Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Masa Lalu
“aku gak kasihan dengan kamu, aku gak kasihan dengan adik kamu, aku hanya merasa gak perlu melihat orang lain seperti ku, aku ngerti banget perasaan kamu sekarang, karena perasaan itu pernah ku miliki ketika Ryo selalu membantu ku” jelasnya
“Ryo?” jawab Aira
“iya, Ryo banyak membantu ku dalam kehidupan kuliah ku”jelasnya
“jadi sekarang aku minta sama kamu, makan dulu!” Bams mencuci tangan Aira dan meminta untuk mulai menikmati makanannya
“baru ntar kamu bicara,...OK?” lanjutnya
Aira tersenyum melihat kelakuan Bams seperti itu. Pria paruh baya yang mengawasi mereka di kejauhan tersenyum senang melihat Bams yang memperhatikan Aira. Dulu dia adalah pedagang nasi uduk keliling biasa. Suatu hari tanpa sengaja ketika Bams memundurkan mobil, dia menyerempet gerobak dagang bapak itu. Dan akhirnya Bams menyarankan ke dia untuk membuka tempat makan sederhana dengan bantuannya. Bapak itu sangat senang, akhirnya ia dan keluarganya memiliki tempat tinggal tetap sekaligus tempat usaha mereka. Tempat itu milik Bams, dan si bapak hanya perlu merawat tempat itu dan bekerja disana. Bams tidak pernah meminta sewa pada mereka. Bams hanya berpesan agar si bapak bisa menyekolahkan anak anaknya. Ditempat itu Bams memiliki sebuah kamar yang terpisah dari bangunan itu. Disanalah tempat dia sembunyi dari keriuhan selebritas sesaat. Kadang saat dia disana ia mematikan semua alat komunikasi dan hanya tidur pulas.
Nit nut nit nut
Keheningan mereka di perjalanan diganggu oleh suara pesan masuk ponsel Aira
📲 “siapa Bambang Sutya?” tulis Aina dipesannya
📲 “HRD tempat aku kerja, tadi aku langsung minta kirim dari sana, aku sibuk gak sempat ke ATM” jawabnya
📲 “Sorry bikin kamu ngutang lagi” tulis Aina dengan icon sedih
📲 “bukan utang, itu sebagian gajiku, jangan sedih!” jawabnya
📲 “maafkak, aku hanya bisa merepotkan” balas Aina lagi
📲 “kalo gitu kamu harus kuliah dengan bener n lulus dengan nilai bagus ya?” jawab Aira
📲 “pasti!” jawab Aina
Bams hanya menoleh melihat Aira mengetik pesannya. Ia tersenyum. Wajah Aira tidak lagi keruh. Sebenarnya Ia benar benar merasa kasihan dengan gadis itu yang berjuang untuk adiknya.
“bambang sutya?” tolehnya pada Bams.
Bams hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Aira.
“hmmm... aku panggil Sutya boleh?” senyumnya ke arah Bams
“awas kamu bilang ke orang orang!” ancam Bams tersenyum
“ato.. bang?” Aira terus bercanda dengannya
“bang .. bakso bang” dijawab Bams dan mereka tertawa terbahak
“aku panggil apa ya?” pikir Aira
“Bams aja” jawabnya serius
“hemm..” gelengnya
“B” jawab Aira lagi
“aku panggil kamu B, singkat dan mudah disebut” jawabnya lagi
“B?” tanya Bams memikirkan
“OK!” dia mengiyakan panggilan Aira untuknya.
Aira terlambat kembali ke agensi. Ia bergegas masuk dan Bams mengikutinya. Sebelum Aira masuk. Ia melihat ke Bams yang berada dibelakang dan tersenyum.
“makasih banyak atas hari ini, makasih buat semuanya” senyumnya lagi. Bams berjalan mendekat
“jangan dipikir!” pinta Bams pada Aira dengan serius.
“ntar kalo gajian mulai ku bayar” jawabnya saat Bams mendekat
“kalo mau bayar pelan pelan aja, kamu gak bayar juga gak papa” bisiknya lagi
“gak lah.. ntar ku cicil!” jawabnya
Bams hanya mengangguk mengerti.
----------------------
Agensi di sibukan dengan pergantian direksi jajaran atas. Hal itu berimbas pada managemen yang berada di bawahnya. Tak luput hal tersebut juga berimbas pada beberapa grup band yang ME naungi. Dengan kepemimpinan baru di agensi tersebut, aturan aturan dan jadwal jadwa banyak yang berubah. Bahkan ada perombakan pada tata manajemen gedung tersebut. Karena mereka ingin menekan biaya produksi yang lumayan besar pada akhir akhir ini. Maka ada beberapa mengerucutan pada sistem management bawah. Aira yang tadinya hanya bertugas di lantai empat, kini harus menangani dua lantai, yaitu lantai empat dan lantai enam. Lantai enam lumayan melelahkan, karena disana merupakan tempat latihan utama untuk semua grup band. Menangani konsumsi latihan mereka, membereskan dan membersihkan adalah hal yang harus dilakukan Aira. Tapi hal itu justru ia syukuri, karena ia akan memiliki banyak jam lembur.
