Istri Reinkarnasi Presdir Kejam

Antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh menantunya itu. Jika memang Gege adalah Clarissa ia bersyukur. Tidak masalah baginya jika Gege melupakannya atau tidak ingin bersamanya karena memang pantas untuknya.

"Elmer, kalau benar Clarissa adalah Gege apa yang kau akan lakukan?"

Elmer tampak bingung, bagaimana ia harus menghadapi semuanya. Ia malu, pantaskah ia masih mendapatkan maaf setelah apa yang ia lakukan.

"Elmer, ini obat mu," ucap tuan Arthur. Tiba-tiba dia masuk dan menyerahkan obat Elmer pada Mommy Becca. "Kenapa dengan wajah kalian?" tanya tuan Arthur melihat wajah suram Elmer dan Mommy Becca.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku ke dapur dulu membuatkan bubur, kau temanilah Elmer dulu." Mommy Becca mengusap sudut matanya. Setiap membahas Gege ia selalu merasakan sesak. "Sayang, dimana kamu Nak? Maafkan Mommy, apa pun Mommy akan lakukan demi dirimu."

Sedangkan Elmer, kini dia di temani oleh tuan Arthur.

"Apa yang tadi kalian bahas?" tanya tuan Arthur. Sekalipun tidak di beritau pun ia sudah tau. Kalau tidak membahas Gege, membahas apa lagi? "Daddy tau, kau pasti sedih, tapi .."

"Dad, aku menyelidiki tuan Hardiand." Elmer menarik nafas dalamnya lalu mrnceritakan semuanya.

"Apa kau yakin? Daddy senang kalaupun benar. Tapi Daddy tak memiliki keberanian, Daddy takut El."

"Kalau pun benar, berarti Daddy sudah memiliki cucu dan kau memiliki anak." Tuan Arthur mengusap air matanya. "Sebaiknya kau istirahat."

Elmer mengambil ponselnya dan mengerutkan keningnya. Ada sebuah nomor yang tak ia kenal. Nomor itu pun menguriminya sebuah pesan dan sebuah foto. Foto Gege dan Dion dengan tulisan.

'Orang terdekat mu adalah orang yang menusuk mu.

Apa yang kamu lihat belum tentu kebenaran.'

Dada Elmer naik turun, wajahnya langsung pias. Maksud dari pesan itu sebuah kesalahpahaman. Elmer bergegas menghubungi nomor ponsel itu, namun sama sekali tidak terhubung.

Dia pun menghubungi Joe. "Joe tolong selidiki nomor yang aku kirim. Aku butuh informasinya secepatnya." Titah Elmer dengan tegas. Ia menyugar rambutnya secara kasar. Tubuhnya kembali bergetar dengan tangisan yang memilikan. Jika benar semuanya hanyalah kebohongan, ia senang. Tetapi rasa bersalahnya semakin besar.

Tuan Arthur menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. Dia kembali menghampiri Elmer dan menanyakan apa yang terjadi. "Ada apa Elmer? Apa ada sesuatu?"

Elmer memberikan menunjukkan pesan yang di kirim nomor tak di kenal itu. Ekspresi wajah tuan Arthur seketika berubah shock. "Apa Gege di jebak? Apa semuanya tidak benar?"

Rasa penyesalannya semakin membuatnya sesak. Sebagai seorang ayah ia tak bisa menjaga putrinya dengan baik.

Di tempat lain.

Mommy Becca menyiapkan bubur untuk Elmer. Dia menaruh bubur itu ke mangkok berwarna putih.

Rara pun menghampiri Mommynya, ia ingin mempertanyakan kejadian tadi. "Mom,"

"Iya sayang," jawab Mommy Becca. Dia menoleh pada Rara dan tersenyum.

"Apa Mommy senang Elmer seperti itu terus?"

Mommy Becca tak mengerti, raut wajahnya pun bertanya-tanya.

"Mommy tak memberikan aku waktu bersama Elmer."

"Apa maksud mu Ra? Tidak memberikan waktu seperti apa?" Tanya Mommy Becca. Selama ini ia tidak pernah ikut campur keinginan Elmer. Keputusan Elmer, Elmer lah yang menjalani.

"Mommy sayang apa tidak dengan ku? Mommy tau, selama ini aku berusaha mendekati Elmer. Tetapi Mommy tidak memberikan celah, Mommy tidak adil. Mommy memaksa Elmer agar tidak melupakan Gege? Bagaimana aku bisa membuat Elmer bahagia kalau dia terus saja teringat dengan Gege dan Mommy tidak memberikan ku celah?"

"Rara, Mommy sudah pernah menanyakannya pada Elmer. Dia mau apa tidak dengan mu? Mommy sudah pernah melakukannya? Mommy tidak bisa memaksa Elmer." Mommy Becca tak ingin putrinya salah paham.

"Mommy tidak mendukung Rara. Selama ini Rara berjuang Mom, tapi Mommy sama sekali tidak mendukung Rara," ucap Rara. Ada lelah di hatinya ketika kedua orang tuanya terus memikirkan Gege dan tidak memikirkannya.

"Mommy tidak memberikan aku celah. Gege sudah mati, tidak seharusnya kita bersedih terus menerus."

Plak