Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Pulang Bareng
Pelajaran kedua untuk ujian hari ini adalah Bahasa Indonesia. Para murid sudah duduk dikursinya sendiri sementara Ala masih menata jantungnya yang tidak karuan gara-gara Briliand. Guru pengawas datang dan semua murid diam. Kertas soal dan jawaban pun dibagikan. Dengan tenang mereka mengerjakan soal-soal tersebut.
Seperti tadi pagi, Briliand cuma nulis nama aja pada kertas jawaban. Menunggu Ala selesai mengerjakan barulah kertas itu akan terisi. Sejak dulu kalau tes Briliand memang seperti itu. Apalagi pas kelas dua SMP itu ada sistem acak kelas. Jadi mereka bisa saja tidak satu kelas dengan teman-teman waktu kelas satu.
Briliand satu kelas dengan Ala. Pertama kali tes semesteran, Briliand coba deketin Ala dan minta contekan. Siapa sangka gadis itu dengan baik hati atau saking polosnya memberikan jawaban kepada Briliand.
Hingga kini mereka kelas tiga SMP hal itu masih sama terjadi. Briliand yang selalu mengganggu Ala dan sering menyontek. Biarpun begitu tapi Ala suka, karena kan memang itu cewek naksir Briliand.
Jarum jam terus berputar dan sudah saatnya Briliand beraksi. Hanya beberapa nomor saja yang dia isi karena tahu jawabannya. Sisanya dia malas buat baca soal.
"La," bisik Briliand sambil mendorong bangku Ala.
Ala yang sedang menulis itu memutar kedua bola mata malas. Lalu duduk sedikit bergeser dan memperlihatkan kertas jawabannya. Dengan seksama Briliand menyalin jawaban itu.
"Esay belum?"
Ala menggeleng.
Briliand pura-pura baca karena pengawas melihat ke arahnya. Mereka ini selalu lolos kalau contek-contekan. Seolah Tuhan memberikan peluang. Kalau yah lain selalu kena tegur.
"Itu kenapa Eka duduknya miring-miring? Ambeien?" tanya Guru jaga.
Eka yang ditegur langsung kaget dan membenarkan posisi duduknya. Lagi kasih contekan malah dia yang kena.
"Yudi! Ngapain kamu tengak-tengok? Lagi dzikir kah?" Pak Yudo, terus mengawasi setiap muridnya yang banyak tingkah.
Pak Yudo, guru olahraga pun dulu pernah muda jadi paham lah apa yang dilakukan muridnya.
Seluruh murid tertawa mendengar ucapan Pak Yudo. Hal itu membuat Ala dan Briliand ambil kesempatan. Briliand dengan cepat menyalin jawaban soal isi yang baru Ala selesai kerjakan.
"Sudah kerjakan lagi," kata Pak Yudo.
Suasana kembali tenang dan Ala langsung pura-pura baca soal. Takut kalau ketahuan Pak Yudo nanti di tegur dia malu.
Satu jam telah berlalu dan beberapa murid sudah selesai mengerjakan. Pak Yudo membiarkan mereka mengobrol asalkan kertas jawaban dikumpulkan.
"La," panggil Briliand lagi.
"Apa?" Ala menoleh dengan muka datarnya.
"Sini tak kumpulin." Briliand mengulurkan tangannya. Ala pun memberikan kertas jawaban dan juga soal kepada laki-laki itu.
Briliand maju ke depan untuk mengumpulkan kertas soal dan jawaban. Diam-diam Ala memperhatikan sambil mengulum senyum.
"Aaah, berasa lihat pangeran di negeri dongeng!" batin Ala.
"Lho cuma Alaish aja? Kenapa nggak ngumpulin punya yang lain?" tanya Pak Yudo.
"Cie cie ...." Kelas jadi gaduh karena Briliand. Laki-laki itu malah tersenyum.
"Oh pacaran?" tanya Pak Yudo lagi sambil tersenyum.
"Nggak juga, Pak!" Briliand yang malu langsung kembali ke tempat duduknya.
"Lagi pedekate rupanya! Semangat ya Brian!" kata Pak Yudo.
"Ciee Briliand!"
"Ala terima Ala!"
Para murid saling bersahutan dan terus godain mereka. Sementara Ala menunduk karena malu karena kayak tertangkap basah sedang mengagumi Briliand. Ala nggak percaya kalau Briliand yang suka. Ala pikir mungkin sikapnya yang gimana-gimana kepada Briliand itu terlihat oleh Briliand kalau Ala suka makanya dia baik begitu.
Padahal Ala nggak tahu kalau Briliand juga suka sama Ala. Ya begitulah jeleknya Ala suka berasumsi sendiri.
Kelas kembali tenang dan Briliand kembali godain Ala sampai gadis itu mau menoleh dan jawab apa yang ditanya. Briliand suka gemas sama Ala yang irit bicara. Cuma gadis itu saja yang bisa mencuri perhatiannya.
"La, kakakmu berapa, La?" tanya Briliand.
"Satu!" jawab Ala tanpa menoleh.
Briliand menendang-nendang kursi Ala lagi sampai gadis itu menoleh.
