mas." Ucap marni sembari menyeka air mata yang mulai mengalir dimatanya.
Seketika Kusno memeluk istrinya, ia tau apa yang ia lakukan salah. Namun yang dikatakan saudaranya Tasim juga ada benarnya. Perlahan marni melepaskan pelukan tangan Kusno dan mencium kening suaminya lalu ia berucap sesuatu yang tak disangka oleh suaminya.
“ Jika kamu ingin pergi, pergilah mas. Aku tidak bisa menahan keinginanmu. Sebagai istri aku hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu mas. Insyaallah aku akan berusaha menjaga dan merawat anak kita dengan baik, begitu juga dengan fitri. Namun jika kau menghianatiku, aku akan kembali pulang kerumah orang tuaku. Dan jangan halangi aku jika menikah kembali.” Ujar marni yang kemudian ia berdiri lalu membuka lemari.
Ia segera menyiapkan pakaian yang akan dibawa oleh suaminya. Meski hatinya sakit namun ia yakin Allah selalu memberikan yang terbaik untuknya. Kusno terdiam melihat istrinya menyiapkan pakaian, lalu kemudian ia bangun dan mengajak marni duduk kembali setelah menyiapkan pakaiannya.
“ Tunggu aku kembali Marni, kamu tidak boleh menikah dengan lelaki lain." Ucap kusno sembari memeluk marni.
Namun berbeda dengan hati kecil marni yang merasakan adanya kebohongan dalam perkataan suaminya. Tak berselang lama mereka kemudian tidur lalu terbangun keesokan paginya.
Kusno mengutarakan keinginannya pada sang Ayah. Ayah kusno mengizinkan jika ingin mencari nafkah untuk istri dan anaknya.
“ Ini memang sudah menjadi tanggung jawabmu untuk mencari nafkah kusno. Apakah istrimu menyetujui keinginanmu?" tanya ayah kusno.
“ Iya ayah, aku sudah membicarakan hal ini pada marni semalam. Dan dia juga memberikan izin padaku. Bu aku titip Marni dan anak-anakku." Ujar kusno yang tepat berada disamping kusno.
Ibu hanya menganggukkan kepalanya dan tidak mau banyak bicara. Marni sedang sibuk menyiapkan sarapan. Sedangkan Tisna masih dikamar ditemani fitri. Kusno menghampiri Fitri dan Tisna dengan lembut ia berpamitan kepada kedua anaknya. Kemudian ia berpesan pad Fitri.
“ Fitri bapak akan berangkat kerja, bapak mungkin akan lama tidak kembali. Fitri jaga ibu dan adek tisna dengan baik ya nak. Tunggu sampai ayah pulang," ujar kusno.
“ Baik ayah, Fitri pasti akan menjaga ibu dan adek Tisna dengan baik. Ayah hati-hati kerjanya ya?" jawab fitri.
Kusno kemudian mengendong Tisna dan mengajak Fitri untuk sarapan. Mereka sarapan bersama sambil bercanda ria. Terlihat perpisahan yang penuh kebahagiaan. Kemudian datangnya saudara-saudara kusno. Tampak senyum diwajah Sri yang baru saja datang bersama suaminya.
Ayu segera menghampiri marni, dan merasa heran dengan marni kenapa ia mengizinkan kepergian kusno. Marni menjelaskan alasan kusno ingin ikut ayahnya.
Setelah mendengar penjelasan marni ayu mencoba memahami keadaannya.
“ Jika kau jenuh dirumah, jangan sungkan untuk datang kerumahku ya mba," ujar Ayu.
Marni menjawab dengan senyuman indah diwajahnya. Ayu juga tersenyum mengerti arti dari tanda senyuman marni adalah setuju. Kusno kemudian berpamitan kepada istri, anak, ibu dan saudaranya. Marni melepaskan kepergian suaminya untuk yang kedua kalinya.
“ Akhirnya selesai juga," ucap Sri lalu berpamitan pulang.