Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.
Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.
Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.
Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Sepupu Jauh
Bab 29. Sepupu Jauh
POV Lastri
Meski aku kesal dan marah terhadap keluarga Mas Hendra, tapi aku tidak sampai hati bila ada musibah yang nyaris bikin nyawa meregang seperti yang yang terjadi pada Nilam. Entah apa yang terjadi hingga menyebabkan ia pendarahan. Dan hatiku pun entah kenapa berburuk sangka pada Nilam, kalau saat ini ia sedang mengalami keguguran.
Hah, biar bagaimanapun semoga saja dia tidak kenapa-kenapa dan mendapat hidayah dari peristiwa ini.
Sengaja aku berbelanja banyak hari ini untuk menyambut puasa esok hari. Jadwal rencana pembukaan Rumah Makan ku pun di undur sampai selepas lebaran nanti. Besok rencananya aku mau melihat lokasi rumah yang di tawarkan teman Mbak Ayu, untukku berinvestasi. Rencananya rumah itu untuk Ibu dan Bapak bila datang ke kota, dan satu lagi rumah rencananya untuk ku kelola menjadi usaha sekaligus tempat tinggalku di lantai atasnya. Dan sepertinya rumah yang di samping Mas Hendra itu cocok untuk rencanaku selanjutnya.
Aku sengaja ingin membangun usaha kecantikan khususnya Spa untuk wanita di samping rumah Mas Hendra. Agar dia tahu, Lastri sekarang tidak bisa di remehkan. Aku juga ingin membeli tanah untuk ku buat komplek pergudangan dan ku sewakan kembali, agar rejeki terus mengalir sampai anak cucu Diah bisa menikmatinya nanti.
Sebaiknya aku mulai membersihkan makanan yang akan ku simpan di dalam kulkas, dan di masak sebagian untuk makan malam serta subuh nanti.
Aku membeli rempah yang sudah jadi agar lebih praktis, dan memasak pun jadi lebih mudah dan cepat. Ayam yang sudah di potong-potong tinggal aku bersihkan dan langsung aku masak. Untung saja kompor di rumah ini double, jadi aku bisa mengunakan satunya untuk memasak yang lain sambil menunggu opor ayamku matang.
Tidak butuh waktu lama, hanya dalam 1 jam, opor ayam, tempe dan tahu goreng, serta sambal sudah siap. Sayur nya, aku potong-potong timun saja buat lalap, agar lebih cepat dan aku bisa menyusul mereka ke rumah sakit.
Aku segera mandi begitu selesai. Ku gunakan lotion untuk tubuh serta cream wajah hasil promosi Mbak Ayu untuk perawatan kulit wajah dan tubuhku. Ya, kemarin Mbak Ayu merekomendasikan beberapa kosmetik untuk perawatan kecantikan untukku. Aku pun menurut karena sudah lama rasanya diriku ini terabaikan dan tidak mendapat perawatan walau sekedar lotion untuk body mengingat sulitnya kebutuhan hidupku.
Ku hubungi driver yang tadi mengantar Nilam, untuk menanyakan ke Rumah Sakit mana mereka membawanya. Begitu mendapat balasan pesan, aku segera mengambil tas kecil ku dan kembali memesan driver tadi secara off line. Tidak apa-apa sesekali manjain diri naik mobil.
Dua puluh menit kemudian aku tiba di Rumah Sakit. Ku tanya bagian administrasi apakah ada pasien bernama Nilam Cahyani di rawat di sana, dan syukur lah ada Berarti benar mereka membawa Nilam kesini. Aku pun di beri tahu dimana ruang perawatan Nilam. Begitu tahu, aku segera melangkahkan kaki kesana.
Tiba di depan ruangan Nilam, Sayup-sayup ku dengan suara orang berbicara. Dan sepertinya itu suara Ibu mertua. Berarti benar ini kamarnya. Ku intip sedikit di dalam ruangan dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Ada Mbak Tatik, Mas Wawan, Ibu dan...
Darahku tiba-tiba berdesir, dan napas ku mulai tak beraturan dengan jantungku yang mulai berdebar-debar dengan keras melihat pemandangan di depan mata. Hati ini mendadak sakit hingga rasanya di remas bagai tak berarti. Pilu bagai di iris sembilu.
