Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Sebaiknya mengalah
"Arman!"
Dewi masih tidak percaya kalau Dita hamil anak Arman. Dia mendapat jatah dari Dewi seminggu 5 kali dan setiap kali tidak pernah cukup sebelum pelepasan berkali-kali. Apakah pria hyper bajingan ini masih belum puas sehingga meniduri Dita juga, biar genap 7 kali seminggu. Ya Tuhan....
Tapi kalau dipikir-pikir, bisa jadi itu benar jika dilihat dari gairah Arman yang bahkan dirinya kadang-kadang, kalau lagi banyak kerjaan tidak bisa membendungnya.
Seingat Dewi, baik dirinya maupun Arman tidak pernah pakai pengaman saat berhubungan, kenapa dia tidak hamil? Kenapa si Dita bisa hamil?
Arman menatap wajah Dita yang pias, "Benar, Kak." jawab gadis itu pada Dewi sebelum Arman membuka mulutnya.
Lalu kemudian menatap Arman dengan ekspresi memohon seperti saat dia menginginkan sesuatu yang sangat diinginkannya. Arman sangat familiar dengan ekspresi Dita ini.
Hm.
Apakah ini taktik agar Dewi setuju, pikir Arman. Karena dia tau betul Dita tidak punya laki-laki selain dirinya. Tapi kalau dia mengaku telah melecehkan gadis sepolos Dita, bukankah dirinya akan dianggap bajingan?
Biarlah, toh itu kenyataannya. Dia sudah bosan menjaga sikap mengalah bahkan sampai merendah pada Dewi. Disuruh sana disuruh sini, kalau salah pakai diomeli. Seperti pria tidak punya harga diri sama sekali, beh. Arman lebih suka istri yang tunduk pada suami seperti Dita yang selalu menghormatinya. Sopan dan lembut hatinya, baik Budi baik parasnya. Masih segar dan lebih montok dari Dewi kemana-mana.
Arman menatap kedua orang tuanya, "Maaf Ma, Pa." Ucapnya penuh rasa bersalah.
Orang tua Arman saling memandang kemudian menggeleng jijik menatap putra mereka. Tapi walaupun caranya tidak benar biarlah, yang penting menantu mereka bukan Dewi, si perempuan angkuh ini. Saham Arman jika digabung dengan saham Dita, maka yang layak duduk di kursi presiden adalah Putra mereka juga.
Dita lega, Kak Arman mengerti maksudnya. Ketampanan dan kelembutan Kak Arman memang tidak pantas untuk Dewi. Bahkan orang tua Kak Arman segan pada bos wanita otoriter ini. Hm, dasar perempuan kasar dan sok kuasa, cibir Dita dalam hatinya namun dipermukaan melirik Dewi dengan wajah lesu.
Dewi tidak melihatnya, perhatian nya pada Arman yang belum menjawab panggilannya. Bukankah bajingan ini berutang maaf padaku, kenapa malah nyengir ke orang tuanya. Kalau bukan karena kebugaran tubuh Arman, laki-laki kurang akal ini bukanlah tipenya. Dewi mengharapkan seorang pria yang cergas, smart dan bisa memikul tanggung jawab besar perusahaan. Pria yang bisa menggantikan dirinya sebagai presiden direktur, agar setelah menikah, dia bisa fokus di rumah mengurus keluarga.
Sebenarnya sebagai wakilnya di perusahan, Arman dianggap sangat kurang kompeten. Tapi karena mereka diduga sepasang kekasih dan Saham keluarga Arman terbanyak ketiga setelah Dita diposisi kedua, makanya kepala-kepala devisi dan pemegang saham gabungan menutup sebelah mata mereka.
"Arman." panggil Dewi lagi. Kenapa mereka menganggap dirinya tidak ada disini.
Arman menoleh, gugup. "Dewi, maaf! Aku tidak mungkin lari dari tanggung jawab, kan? Seandainya kamu juga hamil, aku pasti akan bertanggung jawab. Tapi kamu tau sendiri, bahwa kita bersih tidak pernah macam-macam," katanya dengan wajah innocent.
"........" Tidak pernah macam-macam? Dewi tidak dapat berkata-kata, hanya matanya berkaca-kaca. Jadi dianggap apa hubungan mereka selama ini?
Bukankah barusan di kamar saat menunggu kedatangan orang tua Arman membawa seserahan untuk mahar, mereka masih sempat bercinta penuh gairah. Setelah libur nge-seks seminggu karena direpotkan dengan urusan perusahaan ditambah urusan pernikahan yang akan diadakan lusa, apakah itu maksudnya salam perpisahan?
"Dewi," panggil Ibu Arman kemudian.
Ayah Arman, si pendiam ini adalah laki-laki yang tidak punya sikap. Bukan karena dia agung dan tidak banyak bicara. Hanya tidak berani berseteru dengan orang-orang yang bersengketa dengannya. Apa-apa selalu menyodorkan istrinya jika berhadapan dengan masalah. Mirip Arman banget sifatnya. Jaga image berwibawa tapi siapa yang tau kalau dia juga bajingan di belakang istrinya.
"Kami sebagai orang tua Arman wajib memenuhi janji dengan orang tua kalian, dulu. Tapi tidak berjanji bahwa Arman harus menikahi kamu. Masih ada Dita pilihan alternatif jika kami tidak puas dengan kamu," lanjut Ibu Dewi dengan raut bersalah yang dibuat-buat.
"Jadi sebaiknya kamu mengalah demi kebahagiaan adikmu yang saling mencintai dengan Arman."
Hah! Dewi mengepal tangan di bawah, tubuhnya lemas sejak dia berdiri namun di kuat-kuatin. Kenapa semua berkomplot menentang dirinya?
_________
waahhh makin seru nich thorrr 😍😘
mampir absen yaaa😉😘