"Ada apa?"
"Namanya siapa? Cantik nggak?" Briliand gabut mau nanya apalagi juga nggak tahu.
Briliand nggak pernah deketin cewek. Kalau ada yang suka pasti cewek itu yang deketin dan nembak Brilliand. Laki-laki itu ya mau terima tapi cuma berapa hari aja terus putus. Makanya Briliand dijuluki buaya ya karena gonta-ganti pasangan. Mana mantannya banyak dan cakep-cakep semua lagi.
Jadi, ini pertama kalinya Briliand godain cewek. Gemas karena selalu dicuekin. Ala berhasil mencuri hati dan pikiran Briliand. Sampai dia kehabisan ide buat godain Ala jadi memberikan pertanyaan yang nggak jelas seperti itu.
"La!"
"Cantik! Namanya Dinda."
"Nanti pulang bareng ya," kata Briliand.
Ala kembali menghadap depan. Nggak mau noleh lagi karena mukanya dah merah. Jantung Ala jumpalitan. Pokonya seneng banget. Nggak sabar nunggu jam pulang sekolah tiba. Cuma kalau ditunggu pasti semakin lama.
Berkali-kali Ala melirik ke arah jam dinding yang ada di atas pintu. Sepuluh menit lagi bel pulang akan berbunyi dan semakin membuat Ala tidak karuan.
Mulutnya komat-kamit nggak tahu lagi baca apaan. Mungkin baca mantra supaya Briliand nggak sadar pas pulang sama Ala atau mantra cinta untuk Briliand.
Sementara yang duduk dibelakang Ala lagi dan lagi mengganggunya.
"La!"
Ala terkejut, karena daritadi ngalamun bayangin pas pulang nanti pengen ngobrol sama Briliand.
"Apa!"
"Kamu bawa sepeda apa jalan kaki?" tanya Briliand.
"Jalan."
Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi dan para murid bersorak gembira. Hari pertama ujian telah mereka lalui dengan lancar.
Brilliand menarik tangan Ala yang hendak pulang.
"Budek ini anak! Dibilang pulang bareng. Tunggu bentar!" kata Briliand. Dia sedang memakai sweaternya. Menambah kadar ketampanannya.
"Yan, ayo!" ajak Budi yang sudah keluar tapi balik lagi karena baru sadar Briliand nggak bersamanya.
Ala duduk di tempatnya sambil menunggu Briliand selesai pakai sweater dan memang kelas sudah sepi. Pikiran Budi kemana-mana.
"Hayo ngapain berduaan di kelas!" Budi memicingkan matanya.
"Ngaco aja, aku mau pulang sama Ala. Kamu duluan aja!" kata Briliand. Dia langsung menarik tangan Ala dan berjalan melewati Budi yang melongo.
Ala menghentakkan tangan Briliand karena malu dilihatin banyak orang. Nanti disangkanya pacaran. Takut Dina lihat dan cemburu.
Dina ini mantan Briliand dan Ala dengar kalau Dina masih suka sama Briliand. Ala juga sering mergokin Dian liatin Briliand jadi daripada kena masalah Ama teman-teman Dina mending jaga jarak sama Briliand.
"Sukses ya, Yan!" Budi menepuk pundak Briliand dan kemudian berjalan mendahuluinya.
"Hem!" jawab Briliand.
Briliand dan Ala berjalan menyusuri trotoar. Mereka sebenarnya nggak searah tapi Briliand sudah berniat mau antar pulang Ala meskipun jalan kaki. Nggak ada so sweetnya sama sekali kan?
Briliand menatap Ala sambil mengulum senyum. Gadis itu nggak sadar soalnya tinggi Ala sedada Briliand dan sejak tadi jalannya nunduk terus. Padahal dalam hati Ala masih nggak percaya kalau dia di antar sama Briliand.
Diantar sama cowok yang ditaksir itu rasanya kayak nungguin hasil ujian nggak sih? Deg-degannya nggak karuan. Bahkan langkah Ala terasa berat kayak ada yang megangin kakinya. Entah itu jin iprit apa jurik. Ala nggak tahu.
Mereka terus berjalan karena emang jalannya lurus terus. Belum ada belokan. Bahkan Ala merasa kalau jalannya terasa cepat sekali sampai. Perasaan dia udah pelan-pelan tapi belokan gang sudah terlihat jelas.
Ealah Ala rasanya mau ngajak Briliand balik lagi ke sekolah terus mengulang jalan lagi supaya lama. Apalagi sepanjang jalan mereka diam. Briliand yang biasanya usil mendadak sakit gigi.
Briliand nggak tahu kalau sejak tadi bibir Ala berkedut menahan rasah bahagia. Mau cengar-cengir sendiri nanti dikira gemblung jadi nahan buat nggak senyum. Sesekali menggigit lidah buat menyadarkan dirinya kalau ini bukan mimpi.
Kalau mimpi Ala nggak mau bangun dari mimpi indah ini. Ala mendongak menatap Briliand dengan kening mengerut. Capek sebenernya kalau lihatin Briliand. Soalnya laki-laki itu tinggi sekali dan Ala pendek.