Isteri mana yang tidak sakit hatinya melihat di depan mata suami menggandeng wanita lain. Bahkan wanita itu sudah di nikahi tanpa persetujuan dari ku.
Tuhan... Sakit sekali hati ini. Meski aku mencoba untuk kuat, tapi tetap saja, rasa sakit itu tidak bisa aku hindari. Tidak pernah tergambarkan olehku rumah tanggaku memiliki madu, aku tidak mau dan tidak akan pernah mau.
Ku raba bagian dadaku untuk menahan gejolak amarah yang menumpuk di dada. Ku remas baju yang ku kenakan untuk melampiaskan sedikit rasa sakit hati yang menggunung tinggi. Dengan perlahan ku redam amarahku. Ku hapus embun yang sempat berkumpul di kelopak mataku. Ku atur kembali napas ku agar kelihatan biasa saja tanpa mereka tahu hati ku telah hancur berkeping-keping.
Bismillah, kuat aku ya Allah... Kuat aku untuk menjalankan drama ini.
Ku buka pintu yang sejak tadi merenggang, lalu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum..."
Tidak ada yang menjawab salam ku, bahkan mereka tampak terkejut dengan kehadiranku. Ku langkah kan kaki masuk ke dalam dan berjalan mendekati Mas Hendra meski degub jantungku bertabuh bagai genderang perang.
Mas Hendra pun refleks melepas gandengan tangan istri mudanya yang sejak tadi menempel di lengan. Pastilah isteri mudanya itu sangat kesal, bisa di lihat dari reaksinya yang menatap tajam Mas Hendra dengan wajah di tekuk seribu.
"Mas..." Sapaku.
Sengaja menatap wanita di sampingnya dengan tatapan tidak suka.
"Lastri..." Ucap Mas Hendra.
Entah itu balas menyapa atau kalimatnya menggantung karena tidak bisa berkata apa-apa, entahlah... Yang jelas saat ini aku ingin membalas rasa sakit hatiku dengan caraku.
Ku raih tangan Mas Hendra dan mencium punggung tangannya takzim layaknya isteri sholeha. Dengan tatapan sengit aku menatap wanita yang masih ingin menempel pada Mas Hendra yang menatapku dengan tatapan yang sama.
"Siapa dia Mas? Kok aku baru lihat?"
Mas Hendra yang tadinya sempat melamun mendadak gugup.
"Em... Oh..., dia sepupu. Sepupu jauh baru saja datang dari Kuala Lumpur." Kilah Mas Hendra.
Terus saja berbohong Mas! Akan aku ikuti permainan mu.
"Oh, sepupu jauh toh..." Kataku santai lalu mengambil lengan Mas Hendra, dan memeluknya seperti yang di lakukan wanita itu. Tentu saja itu membuatnya terdorong dan sedikit menjauh karena posisinya sudah di gantikan oleh ku.
Mas Hendra tampak canggung dengan sikap yang baru pertama kali ini aku tunjukan padanya.
"Aku cemburu loh Mas, sepupu kok nempel kayak cicak?!" Sarkas ku yang mendapat tatapan terkejut semua orang.
Dan bisa ku lihat dengan lirikan mataku, ada nyala api di kobaran mata isteri muda Mas Hendra. Bahkan tangannya pun meremas ujung baju mini dress yang sedang ia gunakan.
"Dia itu Rara, anak dari sepupu dua kali Ibu yang tinggal di Malaysia sana. Baru tadi minta di jemput Hendra. Karena tidak tahu daerah sini, jadinya gandengan terus takut kesasar. Jadi kamu maklumi saja Lastri." Kilah Ibu mertua.
Terus saja kalian membohongi dan mempermainkan aku. Sayangnya aku tidak bodoh seperti dulu lagi. Aku sudah tahu kebusukan kalian. Dan ayo, kita bermain drama sesuai peran masing-masing!
"Aku lagi rindu sama Mas Hendra Bu. Sudah lama kan tidak ketemu. Lagian aku istrinya, masa iya yang di gandeng yang lain? Sekalipun itu sepupu mana jauh lagi, tidak wajib kan harus nempel terus?"
Rasakan! Tidak bisa jawab kan sekarang?!
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen nya🙏😊