Sore itu dilantai enam, beberapa personil baru terlihat. Ternyata mereka sedang latihan balet yang akan menjadi video klip terbaru salah satu diva agensi tersebut. Melihat mereka latihan, Aira seperti hanyut dalam memori masa lalu. Sudah sangat lama ia tidak menari. Padahal ketika SMP ia bercita cita menjadi balerina profesional. Menari balet dari ia berumur lima tahun, balet seperti hidupnya saat itu.
“malaikat bunda nomor satu lagi hari ini” sambut ibunya
Aira kecil berlari dengan girang membawa medali. Pelukan hangat kedua orang tuanya masih teringat jelas ketika ia menjadi nomor satu. Rasa bangga itu masih terasa di benaknya.
Tapi saat ini, karena bantingan kehidupan yang keras, Aira hampir lupa bagaimana rasanya menari kembali. Tak terasa setetes air mata jatuh. Ia seolah kembali ke memori dimana ia begitu dimanja dan tak pernah berpikir akan kerasnya hidup.
Latihan mereka sangat intensif. jam sudah menunjukan jam 9:00 malam, Aira masih berada disana dan menunggu mereka selesai. Hingga jam 10:05 malam. Akhirnya latihan itu berakhir.
Aira merapikan tempat itu seperti biasa. Ada pita balet yang tergeletak ditengah ruangan itu. Persis dibawah sorotan lampu yang belum ia matikan. Ia mengambil dan memutar mutar pita itu dengan indah. Seperti terbius, Aira menari dengan santai. Ia terlihat bahagia. Mungkin karena jiwanya masih berada di dunia balet.
Terlalu asyik dengan tariannya tanpa sadar jam sudah menunjukan jam 11:00 malam. Ia tersenyum berkeringat. Ia merasa beruntung, bisa menari lagi.
Saat kembali ke rumah. Aira membuka kotak tua yang terletak diatas lemari. Penuh dengan debu. Ia membuka kotak itu, dan melihat sepatu balet yang berwarna putih.
Meski usang namun terlihat sangat cantik di mata Aira, ia tersenyum. Ia berencana akan menari lagi besok. Malam itu ia tertidur pulas, karena terlalu senang.
***
“hei kreditur!” sapanya pada Bams yang memasuki halaman belakang agensi dengan berjalan kaki
Bams hanya tersenyum melihat Aira yang menyapa seperti itu. Aira menyerahkan sebuah amplop ke Bams saat mereka menunggu lift.
“cicilan ketiga” serahnya
Bams memandang amplop itu. Ia berpikir sejenak. Dulu ketika Aira membayar cicilan pertama, Ia ragu menerima itu, tapi jika ia tolak. Aira tidak akan menerima bantuannya lagi. Ia akhirnya menerima amplop itu.
“padahal gak kamu bayar juga gapapa” jelasnya ke Aira
“aku tau.. nilainya gak seberapa buat kamu, Cuma aku masih bisa bayar kok” jelas Aira serius tersenyum cerah
“fresh banget kamu pagi ini” jawabnya sambil menatap Aira dari bawah ke atas.
“gak bawa mobil?” tanya Aira
Bams mengangguk tersenyum happy.
“a...” godanya dengan senyuman dan menaikan turunkan kedua alisnya
“what?” jawab Bams mengerti ejekan Aira yang menggodanya karena barusan diantar sang kekasih.
“pasti mobilnya ketinggalan di rumah” goda Aira lagi seakan mengatakan dia tahu kalau Bams menginap di tempat pacarnya.
Bams menjawab dengan tatapan akan menangkapnya karena ia seperti pencuri yang terciduk oleh polisi.
Mereka pun tertawa bersama. Aira senyum senyum sendiri mengejek Bams
“ssttt..” Bams memintanya diam dan tertawa.
Saat mereka memasuki lift. Ada yang bergegas masuk. Ryo
“lo udah disini?” sapanya pada Bams tanpa menghirau kan Aira
Aira melangkah mundur.
Bams hanya mengangkat alis mengiyakan pertanyaan Ryo
“hemmm..?” tatapan Ryo memindai Bams dari ujung kaki hingga kepala karena dia masih memakai baju yang sama saat mereka ketemu tadi malam.
Bams hanya mengacungkan jari ke bibir mengisyaratkan agar Ryo diam. Ryo menoleh ke arah Aira yang menunduk melihat ponsel. Wajahnya tertutup topi seperti biasa.
Mereka berjalan keluar bersama. Bams sempat melambai ke arah Aira dan Aira tersenyum. Mereka berpisah disana. Aira kembali melanjutkan aktivitas. Hari itu ia membawa sepatu balet. Ia berencana untuk menari lagi malam ini.