Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Balik Yang Menentukan
Kedatangan Haki di tengah-tengah kerumunan mahasiswa mengguncang seluruh negeri. Dalam beberapa jam, video dan foto-fotonya yang berada di garis depan, memimpin perlawanan di bawah hujan deras, tersebar luas. Tagar #HakiKembali dan #PerjuanganTakTergoyahkan terus menjadi trending di media sosial, memperlihatkan bahwa dukungan untuk gerakan ini semakin besar. Namun, di balik keberhasilan ini, ancaman yang lebih besar sedang mengintai.
Bayu, yang melihat pengaruh Haki semakin menguat, sadar bahwa waktu untuk menghancurkan gerakan ini semakin singkat. Dia tidak bisa membiarkan Haki terus memimpin pergerakan ini dan menumbuhkan semangat di seluruh negeri. Bersama para pejabat tinggi yang bersekutu dengannya, Bayu merencanakan tindakan terakhir yang lebih brutal, serangan yang dirancang untuk menghancurkan Haki dan para pendukungnya secara total.
Malam yang Mencekam
Malam itu, suasana di sekitar gedung pemerintahan menjadi tegang. Meskipun hujan telah reda, dinginnya udara malam membuat semua orang merasa tidak nyaman. Di depan gedung, ratusan mahasiswa masih berdiri teguh, berkumpul di sekitar Haki, Yudi, Luvi, Dito, dan Mayuji yang telah berjuang sejak siang. Mereka semua tahu bahwa perjuangan ini belum selesai, dan bahwa ancaman dari pemerintah masih sangat nyata.
“Kita nggak akan mundur,” kata Haki dengan suara tegas, berdiri di tengah teman-temannya. “Selama kita bersama, kita masih punya kekuatan.”
Luvi mengangguk, matanya penuh keyakinan. “Gue di sini bukan cuma buat diri gue, tapi buat semua yang kita perjuangkan.”
Dito, yang biasanya lebih pendiam, menatap Haki dan teman-temannya. “Kita nggak sendiri. Lihat semua orang di sekitar kita. Mereka ada di sini karena kita semua punya tujuan yang sama.”
Namun, di balik semangat itu, Bayu dan aparat yang dikendalikannya sudah bersiap untuk melancarkan serangan terakhir. Di tengah malam, tanpa peringatan, Bayu memerintahkan penangkapan massal di sekitar gedung pemerintahan. Puluhan kendaraan polisi dengan sirene meraung-raung mendekat, mengepung seluruh area.
Bentrokan yang Mengerikan
Ketika sirene polisi semakin dekat, Haki segera menginstruksikan semua mahasiswa untuk tetap tenang dan tidak terpancing. “Tetap rapatkan barisan, kita nggak akan takut!” teriaknya. Namun, begitu polisi mulai keluar dari kendaraan dengan perlengkapan lengkap, Haki menyadari bahwa ini bukan sekadar aksi intimidasi. Ini adalah serangan langsung.
Tanpa peringatan, aparat mulai maju dengan tameng dan tongkat, memukul mundur mahasiswa yang ada di depan. Tembakan gas air mata dilepaskan secara brutal ke arah kerumunan, menciptakan kepanikan yang sulit dikendalikan.
“Bertahan!” teriak Haki, mencoba membuat semua orang tetap tenang, meskipun di sekitarnya mahasiswa mulai berlarian mencari perlindungan.
Luvi, yang berada di dekat Haki, berusaha memimpin sekelompok mahasiswa yang lebih muda untuk berlindung di sudut gedung. “Ayo, ikuti gue!” katanya sambil menuntun mereka menjauh dari gas air mata.
Namun, aparat terus maju tanpa belas kasihan. Mereka mulai menangkap mahasiswa secara acak, memukul dan menyeret mereka ke dalam kendaraan polisi. Haki, yang berada di garis depan, merasakan pukulan keras di pundaknya, tetapi dia tetap berdiri, tidak ingin menunjukkan kelemahan.
“Jangan takut!” serunya lagi, meskipun nafasnya mulai sesak karena gas air mata.
Dito, yang melihat situasi semakin memburuk, mencoba mencari jalan keluar bagi kelompok mereka. “Kita harus mundur, Hak. Mereka nggak main-main.”
Namun Haki menolak. “Kalau kita mundur sekarang, mereka akan menang. Kita harus tetap di sini.”