Ala cuma mau mastiin Briliand ini jalan sama dia dengan kesadaran penuh takut kepalanya habis kepentok tembok terus amnesia aja.
"Kenapa, Cil? Ngeliatin sampe segitunya?" tanya Briliand sambil melirik.
Dia enak tinggal melirik bisa lihat Ala sementara Ala harus mendongak kalau mau lihat Briliand.
Sampai gang yang sepi karena sisi kanan dan kiri adalah tembok rumah orang kaya yang menjulang tinggi. Briliand menghentikan langkahnya dan Ala juga ikut berhenti.
"Ada apa?" tanya Ala.
Briliand menarik tangan mungil Ala. Tangannya kayak bayi, imut gemesin. Jangan tangan perasaan Ala bagaimana saat ini. Digenggam Briliand bahagianya nggak ketulungan. Pengen salto jadinya tapi takut dilihatin banyak orang.
Bahkan Ala bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Itu saking kencengnya cuma karena Briliand pegang tangan Ala.
"Habis ini nggak mau cuci tangan," batin Ala. Terus menatap tangan Briliand yang menggenggam tangannya.
"La, boleh ngomong sesuatu?" tanya Briliand
Ala mendongak, mukanya sudah merah. Briliand pikir karena kepanasan. Padahal ya karena ulahnya.
"Apa?" Muka Ala datar sekali.
Briliand gugup, padahal dari tadi sepanjang jalan dia merangkai sebuah kata yang akan dia ungkapkan kepada Ala. Mantan dia banyak tapi mereka yang kasih surat sama Briliand. Cewek-cewek itu yang ngejar Briliand bukan Briliand sendiri yang mau dan nyatakan cinta. Briliand terima karena supaya hati mereka lega.
"Kamu ... Mau nggak jadi pacarku? Udah lama aku suka sama kamu, La."
Akhirnya kata itu lolos juga dari mulut Briliand karena ini pertama kalinya Briliand nembak cewek. Ala berhasil mencuri perhatian dan juga hatinya. Seorang Alaish mampu membuat Briliand jatuh cinta.
Briliand merasa plong kayak bisulan terus pecah. Rasanya plong banget dah pokonya udah ungkapin perasaan yang dia pendam sejak kelas dua.
Sementara Ala jadi patung, perutnya mendadak jadi kebun bunga yang bermekaran dan ada banyak kupu-kupu terbang disana. Bukan hanya kupu-kupu ada bunglon, kecoa, kepompong dan lain sebagainya. Mau lompat-lompat nanti disangka poci jadi Ala milih diam. Malah menatap Briliand nggak berkedip.
"Mau, Bri. Aku mau jadi pacar kamu, tapi ini seriusan kan nggak bohong?" batin Ala. Dia cuma ngebatin nggak bilang langsung soalnya tiba-tiba kaku mau ngomong apalagi tangan Briliand belum lepas.
"Ya aku terima tapi kamu jangan ngerokok!"
Sadar salah ngomong, Ala langsung malu dan melepas genggaman tangan Briliand.
"Iya, jadi kita jadian sekarang?"
Ala mengangguk malu-malu meong.
Mereka kembali lanjut perjalan karena sebentar lagi sampai di gang rumah Ala. Momen ini tidak akan pernah Ala lupakan. Rasanya kayak abis tidur panjang terus mimpi indah. Nggak nyangka kalau Briliand juga suka sama Ala.
"Hati-hati ya, Bri!" Ala melambaikan tangannya saat sampai di gang menuju rumahnya.
Briliand membalas lambaian tangan Ala sambil tersenyum. Gadis itu membalikkan badan dan segera pulang ke rumah.
"Ala bodoh! Bego kali kau, Ala! Kenapa malah bilang diterima terus jangan ngerokok!" Ala menepuk keningnya. Gara-gara mulut, otak dan hati nggak sinkron jadi salah ucap.
Ala menatap tangan kanannya yang tadi dipegang Briliand dia peluk-peluk seolah memeluk Briliand.
Bagi Briliand mungkin Ala bukan yang pertama tapi bagi Ala, Briliand adalah cinta pertama Ala dan pacar pertama Ala karena dia belum pernah pacaran. Siapa sangka hari ini Ala punya pacar. Rasanya dunia Ala lebih indah dan berwarna.
"Ealah! Bocah gemblung! Pulang sekolah bukannya ganti baju malah cengar-cengir di depan kaca!" ucap Ibunya Ala.
Ala terkejut karena tiba-tiba ada manusia berbadan gempal dan mukanya galak. Dia langsung mengubah senyuman jadi manyun.
"Ibu ini ngagetin aja!"
Ala langsung ngacir ke kamarnya dan mengambil baju ganti sambil misuh-misuh nggak jelas. Wong ya lagi bahagia abis ditembak Briliand sambil bayangin tangannya dipegang tadi malah Bu Ida ganggu aja.
Bersambung.....
Jangan lupa like, komen dan subscribe yaa
Visual Ala dan Brian ada di ig, FB dan tiktok.
nama akun. : Alaish Karenina
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,