Kekuatan Masyarakat yang Muncul
Melihat kekejaman aparat yang menyerang mahasiswa dengan brutal, masyarakat yang ada di sekitar lokasi mulai menunjukkan simpati mereka. Beberapa orang yang tadinya hanya berdiri menyaksikan mulai bergerak mendekat, berusaha membantu mahasiswa yang terjatuh atau terluka.
Seorang pria paruh baya melangkah maju, menuntun mahasiswa yang tersandung dan jatuh, sementara yang lain mencoba memblokir jalan untuk menghalangi aparat. “Kalian nggak boleh terus-terusan menyerang anak-anak ini!” teriaknya dengan marah.
Masyarakat yang menyaksikan dari kejauhan akhirnya ikut melangkah ke depan, menunjukkan keberanian mereka untuk melindungi mahasiswa. Dalam hitungan menit, kerumunan yang awalnya hanya mahasiswa kini dipenuhi oleh masyarakat yang berempati terhadap perjuangan mereka. Sorak-sorai dukungan menggelegar, menambah semangat para mahasiswa yang sudah lelah.
Tindakan spontan dari masyarakat ini membuat aparat kebingungan. Bayu, yang mengawasi dari jarak jauh, tidak menyangka bahwa serangan brutal ini justru membangkitkan dukungan yang lebih besar untuk Haki dan kelompoknya.
Kebangkitan yang Mengguncang
Di tengah kekacauan itu, Haki berdiri di atas sebuah panggung darurat yang mereka buat dari peti kayu. Meskipun tubuhnya lelah dan penuh luka, matanya tetap memancarkan semangat yang tak tergoyahkan.
“Lihat di sekitar kita!” serunya dengan suara lantang. “Kita nggak sendirian. Masyarakat ada di sini, berdiri bersama kita. Ini bukan lagi soal mahasiswa, ini tentang seluruh negeri yang menolak untuk tunduk!”
Kerumunan berteriak mendukung, membuat aparat semakin sulit untuk bergerak maju. Sadar bahwa serangan brutal ini bisa berbalik melawan mereka, beberapa aparat mulai mundur. Namun, Bayu memerintahkan mereka untuk tetap maju, tidak peduli seberapa banyak dukungan masyarakat yang ada.
“Ini perintah!” teriaknya melalui radio komunikasi. “Jangan biarkan mereka menang. Seret Haki dan kelompoknya!”
Namun, di tengah perintah yang semakin keras, kehadiran masyarakat yang berdiri di garis depan, melindungi mahasiswa dengan tubuh mereka, membuat aparat mulai ragu. Mereka tidak bisa lagi menyerang tanpa memicu kemarahan yang lebih besar dari masyarakat.
Simbol Perlawanan
Melihat situasi mulai berbalik, Haki merasakan harapan baru yang begitu kuat. Di bawah langit malam yang dingin, di hadapan ratusan orang yang datang untuk mendukung, dia tahu bahwa perlawanan ini tidak akan sia-sia.
Dengan suara penuh keberanian, Haki berteriak, “Kita adalah suara perubahan! Kita adalah masa depan yang lebih baik untuk semua orang! Mereka boleh mencoba membungkam kita, tapi mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan semangat kita!”
Sorak-sorai menggema, dan masyarakat serta mahasiswa mulai berjalan maju, bergerak seiring dengan langkah Haki. Aparat yang sudah kelelahan dan terpojok akhirnya memilih untuk mundur, menyadari bahwa mereka tidak lagi bisa mengendalikan situasi. Serangan balik Bayu yang direncanakan untuk menghancurkan perlawanan ini justru berakhir dengan kebangkitan yang lebih besar.
Kejutan Terakhir dari Bayu
Namun, di saat yang sama, Bayu yang melihat rencananya gagal tidak bisa menerima kekalahan ini begitu saja. Dengan raut wajah yang penuh amarah, dia merencanakan aksi terakhirnya—serangan yang dirancang untuk menjebak Haki secara politik, menempatkannya dalam posisi yang sulit di mata publik.
“Aku tidak akan biarkan mereka menang!” Bayu bertekad, sambil merancang langkah terakhirnya. Pertempuran belum selesai, dan Bayu tidak akan berhenti sampai gerakan ini benar-benar dihancurkan.
---